• Berita
  • Mengingat 18 Tahun Aksi Kamisan, Sampai Kapan Negara Mengabaikan Penyintas Pelanggaran HAM?

Mengingat 18 Tahun Aksi Kamisan, Sampai Kapan Negara Mengabaikan Penyintas Pelanggaran HAM?

Aksi Kamisan dari Jakarta menjalar ke Bandung. Setelah 18 tahun digelar setiap hari Kamis, negara masih tetap tutup mata dan telinga.

Aksi Kamisan Bandung memperingati 18 tahun Kamisan, Kamis, 17 Januari 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam17 Januari 2025


BandungBergerak.idLangit kelabu memayungi pelataran Gedung Sate saat payung hitam Aksi Kamisan Bandung dibuka. Aksi menolak lupa pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ini genap berusia 18 tahun. Kendati demikian, pemenuhan hak-hak korban masih belum terpenuhi. Prabowo Subianto yang memeliliki catatan pelanggaran HAM di masa lalu, kini menempati pucuk pimpinan tertinggi di Republik Indonesia.

Sudah enam kali Indonesia berganti kepemimpinan, namun keadilan untuk menyeret para terduga pelanggaran hak asasi manusia belum terlaksana. Malah rentetan kasus pelanggaran terus terjadi. Lagi-lagi, negara abai dan gagal untuk menjunjung tinggi keadilan bagi para korban.

Tanggal 18 Januari 2007 menjadi batu peletakan Aksi Kamisan di Istana Negara, Jakarta. Aksi Kamisan yang diusung oleh keluarga korban tragedi 98 ini terus bergulir ke beberapa titik kota di Indonesia. Para pegiat Aksi Kamisan mempunyai tujuan yang sama: menuntut keadilan.

Pegiat Aksi Kamisan Bandung Fayad menilai, Aksi Kamisan ini menjadi momentum wadah yang inklusif. Adanya Aksi Kamisan Bandung sebagai peringatan antarsesama masyarakat sipil terkait tindakan sewenang-wenang yang dilakukan negara lewat aparat untuk bertindak represif. Solidaritas adalah kunci.

“Semakin bertambahnya umur Kamisan, berarti semakin menunjukan negara masih abai terhadap kasus-kasus pelanggaran,” ujar Fayad, saat ditemui BandungBergerak di sela-sela orasi, Kamis, 17 Januari 2025.

Bagi Fayad negara gagal untuk memenuhi keadilan yang berperspektif pada korban. Adanya Aksi Kamisan Bandung menjadi wadah untuk diskusi dan menyuarakan keresahan atas tindakan negara yang sewenang-wenang.

“Bahwasanya masih banyak penindasan-penindasan di berbagai sektor, bahkan kita sendiri juga mengalami, dan keterindasan ini ada di mana-mana,” tegasnya.

Dalam merespons lima tahun ke depan, dia menerangkan bahwa perlakuan negara masih sama seperti kepemimpinan sebelumnya. 99,99 persen adalah presentase yang diberikan Fayad kepada pemerintahan Prabowo terkait pesimismenya menegakkan keadilan.

“Karena kita melihat bagaimana jejak kelam, jejak berdarah Prabowo sendiri sebagai aktor pelanggar HAM yang hingga kini sangat sulit diseret ke meja pengadilan dan dihukum sebagaimana mestinya,” tuturnya.

Aksi Kamisan Bandung memperingati 18 tahun Kamisan, Kamis, 17 Januari 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Aksi Kamisan Bandung memperingati 18 tahun Kamisan, Kamis, 17 Januari 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Terus Bergenerasi

Di tengah barisan pegiat Kamisan yang berdiri di pinggir Jalan Diponegoro, banyak pula anak muda ikut berpartisipasi. Salah satunya adalah Noval. Pemuda berumur 19 tahun ini berangkat dari rumahnya di Rancaekek untuk turut serta merapatkan barisan di Aksi Kamisan. Baru dua kali dia ikut Aksi Kamisan ini.

Hal yang membuatnya terdorong turut serta menjadi pegiat Kamisan adalah kepekaannya terhadap isu kemanusiaan. Noval sadar, bahwa negara tak acuh dalam merespons tuntutan para keluarga korban yang meminta keadilan.

“Karena banyak tindakan-tindakan aparat yang sangat brutal ke masyarakat sipil,” ujarnya. Banyaknya kasus pelanggaran HAM yang terjadi beberapa waktu lalu seperti penembakan Gamma dan Afif menjadi salah satu faktor untuk turut serta turun ke lapangan.

Kasus itu pula yang membuat Noval geram. Dia menilai negara sudah tidak berpihak kepada masyarakat sipil. “Lebih ke tidak punya telinga untuk mendengar kritik, dan kritik atas ketimpangan yang dilakukan tindakan mereka (pemerintah),” tegasnya.

Selain Fayad, Noval juga mempunyai rasa pesimisme terkait penegakan hukum lima tahun ke depan. “Sangat pesimis,” tuturnya. Sebab menurutnya, belum genap satu tahun kepemimpinan Prabowo, presiden ke delapan itu sudah berulang kali menyampaikan pernyataan yang kontroversial. Salah satunya tentang perluasan perkebunan sawit dan mengabaikan deforestasi hutan.

“Prabowo terlalu menunjukan bahwa dia tidak cukup pengetahuan untuk mengungkapkan ucapan seperti itu,” tandasnya.

Selain Noval, pemuda yang juga turut ikut serta dalam Aksi Kamisan adalah Jidan Boled. Umurnya tiga tahun lebih tua dari Noval, yaitu 21 tahun. Sudah tiga tahun Boled mengikuti Aksi Kamisan ini. Keresahan yang dialaminya membuat Boled berpartisipasi dalam aksi ini.

Tidak hanya itu, hadirnya seoarang kawan yang sudah terlebih dahulu ikut Aksi Kamisan, menggandeng Boled untuk bergabung. Banyak keresahan yang mesti dikeluarkan. Aksi Kamisan inilah salah satu wadah yang dimanfaatkan Boled untuk menyuarakan keresahannya itu.

Sama seperti Noval, Boled juga memiliki keresahan terkait kebijakan yang dilakukan di pemerintahan Prabowo. Isu PPN 12 persen salah satunya. Menurut Boleh meski kenaikan itu dikhususkan untuk barang mewah, kebijakan tersebut pasti berdampak pada rakyat kecil juga.

“Menurut saya kurang fair. Lebih baik (PPN 12 persen) dibatalkan sepenuhnya,” tegasnya.

Baca Juga: Aksi Kamisan Bandung Tentang Rezim Prabowo
Surat Terbuka JSKK dan Aksi Kamisan di Akhir Masa
Peringatan 17 Tahun Aksi Kamisan di Bandung, Jalan Panjang Penuntasan Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Membawa Keresahan Berbeda

Hujan mulai turun. Aksi Kamisan Bandung bergeser ke kolong jembatan Pasupati. Setelah perpindahan itu, Boled mengajukan diri untuk orasi, menyuarakan keresahannya. Dia bercerita di kampusnya yang terletak di kawasan Kabupaten Bandung, Boled merasa mendapat ketidakadilan.

Boled merupakan mahasiswa semester lima yang mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah. Ada dua skema menurutnya dalam KIP. Skema pertama merupakan mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan gratis plus mendapat biaya hidup sebesar 4,5 juta rupiah per semester. Sedangkan skema kedua hanya mendapatkan perkuliahan gratis saja.

Boled masuk kuliah pada tahun 2023. Ia merasakan ketidakadilan. Pasalnya adik tingkatnya yang masuk pada tahun 2024, semuanya rata mendapatkan skema pertama. Bagi Boled harusnya ada pemerataan bagi semua mahasiswa yang mendapat KIP.

Boled selain kuliah harus bekerja paruh waktu sebagai tukang parkir, ojek, hingga buruh lapangan. Keadaanya itu disebabkan karena dia harus membantu kedua orang tuanya untuk membiayai ketiga adiknya yang masih sekolah.

“Sekarang saya bekerja sebagai buruh di lapangan, kadang parkir, kadang jadi ojek, kadang cari teman yang cari kost. Jadi sampingan aja. Buat bantu keluarga juga,” ungkapnya, setelah ditemui BandungBergerak setelah orasi.

Tidak hanya Boled, Noval pun mengajukan diri untuk orasi. Dia mengungkapkan kekecewaan terhadap pungli yang terjadi di pabrik daerah rumahnya. Pasalnya, teman dan saudara Noval yang hendak bekerja diharuskan membayar uang agar bisa diterima kerja. “Di Rancakek kalau mau kerja tuh harus bayar,” tuturnya.

Keadaan tersebut menurutnya sangat ironis. Di tengah keterhimpitan ekonomi rakyat, oknum-oknum di perusahaan memanfaatkan celah tersebut untuk meraup keuntungan. “Sangat menghina kemanusiaan bagi saya,” lanjutnya.

Di sisi lain, Fayad mengungkapkan bahwa Aksi Kamisan pasti terus berlanjut. Sebab, menuruntya keadilan yang sangat minim untuk diterima masyarakat menjadi alasan kuat Aksi Kamisan ini terus digelar.

“Tentunya selama ketidakadilan ini terus berlanjut sepertinya aksi kamisan bakal terus ada dan bakal terus menular,” ungkapnya.

Fayad pun sepakat, pegiat Kamisan tidak hanya merefleksikan keresahannya pada saat aksi saja. Akan tetapi langsung mempraktikkannya secara langsung.

“Bahkan tidak hanya momentum pada aksi kamisan aja, tapi mulai menyadarinya bahwa aksi kamisan ataupun ide-ide yang ditularkan di aksi kamisan bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari sebagai pandangan politik, sebagai falsafah hidup,” tutup Fayad.  

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Yopi Muharamatau tulisan-tulisan menarik lain tentang Aksi Kamisan Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//