CATATAN DARI BUKU HARIAN #25: Berkenalan dengan Sutrisna, Musisi Gitar Klasik Asal Subang
Dari senar gitar yang menciptakan harmoni hingga bidikan lensa yang menangkap keindahan, Sutrisna menunjukkan bahwa hidup adalah karya seni yang harus dirayakan.
Kin Sanubary
Kolektor Koran dan Media Lawas
18 Januari 2025
BandungBergerak.id – Setiap individu memiliki cara unik untuk mengekspresikan dirinya. Beberapa orang berekspresi melalui kata, sebagian melalui warna, dan yang lainnya melalui harmoni musik atau keindahan visual. Dari Subang, muncul sosok yang membuktikan bahwa seni bisa menjadi terapi jiwa sekaligus inspirasi hidup: Sutrisna, seorang musisi gitar klasik yang kini juga dikenal sebagai fotografer.
Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #22: Ganjar Noor, Melodi Kehidupan dari Kota Kembang
CATATAN DARI BUKU HARIAN #23: Dian Kencana, Mewarnai Dunia dengan Puisi, Lukisan, dan Harmoni
CATATAN DARI BUKU HARIAN #24: Lebih Dekat Mengenal T. Bachtiar, Pakar Geografi dan Toponimi Indonesia
Perjalanan Seni Sutrisna, dari Nada ke Bidikan
Lahir di Bandung pada 5 September 1973, Sutrisna, yang akrab disapa Trisna, telah membangun jejak yang luar biasa dalam dunia seni. Setelah menyelesaikan kuliah, ia memutuskan untuk menekuni gitar klasik dengan serius. Ia belajar gitar klasik di Indra Music School, Bandung. Dan mendalami gitar secara intensif di bawah bimbingan Venche Manuhutu, salah satu musisi jazz ternama di Bandung, yang memiliki studio dan sekolah musik Venche Music School (VMS). Di sana Trisna banyak belajar alat musik spesialis gitar.
Trisna sangat mengagumi gitaris sekaligus komposer dari Paraguay yaitu Agustin Barrios Mangore, dan guru gitarnya yaitu Venche Manuhutu & Ridwan B Tjiptahardja.
Kemampuannya memainkan gitar klasik tak hanya menghidupkan suasana tetapi juga membawa emosi mendalam kepada para pendengarnya. Trisna telah tampil di berbagai acara di Subang, Bandung, dan Jakarta, serta mengabdikan dirinya sebagai pengajar gitar klasik di Allegria Music School Bandung dan Tunas Bandung Philharmonic Center Subang. Melalui program belajar musik klasik untuk anak-anak kurang mampu, ia berupaya membagikan keindahan musik kepada mereka yang membutuhkan.
Pertemanan antara penulis dengan Trisna diawali dengan pertemuan "kopi darat" pada suatu sore di salah satu kedai kopi di sudut kota Subang. Sebelumnya, kami hanya saling menyapa melalui media sosial karena kami sama-sama menyukai musik dan menjadi anggota komunitas Aktuil The Legend, salah satu majalah musik legendaris terbitan Bandung yang eksis eratahun 70-an, dan pertemuan ini menjadi awal persahabatan yang kian akrab. Selanjutnya kami sering berjumpa dalam berbagai acara pertunjukan musik yang diselenggarakan di kota Subang.
Pentas Musik dan Dedikasi Menginspirasi
Beberapa karya pentas hasil didikan Trisna telah menuai apresiasi, di antaranya: Mini Konser Barudak Gitar Subang pada 31 Agustus 2024 di Tumbuh Music, D'Rizz Pizza Subang; Pembuka Konser Gitar Klasik "Tilurama Guitar Trio" pada 27 Oktober 2024 di Jacob Hall, Allegria Music School, Bandung; Konser "Music Through Ages" pada 2 November 2024 di Bandung Creative Hub; Konser Murid "Allegria Music School" pada 8 Desember 2024 di Auditorium IFI Bandung; serta Konser "Subang Nyeni-11" pada 21–22 Desember 2024 di Subang Creative Center.
Trisna menyebut gitar sebagai alat musik yang “mobile” dan dapat dimainkan di mana saja, baik di pantai, gunung, maupun sungai. Bagi Trisna, gitar klasik adalah medium sempurna untuk menyalurkan emosi dan menciptakan harmoni kehidupan.
Fotografi, Medium Baru untuk Menyuarakan Kehidupan
Pandemi Covid-19 pada 2020 menjadi titik awal bagi Trisna untuk mendalami dunia fotografi. Ketertarikannya pada objek-objek di sekitarnya membawanya bergabung dengan komunitas Angin di Bandung. Melalui fotografi, Trisna menemukan cara baru untuk mengekspresikan dirinya.
Pada 2023, ia menerbitkan buku fotografi bertajuk “Life is Beautiful”, yang diterbitkan oleh RAWS Syndicate Publishing. Buku ini merupakan refleksi visual perjalanan hidupnya, memadukan keindahan dengan kedalaman emosi. Foto-foto dalam buku ini sebagian besar diambil menggunakan kamera ponsel dan kamera mirrorless miliknya.
Buku tersebut tidak hanya menampilkan keindahan visual tetapi juga mengajak pembaca untuk merefleksikan hidup. Dengan sampul hologram berwarna-warni dan kaca yang disisipkan di beberapa halaman, Trisna mengundang pembaca untuk melihat keindahan hidup sekaligus bercermin pada diri sendiri.
Seni sebagai Terapi Jiwa
Trisna mengungkapkan bahwa baik gitar maupun fotografi adalah terapi baginya. Seni telah membantunya memahami dan mengolah pengalaman hidup. Ia mengutip film “Life is Beautiful” sebagai inspirasi pandangannya bahwa hidup ini penuh keindahan, bahkan di tengah situasi sulit.
“Untuk melihat diri saya lebih lengkap, saya perlu cermin, lewat objek-objek dan kejadian yang saya tangkap lewat kamera,” ungkapnya.
Perjalanan Sutrisna menjadi pengingat bahwa seni dapat menyatukan jiwa dan memberikan makna baru dalam hidup. Dari senar gitar yang menciptakan harmoni hingga bidikan lensa yang menangkap keindahan, Trisna menunjukkan bahwa hidup adalah karya seni yang harus dirayakan. Mari kita belajar darinya untuk terus berkarya, menghargai setiap momen, dan menemukan keindahan bahkan dalam hal-hal kecil di sekitar kita. Karena seperti yang ia tunjukkan melalui seni, hidup ini memang indah.
*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Kin Sanubary dalam tautan berikut