• Komunitas
  • PROFIL KOMUNITAS MUSLIM FOOTBALLERS BANDUNG: antara Iman dan Sepak Bola

PROFIL KOMUNITAS MUSLIM FOOTBALLERS BANDUNG: antara Iman dan Sepak Bola

Komunitas Muslim Footballers Bandung merupakan wadah pecinta sepak bola yang mengedepankan iman dan hiburan daripada kemenangan dan kompetisi.

Para anggota Komunitas Muslim Footballers Bandung. (Sumber Foto: Bandung Moment Project/Gayussy)

Penulis Fauzan Rafles 23 Januari 2025


BandungBergerak.idGembar-gembor dunia sepak bola di dunia maya membuat banyak orang membikin komunitas serupa. Namun, rata-rata dari mereka hanya mengikuti tren, berkumpul, bikin kaus tim, bermain sekali-dua kali untuk konten Instagram, lalu hilang. Tidak mudah memang mempertahankan umur komunitas.

Ada juga komunitas sepak bola yang bisa bertahan, seperti Muslim Footballers Bandung (MF Bandung). MF Bandung terbentuk karena informasi dari Muslim Footballers, akun instagram yang mengabarkan para pemain bola Islam di Eropa.  Muslim Footballers sering mengadakan acara fun futsal dengan para pengikut (followers). Muslim Footballers menggelar event futsal pertamanya di luar Jakarta pada Juli 2017, dan di Futsal 35 Bandung. Sejak kegiatan itu, terbentuklah komunitas yang diberi nama Muslim Footballers Bandung.

Berawalan dari 20an orang saja, MF Bandung semakin rutin menggelar acara futsal setiap minggunya. Diketuai oleh Dezan. M.H, MF Bandung mematenkan diri sebagai komunitas nonprofit yang hanya fokus mewadahi masyarakat Bandung yang ingin bermain bola secara rutin setiap minggu.

Walau hanya fokus dengan sepak bola, komunitas ini tetap tidak melupakan kekhasan dari kata Muslim Footballers-nya: para pesepak bola muslim. Agama dahulu, olahraga kemudian.

Tahun silih berganti, kegiatan seputar sepak bola tak kunjung berhenti. Rupa-rupa pemain ikut bergabung. Dari anak sekolah, pemain amatir, hingga mantan pemain profesional turut meramaikan komunitas ini.

Banyaknya pemain bola yang bergabung menjadikan komunitas ini penuh warna. Namun, banyak juga yang hanya berfokus pada kata ‘football’ dan melupakan jika komunitas ini memiliki prioritas utama sebelum nama sepak bola, yaitu ‘muslim’. Di dalam agama Islam sendiri, sebetulnya sangat dianjurkan untuk berkumpul dan berolahraga. Semua tetap harus mengacu pada syariat dan tidak mengarah pada hal-hal negatif.

Untuk menjaga agar para pemain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam, komunitas ini memantapkan aturan untuk tidak berkata kasar baik di dalam maupun luar ruangan. Baik ketika berkumpul maupun sekadar berbincang via Whatsapp. Aturan lainnya yang memicu banyak perdebatan adalah diwajibkannya dari setiap pemain untuk menutup aurat ketika di lapangan.

Meski terdengar tak lazim untuk kebanyakan orang, aturan menutup aurat ini sudah diterapkan sejak 2018 silam. Dari aturan itu, banyak dari pemain yang malah mulai mengenali Islam dan mulai untuk mencari-cari majelis ilmu untuk mendalami ilmu fiqih lebih dalam.

“Bukannya sok-sokan religius, tapi kita harus sadar mau apa pun kegiatannya, kita itu tetap Islam. Walau cuma olahraga, tapi kita tetap harus menjaga lisan dan perilaku kita,” ujar Dezan, Ketua MF Bandung.

Di luar sepak bola, justru kajianlah yang mengakrabkan antaranggota komunitas. Kajian juga yang membuat komunitas ini semakin memantapkan para pemainnya untuk selalu mendahulukan agama dari pada sepak bola. Semakin lama, sepak bola hanya dijadikan perantara untuk menyebarkan dakwah sunnah, berbagi ilmu, dan saling membantu di jalan kebaikan.

“Sejak dulu malah rutin kita kajian terus. Hampir setiap minggu temen-temen pada membagikan info kajian sunnah di Bandung,” kata Usopyan, salah satu penanggung jawab inventaris MF Bandung.

Sudah hampir 8 tahun berdiri, komunitas ini tetap sederhana dalam segi kepengurusan. Komunitas hanya diurus oleh satu orang ketua dan beberapa orang lainnya yang bertanggung jawab untuk mengurusi jadwal rutinan main bola dan yang mengurusi inventaris seperti pakaian, air minum, fotografer, dan bola sepak itu sendiri.

Delapan Tahun Perkembangan MF Bandung

Dimulai dari lapangan kecil lima lawan lima, ramainya antusias para pemain memaksa komunitas harus menggelar event rutinan di lapang sepak bola sungguhan. Sebelas lawan sebelas. Meskipun belum bisa dilangsungkan setiap akhir pekan, agenda sepak bola dijadwalkan 2x dalam sebulan. Untuk mengisi kekosongan dan menunggu event sepak bola selanjutnya, MF Bandung mengadakan mini soccer sambil tetap menjaga silaturahmi.

Pandemi melanda, komunitas ini malah menambah agenda. Ketika kerinduan bermain bola dari para pemain menggila dan pemerintah sudah mengizinkan kegiatan luar ruangan, MF Bandung bisa menggelar event main bola hingga 8x dalam sebulan. Satu agenda dilaksanakan di hari kerja, agar para pegawai WFH (work from home) dapat ikut meramaikan. Dan satu lagi diadakan di akhir pekan.

Semakin tahun para pengurus MF Bandung kian rapi dalam mengorganisir komunitas. Dari mulai rutin memberikan fasilitas seperti foto, air minum gratis, perlengkapan permainan, hingga videografer. Fasilitas-fasilitas itu diberikan guna memanjakan skuadnya dan menarik perhatian lebih banyak orang-orang dari luar.

Delapan tahun berjalan, MF Bandung termasuk yang konsisten meski cenderung stagnan. Tidak pernah sampai membludak namun juga tidak pernah sepi setiap mengadakan agenda rutinan.

“Alhamdulillahnya, meskipun banyak yang udah gak tinggal lagi di Bandung, tapi ketika mereka pulang ke sini, mereka selalu menyempatkan hadir di acara main bola rutin. Jadi, mungkin mereka sudah menjadikan MF ini kayak rumah buat mereka kembalilah, gitu kurang lebihnya,” jelas Dezan.

Sepak Hiburan, Jangan Dirusak oleh Sifat Kompetitif yang tidak Perlu

Frasa ‘fun football’ betul-betul diterjemahkan secara harfiah menjadi ‘sepak bola hura-hura’. Hanya agenda rutinan yang mengedepankan hiburan daripada kemenangan. Sepak bola tanpa perseteruan atau perasaan tidak enak antarpemain setelah selesai bermain sejatinya dapat diwujudkan dengan mudah. Hal ini terus dibudayakan oleh MF Bandung agar ketika ada event persahabatan dengan komunitas sepak bola lain pun, pemain MF Bandung tetap bisa menjaga perilakunya.

MF Bandung sendiri memiliki nama lain yang khusus dipakai untuk ajang kompetisi atau persahabatan dengan tim luar. Hal ini dilakukan dengan tujuan menjaga MF Bandung kepada tujuan awalnya, yaitu sekadar bertemu, berkumpul, dan bermuamalah sambil berkeringat.

Meski terkesan seperti klub bola tongkrongan biasa, bukan berarti MF Bandung juga bermain dengan asal-asalan. Banyak dari mereka yang bermain serius. Dan setiap minggunya pun ada hitungan poin dari hasil pertandingan setiap timnya. MF Bandung juga memberlakukan perhitungan jumlah gol dan assist untuk dihitung dan diberikan hadiah di akhir periode tahunan MF Bandung.

Dari Lapangan Kecil ke Stadion Piala Dunia

Ramainya tren penggunaan jersey di media sosial membuat banyak orang muda Indonesia tertarik untuk membuat tim lokal masing-masing. Tidak sedikit komunitas yang hanya ikut meramaikan kancah sepak bola amatir. Sebagian dari mereka ada yang berhasil sampai bermain hingga level profesional dan sebagian lainnya hilang tanpa kabar.

MF Bandung seolah seperti komunitas sepak bola yang tak terpapar tren media sosial. Dari sewindu perjalanannya, komunitas ini telah banyak menjelajahi lapangan-lapangan umum di Kota Bandung. Beberapa kali sampai bermain di dua stadion kebangan Persib Bandung yakni Si Jalak Harupat dan Gelora Bandung Lautan Api.

Selesai di Bandung, MF Bandung meneruskan perjalanan mereka ke stadion yang rumputnya pernah diinjak oleh sang juara dunia Argentina, Stadion Gelora Bung Karno. Tak cukup rasanya bila hanya bermain di lapangan yang dijuluki Benteng Merah Putih. MF Bandung bertandang ke stadion Manahan Kota Solo, stadion yang pernah dijadikan venue Piala Dunia usia 20. Kebersamaan dan pengalaman berharga itulah yang menjadikan alasan mengapa komunitas ini bertahan bahkan sampai dua kali pemilihan presiden.

“Sebenernya, main bola di stadion gitu mah apa atuh yang dicari? Tapi kan yang kita fasilitasi itu kebersamaannya. Momen-momen di perjalanan dan feel bermain di stadion resmi yang cuma bisa kita lihat di TV. Hal-hal itu kan yang mahal,” ujar Dezan.

Baca Juga:PROFIL UNIT KEGIATAN STUDI KEMASYARAKATAN (UKSK) UPI: Mengajak Mahasiswa Terjun ke Masyarakat
PROFIL BERKAWAN SEKEBUN: Menyemai Zine, Menyulam Literasi di Pasar Cihapit
PROFIL KOMUNITAS ASAS UPI: Teguh Menjaga Api Kesusastraan

Agamis Bukan Berarti tidak Ada Nonis

Nama Muslim Footballers Bandung mungkin terdengar seperti yang mengerucutkan komunitas ini pada satu agama saja. Namun faktanya tidak begitu. Komunitas ini tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin bermain bola tanpa terbatas soal usia, suku, ataupun agama.

“Mau agamanya apa pun boleh kok main. Cuma gak dimasukin ke grup WA aja soalnya takut mengganggu mereka. Di grup kan banyak yang nge-share dakwah Islam. Nah, takutnya mereka kurang nyaman,” kata Dezan.

Komunitas ini sangat mengedepankan lingkungan yang sehat dan positif. Mayoritas dari para pemain MF Bandung adalah mereka yang tidak merokok. Dan meskipun begitu, bukan berarti para perokok tidak boleh bergabung.

MF Bandung berusaha membudayakan memberi contoh yang baik kepada teman-teman baru untuk tidak merokok dan berkata tidak pantas. Alhasil, budaya ini pun terbentuk tanpa tulisan dan tentunya tidak ada hukuman. Dengan lingkungan yang mereka bangun, mau tidak mau para pemain secara tidak sadar akan lebih menjaga lisan ketika berkumpul.

Syarat untuk bergabung grup main bola ini sangat sederhana. Cukup menghubungi via Instagram dengan mengatakan ingin bergabung grup Whatsapp dan ikut main bola. Bila ada yang tertarik, silakan hubungi akun Instagram @muslimfootballersbandung.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca artikel-artikel lain dari Fauzan Rafles, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Profil Komunitas

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//