• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Melihat Kembali Program Makan Bergizi Gratis Presiden Prabowo Subianto

MAHASISWA BERSUARA: Melihat Kembali Program Makan Bergizi Gratis Presiden Prabowo Subianto

Apakah keputusan pemerintah untuk buru-buru merealisasikan program makan bergizi gratis tepat atau keliru?

Abdurrauf Syaban

Sastra Inggris Universitas Pasundan (Unpas) Bandung

Petugas membagikan kotak makan siang bergizi di depan dapur satelit modular SDN Sirah Cai, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, 18 November 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

24 Januari 2025


BandungBergerak.id – Pemerintahan Prabowo Subianto sedang bekerja keras untuk merealisasikan janji presiden terpilih dalam program makan bergizi gratis (MBG). Program makan bergizi gratis direncanakan untuk mengatasi angka stunting dan mengurangi penderita kurang gizi.  Banyak drama-drama yang tercipta seiring berjalannya program itu. Banyak juga keputusan-keputusan yang tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, sudah  banyak berita-berita miring tentang berjalannya program satu ini. Berbagai macam kendala yang menjegal berlangsungnya program makan bergizi gratis telah terjadi. Mulai dari kendala fasilitas, seperti yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) program MBG pelaksanaannya tertunda karena fasilitas dapur umum dan peralatan masak yang kurang memadai. Ada juga kendala dalam quality control, misalnya di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, terjadi sebuah insiden keracunan 40 orang siswa penerima makan bergizi gratis. Insiden ini akan membuat berkurangnya kepercayaan masyarakat terkait program yang diidam-idamkan para pemilih presiden terpilih itu. Meskipun tidak ada korban jiwa, kejadian itu menjadi bukti keteledorannya para pengurus program. Pemerintah harus berkolaborasi dengan pekerja kesehatan untuk mengatasi terulangnya kejadian ini.

Selain itu, ada juga kendala dalam infrastruktur, di Indonesia setiap daerah belum memiliki infrastruktur yang merata. Pelaksanaan uji coba makan bergizi gratis mengalami keterlambatan distribusi makanan, terutama di daerah terpencil. Dalam pelaksanaan program MBG, pemerintah terlalu semena-mena dan kurang memperhatikan faktor yang membuat kelangsungan program tersendat.

Banyak faktor yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam pelaksanaan program ini. Jika pemerintah hanya memikirkan tentang program makannya saja, bukan tidak mungkin program ini akan menciptakan kerugian yang besar untuk negara. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Pemerintah sudah memangkas anggaran untuk infrastruktur untuk menyukseskan program ini. Tidak heran jika masyarakat kecewa atau memberikan kritik terhadap pelaksanaannya jika tidak sukses.

Sebagai inisiator dari program MBG, Presiden Prabowo harus bertanggung jawab untuk pelaksanaan program ini. Keterlibatan banyak pihak yang diandalkan dalam program ini harus mendapatkan perhatian khusus dari Presiden. Mengingat di Indonesia angka korupsi sangat tinggi, bukan tidak mungkin akan ada pihak yang memanfaatkan program ini untuk kepentingan sendiri. Maka harus diberikan pengawalan dan perhatian terhadap para pengurus dari program ini.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Squid Game Season 2 Mencerminkan Rupa Manipulatif Demokrasi Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Penggunaan Media Sosial Dalam Gerakan Sosial Perkotaan, Studi Kasus Akun @melihat.kota dan @bandungbergerak.id
MAHASISWA BERSUARA: Mengurai Benang Kusut Golput

Program Makan Gratis adalah Jalan Pintas

Program makan bergizi gratis dibuat untuk menekan angka stunting dan gizi buruk, yang seharusnya pemerintah perhatikan adalah akar dari masalah itu.

Setelah melihat berjalannya program unggulan Presiden Prabowo ini, saya merasa program ini hanya jalan pintas yang dipilih untuk menutupi kesusahan pemerintah dalam memberantas kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan adalah salah satu faktor utama dari terciptanya stunting dan gizi buruk. Selain itu, jika pemerintah lebih mendahulukan memberantas kemiskinan, efeknya bukan hanya mengurangi angka stunting dan gizi buruk saja. Akan banyak permasalahan lain yang akan hilang dari diberantasnya kemiskinan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 25,22 juta orang. Angka ini menjadi yang terendah dalam 1 dekade terakhir.

Memberantas kemiskinan bisa dilakukan dengan membuka lapangan pekerjaan yang disertai memajukan pendidikan sebagai pengembangan kemampuan masyarakat. Percuma jika hanya membuka lapangan pekerjaan jika masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk mengisi lapangan pekerjaan itu.

Jika pemerintah terus hanya memperhatikan perut tanpa memperhatikan kepala rakyatnya, bisa disimpulkan bahwa pemerintah mendahulukan rakyatnya untuk bekerja daripada berpikir. Padahal, awal dari terciptanya sebuah kemajuan dan perbaikan adalah pikiran.

Ironisnya, banyak masyarakat yang setuju untuk mendahulukan perut daripada kepala. Bisa dilihat dari kemenangan Presiden Prabowo di Pilpres 2024. Kesetujuan rakyat mungkin juga diakibatkan dari kesesatan berpikir yang terbentuk dari kemiskinan dan kurangnya pendidikan itu sendiri. Melansir dari situs World Population Review, rata-rata IQ orang Indonesia pada 2024 adalah 78,49. Kenyataan ini sejalan dengan kesesatan berpikir yang dimiliki oleh rakyat Indonesia.

Bukan saya menyebutkan bahwa program unggulan Presiden Prabowo itu tidak penting. Seharusnya pemerintah mengetahui prioritas untuk merealisasikan Indonesia Emas 2045, seperti yang diharapkan.

Harapan untuk Program Makan Bergizi Gratis

Program makan bergizi gratis sudah berlangsung, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, program ini tetap berlangsung. Yang bisa dilakukan oleh kita adalah ikut mengawal program ini agar tidak ada orang atau kelompok yang memanfaatkan program ini untuk kepentingan pribadi. Sebab, dalam kacamata bisnis, program ini sangat sexy untuk dimanfaatkan. Selain berpotensi untuk terjadinya korupsi dan penyalahgunaan yang merugikan negara, program ini memiliki potensi besar untuk memajukan negara dengan memberdayakan sumber daya alam yang ada di Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah bisa berkolaborasi dengan masyarakat yang bergelut di bidang pertanian dan peternakan. Kolaborasi ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Dalam kolaborasi ini juga bisa mengurangi pemakaian sumber daya alam yang diimpor dari negara lain. Dengan kekayaan sumber daya alam di Indonesia, seharusnya kolaborasi ini dapat direalisasikan oleh pemerintah. Selain itu, memanfaatkan hasil dari para petani dan peternak lokal, akan menciptakan kesejahteraan bagi mereka.

Sebisa mungkin pelaksanaan program ini meminimalisir penggunaan bahan impor, baik dari sisi sumber daya alam maupun dari sumber daya manusianya. Tidak dapat dipungkiri program dari Presiden Prabowo ini bisa menciptakan berbagai keuntungan. Tergantung dari pelaksanaan dan pengerjaannya. Pemerintah harus menyadari keuntungan yang bisa diambil untuk kemajuan negara dari program ini.

Untuk memastikan kesuksesan dari program ini, masyarakat harus terus memperhatikan jalannya program. Kritik jika pemerintah melakukan tindakan yang salah. Jika tidak, program ini hanya seperti tuan yang memberi makan ayam ternaknya untuk diperjualbelikan atau disembelih dan dimakan.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//