MAHASISWA BERSUARA: Pentingnya Pendidikan Literasi Keuangan untuk Membentengi Anak Muda dari Godaan Judi Online
Pendidikan literasi keuangan sejak dini dibutuhkan untuk menghindarkan anak muda dari jebakan aktivitas ekonomi berisiko seperti judi online.
Sheva Timothy Dengah
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
28 Januari 2025
BandungBergerak.id – Masa remaja menjadi titik di mana rasa untuk mencoba segala sesuatu dan keinginan untuk mengikuti tren pada lingkungan pertemanan sering kali tanpa tujuan yang jelas. Hal tersebut membuat mereka rentan terhadap aktivitas yang sebenarnya tidak dimengerti secara jelas seperti judi online yang menjanjikan keuntungan cepat tetapi menyembunyikan konsekuensi serius dibaliknya.Fenomena judi online semakin mengkhawatirkan karena terdapat data yang menunjukkan lonjakan signifikan dalam jumlah pemainnya di Indonesia. Berdasarkan laporan CNN Indonesia (2024), jumlah yang bermain pada platform judi online di Indonesia mencapai 88 juta yang mayoritas di antaranya adalah anak muda.
Salah satu akar masalah yang menyebabkan anak muda terjerat dalam perjudian online adalah rendahnya literasi keuangan. Sebuah studi penelitian pernah dilakukan oleh Carlo de Bassa Scheresberg (2013) dalam jurnal "Financial Literacy and Financial Behavior Among Young Adults" mengungkapkan bahwa rendahnya literasi keuangan pada anak muda di suatu wilayah memiliki keterkaitan secara langsung terhadap perilaku berisiko dalam penggunaan uang, salah satunya yaitu judi online.
Dampak dari kemajuan teknologi yang semakin pesat tak hanya membantu secara kemajuan teknologi finansial saja, akan tetapi turut memberikan kontribusi dengan kemudahan membuat platform judi online dan memasarkan layanan mereka di berbagai media yang tidak terduga. Para oknum pemilik judi online secara masif memanfaatkan platform yang dipakai generasi sekarang seperti YouTube, Instagram, twitter dan bahkan melibatkan influencer untuk mempromosikan aktivitas merugikan ini. Anak muda yang kurang paham akan literasi keuangan akan menjadi sasaran empuk sehingga terpengaruh oleh tawaran yang diberikan tanpa mempertimbangkan jangka panjang atau hasil yang akan diterima. Ketidaktahuan itulah yang menjadi titik awal yang menjurus pada ketergantungan dengan pola pikir akan menang besar dikemudian hari. Kesalahan berpikir ini memiliki dampak tak hanya terlihat dari sisi kerugian uang yang diterima, tetapi juga mulai merambah ke aspek lain seperti aspek psikologis korban.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Penggunaan Media Sosial Dalam Gerakan Sosial Perkotaan, Studi Kasus Akun @melihat.kota dan @bandungbergerak.id
MAHASISWA BERSUARA: Mengurai Benang Kusut Golput
MAHASISWA BERSUARA: Melihat Kembali Program Makan Bergizi Gratis Presiden Prabowo Subianto
Bahaya Judi Online
Judi online tidak hanya membawa dampak pada ekonomi, namun juga membawa konsekuensi serius terhadap psikologis para korban. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku ketergantungan dalam judi online mirip dengan kecanduan narkoba yang menyebabkan dorongan secara berulang untuk terus berjudi meskipun sudah mengalami kerugian besar. Hal ini membawa dampak psikologis terhadap korban yang tidak bisa dianggap sebagai permasalahan yang sepele melihat kasus-kasus yang terbaru seperti meningkatnya angka gangguan kesehatan mental akibat perjudian online yang terus bermunculan.
Banyak anak muda tidak memikirkan secara jangka panjang akan efek sanksi sosialnya seperti dijauhkan, rasa malu, dan setelah jatuh akan merasa takut untuk mencari bantuan karena stigma sosial yang melekat pada aktivitas tersebut sudah dinilai buruk. Ketika hal tersebut sudah terjadi, tekanan emosional dan rasa putus asa dapat muncul dan berkembang menjadi ketakutan, depresi, hingga rasa ingin mengakhiri hidup sebagai pelarian terakhir. Penting untuk mempunyai kepekaan serta menyadari bahwa masalah ini tidak hanya mempengaruhi individu secara pribadi, tetapi juga memiliki dampak luas pada masyarakat seperti sanksi sosial yang akan diterimanya. Ketergantungan pada judi online dapat membawa permasalahan menjadi lebih kompleks, seperti meningkatnya angka kriminalitas karena mencari jalan pintas yang salah untuk membayar kerugian yang dihadapi.
Jika tidak ada tindakan tegas dan langkah preventif yang dilakukan oleh pihak terkait seperti pemerintah, jumlah pengguna dari anak muda yang terlibat langsung pada judi online akan terus bertambah. Pada akhirnya berpotensi memberikan dampak fatal terhadap stabilitas sosial dan keuangan yang dimiliki oleh generasi muda ke depan. Tanpa pendidikan literasi keuangan yang memadai, generasi muda akan tetap rentan terhadap pengaruh buruk iklan judi online yang begitu agresif dan semakin banyak memunculkan korban-korban baru yang lebih banyak.
Jika melihat negara Indonesia berdasarkan survei literasi keuangan nasional Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2024, tingkat literasi keuangan di kalangan remaja usia 15–17 tahun hanya mencapai 51,7%. Angka ini menjadi indikator bahwa sebagian besar remaja Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam memahami konsep dasar pengelolaan keuangan yang baik. Keterbatasan ini menjadi jawaban bahwa langkah-langkah pemerintah dalam mendidik generasi muda akan literasi keuangan melalui kurikulum keuangan masih sangat kurang dan belum menyeluruh.
Pendidikan Literasi Keuangan sejak Dini
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintah, khususnya dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), yaitu mereformasi kurikulum pendidikan nasional kembali dengan mengintegrasikan literasi keuangan sebagai bagian wajib dari mata pelajaran, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas. Materi yang harus ikut dalam kurikulum ini mencakup dasar pengelolaan uang secara rapi, cara berinvestasi dengan benar, memahami risiko keuangan, dan bahaya permainan uang ilegal seperti judi online sebagai bekal bagi anak muda dalam mengerti dasar ilmu finansial sejak dini.
Selain reformasi kurikulum, pemerintah dapat mendorong para orang tua dan organisasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam mengikuti seminar atau lokakarya untuk memberikan panduan dalam mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya pengelolaan uang agar menghindari aktivitas berisiko judi online. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat pemahaman anak muda, tetapi juga menciptakan generasi yang melek akan finansial dengan mendukung penerapan literasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah tindakan judi online terjadi di sekitar kita. Jika pendidikan literasi keuangan diterapkan secara optimal dan merata di seluruh Indonesia, maka hal ini menjadi gerbang awal dalam mengurangi angka pengguna judi online dan memutus rantai ketergantungan pada anak muda secara keseluruhan.
Indonesia emas 2045 atau generasi emas merupakan visi pemerintah dalam mewujudkan bangsa yang akan diakui sebagai negara maju dari segi sumber daya yang berdaya saing tinggi, intelektual yang merata, angka kemiskinan rendah dan berwawasan global. Pada tahun 2045, Indonesia diprediksi akan merasakan bonus demografi dengan sekitar 70% didominasi oleh umur produktif mulai dari rentan umur 15 sampai dengan 64. Momentum bonus demografi ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial, asalkan generasi muda ini dipersiapkan dengan keterampilan dan pengetahuan yang memadai. Salah satu aspek penting dalam memanfaatkan bonus demografi adalah meningkatkan literasi keuangan di kalangan anak muda. Program edukasi literasi keuangan harus secara konsisten jalan dan secara berkelanjutan perlu diterapkan di sekolah-sekolah sejak dini agar pemahaman keuangan menjadi bagian dari budaya terbarukan di era kemajuan globalisasi.
Akan tetapi, jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah, peluang besar yang bisa didapatkan oleh Indonesia dapat berubah menjadi beban bagi bangsa. Kita dapat mengambil kesimpulan bahwasanya minimnya literasi keuangan dapat memberikan berbagai masalah mulai dari meningkatnya angka ketergantungan pada aktivitas ekonomi berisiko seperti perjudian online hingga ketidaksiapan dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat menjadi kunci penting dalam membangun generasi yang mapan secara finansial agar mampu mengambil keputusan yang tepat dan dapat menghadapi tantangan perekonomian yang begitu dinamis. Dengan membekali generasi muda dengan literasi keuangan yang kuat, Indonesia tidak hanya dapat memaksimalkan bonus demografi saja, tetapi juga memastikan tercapainya visi generasi emas 2045 menjadikan bangsa ini sebagai salah satu negara maju dan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang dihormati.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara