Malam Membaca di IFI Bandung, Ajakan Berliterasi dalam 3 Bahasa
Karya dengan latar belakang Perang Dunia II dibacakan dalam tiga bahasa di IFI Bandung: bahasa Prancis, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda.
Penulis Abdurrauf Syaban30 Januari 2025
BandungBergerak.id - Pusat Kebudayaan Prancis IFI Bandung mengadakan acara Malam Membaca bertajuk Nuits de la Lecture, Jumat, 24 Januari 2025. Dilatarbelakangi rendahnya minat baca di Indonesia, karya yang dibaca berdjudul Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupéry. Buku ini dipengaruhi masa kelam Perang Dunia II, dibacakakan dalam tiga bahasa: bahasa Prancis, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda.
Acara Malam Membaca IFI Bandung diharapkan turut mengkampanyekan minat literasi yang masih menjadi kendala di Indonesia. Acara yang disertai diskusi buku Le Petit Prince ini bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).
Buku yang telah diterjemahkan ke hampir 400 bahasa ini dibacakan oleh Christophe Dreyer (bahasa Prancis), Cici (bahasa Indonesia), dan Kezia (bahasa Sunda). Hanya tiga bab yang dipilih untuk dibacakan. Setiap selesai membaca satu bab dalam tiga bahasa, diselingi pembahasan yang menjelaskan isi yang dipimpin Witakania Sundasari, dosen di Sastra Prancis Unpad.
Bab 2, diskusi menjelaskan tentang perbedaan diskusi dengan anak dan orang dewasa, sejalan dengan isi dari bab buku. “Jadi komunikasi dengan anak mungkin akan berbeda dengan saat berkomunikasi dengan orang tua atau orang dewasa. Kan kalau orang dewasa penuh dengan basa-basi, sopan santun, kadang-kadang agak menyebalkan juga gitu,” ujar Witakania.
“Kalau anak kecil kan biasanya lebih simpel, lebih sederhana,” sambung Witakania.
Beda dengan bab 10, diskusi lebih condong membahas tentang kritik sosial terhadap kekuasaan. Hal itu dijelaskan juga oleh Witakania.
“Di chapter ini, dia bertemu dengan raja, bagian ini memberikan kritik sosial terhadap otoritas dan kekuasaan,” ungkapnya. Di bab ini bisa saja penulis terinspirasi keadaan saat Hitler berkuasa di Jerman.
“Kalau melihat konteks dari Perang Dunia kedua kan kita melihat bagaimana misalnya Jerman, satu negara mengikuti Hitler gitu,” jelasnya.
Lain juga dengan pembahasan bab 13, diskusi membahas tentang kritik terhadap materialisme yang digambarkan di buku Le Petit Prince.
Antoine de Saint-Exupéry sendiri merupakan penulis juga salah satu pelopor dunia penerbangan di Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan. Dia terlibat Perang Dunia II, hal itu menjadikannya sebagai salah seorang pahlawan Prancis.
Buku Le Petit Prince sudah terjual lebih dari 140 juta salinan dan diterbitkan pertama kali di Amerika pada tahun 1943. Buku ini diterbitkan dalam dua bahasa secara langsung, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Prancis.
Baca Juga: Bangsa Indonesia, dari Masyarakat Klenik Menuju Masyarakat Rasional
BERKAWAN KECERDASAN BUATAN: AI di Mata Jurnalis
Kaum Hawa Mengawal Buruh Pabrik Kasur Menuntut Pesangon 100 Persen
Memperjuangkan Literasi Melalui Diskusi Buku
Seperti yang sudah banyak orang ketahui, Indonesia memiliki nilai literasi yang rendah. Dengan keadaan itu, IFI Bandung membuat sebuah acara yang bertujuan untuk menjadi salah satu pendongkrak literasi melalui diskusi buku.
“Sebenarnya tujuan utama acara ini adlah untuk membangkitkan atau menggalakan kebiasaan membaca di orang-orang,” ujar Dani, penanggung jawab perpustakaan IFI Bandung.
Negara dengan tingkat literasi lebih unggul seperti Prancis juga masih masif mengadakan acara-acara seperti diskusi buku. “Apalagi di Indonesia sendiri tingkat literasi kan kurang. Bahkan di Prancis yang bisa dbulang jauh di atas indonesia masih masif diadakan acara ini, jadi kenapa enggak di Indonesia kita coba untuk mengadaptasi sistem itu, acara itu,” tutur Dani, setelah acara diskusi buku berakhir.
IFI Bandung bukan satu-satunya IFI yang ada di Indonesia, ada juga IFI Jakarta, IFI Surabaya, dan IFI Jogja. Semuanya sering membuat acara seperti yang dilakukan di IFI Bandung. Khususnya dari tanggal 23-26 Januari, tempat belajar budaya dan bahasa Prancis itu memang sedang mengadakan acara khusus yang mengusung tema dan pengaplikasian yang berbeda.
Banyak juga yang ditawarkan oleh IFI Bandung sebagai sebuah institut bahasa asing yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah mempelajari bahasa dan budaya Prancis. Dalam pelaksanaannya, IFI Bandung tak melupakan Indonesia, ada juga upaya untuk mengenalkan Indonesia ke ranah internasional. Salah satunya mereka sering berkolaborasi dengan seniman Indonesia dengan mengajak pergi ke Prancis untuk mengenalkan budaya Indonesia di sebuah acara.
Bisa dilihat juga dalam Acara Malam Membaca ini diadakan pembacaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, yang menunjukan kepedulian pihak penyelenggara terhadap budaya dan bahasa lokal itu sendiri.