• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Saatnya Masyarakat Sadar Pentingnya Aturan Mengonsumsi Gula

MAHASISWA BERSUARA: Saatnya Masyarakat Sadar Pentingnya Aturan Mengonsumsi Gula

Gula dapat menjadi zat adiktif yang belum disadari oleh banyak orang. Berisiko mendorong konsumsi gula berlebihan dan dapat memicu berbagai macam penyakit.

Nathan Marvellius

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Ilustrasi. Menjaga kesehatan penting untuk mencegah berbagai macam risiko penyakit. (Ilustrator: Alfonsus Ontrano/BandungBergerak).

1 Februari 2025


BandungBergerak.id – Gula menjadi salah satu bahan yang tidak bisa dipisahkan dan selalu digunakan dalam banyak makanan maupun minuman. Namun, di balik kenikmatannya gula menyimpan banyak risiko bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Sayangnya masyarakat Indonesia masih menunjukkan pola konsumtif terhadap makanan dan minuman manis. Bahkan menurut data dari International Diabetes Federation, di tahun 2021. Indonesia menempati peringkat ketujuh di dunia dengan jumlah diabetes terbesar yaitu sebesar 10,7 juta orang.

Data tersebut masih menunjukkan kebiasaan konsumtif masyarakat terhadap gula yang sering kali dikonsumsi secara berlebihan tanpa memperhatikan kesehatan. Oleh karena itu, mengelola jumlah gula dalam makanan yang akan dikonsumsi menjadi tantangan yang besar untuk meningkatkan kesehatan.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Mengurai Benang Kusut Golput
MAHASISWA BERSUARA: Melihat Kembali Program Makan Bergizi Gratis Presiden Prabowo Subianto
MAHASISWA BERSUARA: Pentingnya Pendidikan Literasi Keuangan untuk Membentengi Anak Muda dari Godaan Judi Online

Kecanduan Gula

Masyarakat di Indonesia masih menunjukkan tingkat konsumsi gula yang tinggi. Hal ini menjadi sulit dihindari karena memang banyak makanan Indonesia yang bersifat manis. Bahkan masyarakat pun belum sepenuhnya sadar dalam konsumsi gula yang dimakan setiap harinya. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas BPS) tahun 2021, setidaknya terdapat sekitar 47,9 juta penduduk Indonesia yang mengkonsumsi gula secara berlebih. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang menghiraukan pentingnya menjaga konsumsi gula dan harus terlepas dari ketergantungan terhadap gula. Dan hal tersebut dapat berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. 

Studi yang dilakukan oleh YFAS (Yale Food Addiction Scale)  juga menunjukkan bahwa ketergantungan pada rasa manis dapat membentuk kecanduan yang sulit dikendalikan. Mereka bekerja sama dengan sekelompok peneliti menggunakan tikus, untuk mengamati bagaimana gula dapat mempengaruhi otak dan perilaku. Dan dari hasilnya, mereka menemukan bahwa konsumsi gula berpengaruh di otak berkaitan dengan pelepasan hormon dopamin yang mirip kepada zat adiktif. Dan hewan yang diberi gula menunjukkan perilaku yang ketergantungan terhadap gula. Kondisi ini membuat banyak orang tetap mengonsumsi gula secara berlebihan meskipun mereka sadar akan risiko yang dihadapinya. jika paparan gula yang berlebihan dapat mengubah pola pelepasan dopamin yang akan memunculkan perilaku adiksi dan pencarian gula itu sendiri secara terus menerus. Dengan begitu, sebenarnya gula dapat menjadi zat adiktif juga yang belum disadari oleh banyak orang. Sehingga jika dibiarkan, gula dapat menjadi candu dan dikonsumsi terus menerus yang dampaknya tidak baik bagi kesehatan.

Bahkan banyak masyarakat Indonesia cenderung mengabaikan dampak buruk konsumsi gula terhadap Kesehatan. Ketidakpedulian tersebut dapat terlihat dari kebiasaan sehari-hari masyarakat dalam mengonsumsi gula seperti memulai hari dengan minuman manis seperti teh manis atau kopi yang ditambahkan gula. Kebiasaan tersebut juga menggambarkan bagaimana rasa yang sering kali mengalahkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan. Selain itu juga, konsumsi gula yang berlebih disebabkan dengan ketersediaan produk-produk dengan kandungan gula tinggi dan dapat ditemukan dimana-mana. Hal tersebut memperkuat pola konsumsi gula yang berlebihan dan tidak sehat.

Ada Gula yang Tersembunyi

Ketidaksadaran masyarakat Indonesia terhadap kandungan gula yang tersembunyi juga menjadi salah satu alasan utama konsumsi gula yang berlebihan, terlebih dalam produk makanan dan minuman kemasan. Banyak produk kemasan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat memiliki kandungan gula yang tinggi. Produk-produk tersebut dapat ditemukan dalam makanan ringan seperti biskuit, kue, dan sereal kemasan. Namun yang lebih menjadi perhatian adalah minuman bersoda dan minuman manis lainnya seperti teh kemasan, kopi kemasan. Konsumsi produk yang sudah menjadi keseharian terkadang menjadikan masyarakat tidak memperhatikan kandungan gula yang terdapat dalam produk tersebut. Dan terkadang perusahaan juga sengaja tidak memperhatikan jumlah gula yang terdapat dalam produknya agar produk tersebut banyak dibeli.

Kandungan gula yang tersembunyi dalam produk kemasan menjadi salah satu tantangan yang berat dalam mengontrol konsumsi gula dalam masyarakat. Karena banyak kandungan gula tersembunyi dalam produk kemasan yang sering kali digunakan dan dianggap sebagai taktik penjualan yang efektif. Masih terdapat produk yang ingin terlihat sehat dan bebas gula padahal tidak. Banyak juga produk yang diperjual belikan dengan label "bebas gula" atau "rendah gula". Namun sebenarnya produk tersebut tetap mengandung pemanis tersembunyi atau terdapat pengganti dari "gula" itu sendiri. Berdasarkan hasil riset dari dewan riset media India atau disebut ICMR menjelaskan bahwa label yang tertera pada produk bisa menyesatkan. ICMR menyoroti bagaimana label makanan meyakinkan konsumen dan menarik konsumen seolah-olah produk tersebut bebas gula, tetapi pada aslinya masih terdapat kandungan gula. Banyak juga yang menggunakan istilah lain untuk kandungan gula yang terdapat seperti "sirup jagung tinggi fruktosa", "maltosa" atau "dekstrosa". Hal tersebut terkadang membingungkan konsumen dan membuat masyarakat sulit menyadari kehadiran gula dalam produk tersebut.

Membaca dan memilih produk kemasan sangat penting karena salah satu penyebab utama konsumsi gula yang berlebihan di masyarakat adalah keberadaan gula tersembunyi yang tidak disadari. Informasi pada label kemasan memberikan panduan untuk menentukan apakah suatu produk baik untuk dikonsumsi atau tidak. Dengan memeriksa kandungan gula, dapat membantu memilih produk dengan kadar gula lebih rendah, sehingga membantu mengurangi konsumsi gula secara bertahap. Hal ini penting untuk mencegah dampak negatif seperti ketergantungan dan pola konsumsi gula yang berlebihan, yang dapat berujung pada risiko kesehatan. Membiasakan diri membaca label juga membantu konsumen membuat pilihan yang lebih sehat, yang pada akhirnya mendukung pola makan seimbang dan gaya hidup sehat.

Kelola Gula Secara Bijak

Masyarakat yang masih sering mengonsumsi gula secara berlebihan perlu memahami betapa pentingnya menjaga kesehatan dengan membatasi konsumsi gula sehari-hari. Mungkin pada saat kini belum terasa dampaknya, namun dari mengonsumsi gula sendiri bisa menyebabkan penyakit jangka panjang seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Meskipun gula memberikan energi yang lebih, namun dengan jumlah konsumsi yang tinggi dapat mempengaruhi metabolisme tubuh yang ke depannya akan berdampak buruk bagi tubuh. WHO sendiri menyarankan batas asupan gula per hari untuk orang dewasa maupun anak-anak tidak lebih dari 10% asupan makanan atau sekitar 50 gram sehari. Namun WHO juga menyarankan untuk tidak mengonsumsi gula lebih dari 25 gram sehari.  Dengan menjaga dan membatasi jumlah konsumsi dari gula itu sendiri, dapat meningkatkan kesehatan bagi tubuh kita.

Mengelola jumlah gula dalam makanan yang dikonsumsi memang menjadi tantangan yang memerlukan perhatian, terutama mengingat dampak buruk yang dapat terjadi bila hal tersebut dihiraukan. Tanpa usaha untuk memahami kesadaran mengonsumsi gula dalam produk dan sikap tidak peduli terhadap kandungan gula dapat masyarakat dapat berisiko mengalami berbagai penyakit. Ketidaktahuan tersebut sering kali diperburuk dengan keberadaan gula yang tersembunyi dalam berbagai produk.

Oleh karena itu, situasi ini menunjukkan pentingnya meningkatkan kesadaran akan konsumsi gula dapat melalui edukasi, kebiasaan pribadi dan membaca label makanan sebelum mengonsumsi produk. Karena dengan menjaga konsumsi gula yang sesuai masyarakat dapat mulai membangun pola hidup yang sehat. Langkah tersebut dapat mencegah ketergantungan terhadap gula. Manfaatnya pun tersebut tidak hanya akan terasa dalam jangka waktu dekat, tetapi akan dirasakan manfaatnya dalam waktu jangka panjang. Menjaga dan mengelola konsumsi gula dapat menjadi kunci untuk membuat pola hidup yang berkualitas.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//