PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Membaca Dalam Hati di The Room 19, Pameran Patung di Blora
Festival membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer terus bergulir di Bandung. Di Blora, sosok Pram hadir dalam bentuk patung karya seniman lokal.
Penulis Abdurrauf Syaban10 Februari 2025
BandungBergerak.id - Bulan Februari ini di Bandung bulannya Pramoedya Ananta Toer. Bergam komunitas literasi sama-sama menggelar perayaan seabad penulis yang semua karyanya sempat dilarang beredar di masa rezim Orde Baru. Perpustakaan independen The Room 19 yang berkolaborasi dengan Kumbang Book Club merupakan dua dari sekian banyak komunitas yang turut memperingati seabad Pram.
The Room 19 dan Kumbang Book Club merayakan hari lahir penulis kelahiran Blora dengan menghelat acara Kubabuk (Kupas Bahas Buku) yang berisi kegiatan membaca dalam hati (silent reading) seraya mengupas buku-buku Pram, Sabtu, 8 Februari 2025.
Peserta Kubabuk dipersilahkan memilih dan membaca buku-buku yang ditulis Pram maupun buku-buku yang berisikan tentang Pramoedya Ananta Toer. Waktu yang diberikan dalam sesi ini adalah 45 menit. Setelah sesi silent reading, pihak penyelenggara mempersilakan orang-orang untuk berbicara dalam rangka sharing atau bercerita apa pun.
Reiza Harits, salah satu Co-Founders dari Perpustakaan The Room 19 menyampaikan, salah satu tujuan dari acara ini untuk mempopulerkan kegiatan membaca dan mengingatkan bahwa Indonesia memiliki penulis sekelas Pramoedya Ananta Toer yang telah menciptakan karya-karya luar biasa. Reiza juga berharap bahwa acara ini bisa dijadikan tempat untuk saling berbagi dan belajar dari buku-buku Pram.
Tidak hanya dihadiri oleh pecinta karya Pram, acara itu juga dihadiri oleh orang yang belum pernah membaca karya Pram, dan menjadikan acara tersebut sebagai momen pertamanya membaca buku dari sastrawan legendaris Indonesia tersebut.
Reiza juga berpendapat bahwa orang-orang bisa belajar banyak hal dari sosok Pram dan karya-karyanya. Pram mengajarkan sejarah bangsa, bagaimana menjadi manusia, bagaimana melihat situasi, menilai ketidakadilan, dan melawan ketidakadilan. “Itu sebenarnya yang diajarkan Pram, mau karya apa pun itu,” terangnya.
Acara tersebut dilaksanakan dengan santai dan menyenangkan dalam ruangan yang nyaman untuk membaca buku. Hal itu sesuai dengan yang diharapkan Reiza.
“Yang penting kegiatan membacanya aja, yang penting semua orang senang, yang penting semua orang bisa saling bercerita, bisa saling berefleksi, masing-masing dari kita pasti punya pandangannya tersendiri. Dan itu yang kita pengen hadirkan,” ujar lelaki berkacamata tersebut.
Dinda, pencetus dari Kumbang Book Club menyampaikan, membaca adalah hal yang sangat penting dan dibutuhkan bagi manusia. Maka dari itu, acara ini bertujuan menjadi wadah guna bermanfaat untuk orang-orang.
“Aku harap teman-teman juga itu sih tadi, tidak melupakan untuk terus baca, untuk menemukan kesenangan dalam baca. Dan jangan lupa kalau membaca itu juga melawan, termasuk ketidaktahuan,” jelasnya.
Pram Beserta Mimpi dan Gagasannya yang Masih Relevan
Kelahiran Pramoedya Ananta Toer memang layak untuk dirayakan. Di usianya yang sudah 100 tahun karya dan gagasannya masih sangat relevan di masa sekarang.
“Penulis sekaliber beliau itu patut dirayakan, patut dikenal, patut diketahui lebih banyak orang. Harapannya, ya selain menginspirasi, selain membuat kita mengetahui kalau karya-karya Pram itu tidak semuanya berat gitu ibaratnya kan, karena mungkin itu jadi hal yang kita gak bisa lepas. Ada beberapa kita juga beranggapan bahwa oh ini bukunya Pram ini berat deh gitu,” ujar Reiza.
Selain itu, Pram juga adalah sosok dengan mimpi yang luar biasa, hal itu juga yang menjadikan sosok dan karya-karyanya masih tetap hidup dan relevan hingga sekarang. Karya-karyanya menunjukkan bagaimana suatu bangsa akhirnya menemukan momen kebangkitan nasional.
“Masih relevan, contohnya aja yang tadi kita bahas, Bumi Manusia sampai Rumah Kaca, itu juga gimana dari awalnya percintaan sampai akhir ke yang lebih luas lagi, kebangkitan nasional,” timpa Dinda.
Reiza juga mengemukakan pendapatnya terkait sosok Pram. Pram adalah sastrawan yang pertama terlintas ketika ia membayangkan sastrawan Indonesia. Selain itu, dia menyatakan bahwa karya-karya yang dibuat oleh Pram selalu mengajak pembacanya berpikir dan peka akan keadaan yang sedang terjadi.
“Pram itu jadi sosok yang bisa menyisipkan kata-kata atau diksi-diksi yang sebenarnya itu memancing kita untuk berpikir dan mengajarkan kita untuk melihat situasi dengan utuh, untuk kayak melihat. Oh ternyata ada ketidakadilan yah di situasi yang kita lihat sekarang,” jelas Reiza. Ia berharap karya-karya sastra berkualitas seperti milik Pram bisa diajarkan di sekolah.
Baca Juga: PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Novel tentang Perempuan-perempuan yang Melawan Zaman
PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Kembang Kata Book Club Edisi Gema Perlawanan Pramoedya Ananta Toer
![Dialog Kebudayaan Indonesia yang Dibayangkan Pramoedya Ananta Toer di Pendopo Bupati Kabupaten Blora, Kamis, 6 Februari 2025. (Foto: Lestari Sastra)](http://bandungbergerak.id/cdn/1/2/6/3/6/dialog_kebudayaan_indonesia_dibayangkan_pramoedya_ananta_toer_840x576.jpg)
Pameran Patung Pramoedya Toer di Blora
Seratus tahun Pramoedya Ananta Toer tentu menjadi perhelatan berharga khususnya bagi masyarakat Kabupaten Blora, sanak saudara, dan seluruh pencinta karya-karya sastra Pram. Di kota kelahiran Pram 6 Februari 1925, peringatan satu abad sastrawan kenamaan ini digelar selama tiga hari di Blora mulai hari Kamis hingga Sabtu, 6-8 Februari 2025.
Acara terdiri dari peresmian pameran patung dan sketsa, memorial lecture, pemutaran film Bumi Manusia, dialog kebudayaan, teater monolog Nyai Ontosoroh, dramatic reading siswa SMPN 5 Blora, talkshow memorabilia Pramoedya Ananta Toer, dan ditutup dengan konser anak semua bangsa.
Pameran itu dibuka hingga malam pada pukul 21.00 WIB. Dari rentetan satu abad itu, salah satu kegiatan pameran lukisan, patung, dan sketsa dari penulis se-Indonesia ikut memeriahkan satu abad Pram. Lokasi pameran tersebut tepat di Blora Creative Space (Eks bangunan GNI Blora).
Punky, ketua pelaksana mengaku, rangkaian acara ini bertujuan agar pengunjung dapat melihat hasil karya seni berupa patung, sketsa wajah, dan karya audiovisual Pramoedya Ananta Toer senusantara.
”Di sini terdapat 29 karya sketsa wajah Pram, karya dari seniman luar kota ada 27, dan dua karya dari seniman dalam kota," ujar Punky, dalam siaran pers yang diterima BandungBergerak.
Tak hanya sketsa, karya patung yang dipamerkan menggunakan berbagai macam media seperti kayu, batu, dan logam, dan aluminium foil yang semuanya hasil karya seniman Blora. Di bagian luar tempat pameran terdapat bazar buku yang menyediakan tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Jejak Langkah, Rumah Kaca, Anak Semua Bangsa), dan buku-buku ciptaan Pram lainnya.
Nafik, salah satu pengunjung pameran asal Rembang mengaku sangat dimanjakan mata oleh keindahan karya-karya seniman dari berbagai kota di Indonesia, termasuk karya seni patung dari Blora.
“Ini unik sekali ya. Apalagi saya juga baru pertama kali ini melihat ada patung dari logam aluminium foil. Sungguh nilai seni yang patut diapresiasi," kata Nafik.
*Kawan-kawan bisa menyimak reportase lain dari Abdurrauf Syaban, atau tulisan-tulisan menarik lain Pramoedya Ananta Toer