Raditya Dika Mengajak Wargi Bandung Menertawakan Cerita Sialnya di Panggung Komedi
Cerita sial, sebagaimana orang tahu adalah pengalaman pahit yang tidak mungkin dibicarakan lagi. Radit mengajak penonton untuk sama-sama menertawakannya.
Penulis Fauzan Rafles 11 Februari 2025
BandungBergerak.id - Stand up comedy atau lawak tunggal sejatinya berasal dari keresahan setiap orang. Bisa berupa pengalaman buruk atau emosi-emosi negatif setiap individu. Mereka adalah orang-orang terpilih yang dapat mengolah hal-hal tersebut menjadi humor dan ditertawakan bersama di atas panggung.
Berdamai dengan diri sendiri. Mungkin itu adalah frasa yang tepat untuk mendeskripsikan para komika (stand up comedian). Kehebatan mereka dalam memainkan dan mengolah kata per kata menjadi pundi-pundi tawa berhasil menutup kisah pilu di hidupnya.
Tokoh fiksi dalam film karya DC, Joker, pernah berkata, “When I was a little boy, I thought my life was a tragedy. But now I realize it's a comedy.” Apa yang dikatakan tokoh fiksi tersebut sejatinya adalah benar. Berdasarkan teori yang sering dikatikan dengan Mark Twain dalam berbagai karyanya, bahwa ‘Tragedy + Time = Comedy’.
Teori ‘Tragedy + Time = Comedy’ menyatakan bahwa suatu peristiwa tragis yang menyakitkan pada saat terjadi bisa menjadi bahan lelucon setelah cukup waktu berlalu. Banyak orang menggunakan humor untuk mengatasi pengalaman pahit atau traumatis. Dengan menjadikannya bahan lelucon, seseorang bisa merasa lebih berkuasa atas kejadian yang dulu membuat mereka menderita. Salah satu platform penyalurannya ialah stand up comedy.
Begitulah Cerita Sialku karya Raditya Dika tercipta. Hal-hal sial yang ia alami sebagai bapak-bapak usia 40 tahun yang mulai menderita banyak penyakit aneh. Juga sebagai tokoh masyarakat yang dikenal jutaan warga Indonesia. Dan bapak dengan dua anak yang kelakuannya menjengkelkan. Semua ia ceritakan dalam bentuk komedi.
Cerita Sialku. Sebuah pertunjukan komedi oleh Raditya Dika adalah show ke-4 dari rangkaian cerita-cerita lainnya. Cerita Cintaku (2019-2020), Cerita Cintaku (2022-2023), Cerita Sebelku (2023-2024), dan yang sekarang, Cerita Sialku (2024-2025). Semuanya berlangsung tidak hanya di Jakarta, melainkan tur keliling Indonesia dan salah satu kotanya ialah Bandung.
Sesuai namanya, di panggung ini Raditya Dika menyoalkan kesialannya yang ia jalani setelah 40 tahun hidup. Rangkaian cerita yang Radit bawakan sejak tahun 2019 memiliki format yang sama, yakni sesi stand up comedy olehnya dan pembacaan cerita setiap penonton yang diajak ke atas panggung.
Bertempat di auditorium Cornerstone Bandung, Radit menggelar Cerita Sialnya dengan dua show sekaligus yakni pada jam 13.00 WIB dan jam 19.00 WIB pada tanggal 25 Januari 2024. Lantas, seberapa banyak titik tawa yang dihasilkan cari tragedi yang ia bawa di atas panggung komedi?
Acara dibuka oleh presiden Stand Up Comedy Indonesia Adjis Doaibu sebagai pemandu acara sekaligus membacakan peraturan sepanjang show berlansung. Aturan utama yang sangat ditegaskan dalam setiap pentas stand up comedy spesial adalah penonton harus menonaktifkan ponsel dan dilarang untuk mengambil gambar baik foto, audio, dan video selama acara berlangsung. Hal ini sangat ditegaskan guna melindungi sang seniman dari jeratan hukum dan penyebaran karya seni tanpa pertanggungjawaban.
Setelah membacakan aturan, Adjis Doaibu mempersilakan para penonton menuliskan cerita sialnya di atas kertas. Bagi penonton yang menuliskan namanya, berarti mereka siap untuk diajak ke atas panggung dan masuk Youtube Raditya Dika.
Sebagai pemandu acara, Adjis mengundi 5 penonton beruntung yang berhak mendapatkan foto bersama Raditya DIka. Setelah selesai Adjis langsung memanggil komika pembuka yang tampil guna memanaskan penonton sebelum bertemu langsung dengan sang penampil utama.
Dari rangkaian tur Cerita Sialku yang telah diadakan di 11 kota, Radit selalu membawa Dani Beler sebagai komika pembuka. Berbeda kali ini yang di Bandung, Radit membawa salah satu komika asal Standupindo Depok, Rais Marasabessy. Dengan embel-embel cerita sial, komika pembuka juga membawa cerita sialnya ke atas panggung.
Rais menceritakan kesialannya sebagai komika yang penjualan tiketnya tidak begitu laris. Sisi gelap yang ia bawakan selama sepuluh menit serta mencak-mencak terhadap Raditya Dika cukup mengantarkan penonton pada penampil terakhir: sang empunya acara Raditya Dika.
Baca Juga: Cerita dari Panggung Komika Bogor dan Bandung, Saya Menulis Lahirlah Komika
Comedy for Diversity: Menyuarakan Toleransi dan Kesetaraan dalam Canda
Komedi Kemiskinan dalam Lakon Tengul
Komedi Panggung Tertutup
Gemuruh penonton menghujani auditorium Cornerstone. Tepuk tangan dan teriakan penonton tak berhenti selama kurang lebih 45 detik. Tawa yang tak henti itu sontak dituntaskan oleh Radit sebagai jokes pembuka di show ini. Kemahirannya dalam menulis dan membawakan materinya ke atas panggung tak bisa diragukan lagi.
Sang pendiri komunitas Stand Up Comedy Indonesia ini sangat lincah di atas panggung. Tidak hanya dari segi materi, ia juga menunjukan diri sebenarnya yang tidak pernah dibuka di publik dunia maya. Kepada para penontonnya yang baru pertama kali melihat ia tampil di panggung stand up comedy, tentu ini adalah hal yang mengagetkan.
Radit yang biasa ditemui di layar kaca 180 derajat berbeda dengan yang disaksikan langsung. Ungkapan-ungkapan yang tak pernah keluar di Youtube semua ia lontarkan di panggung tertutup Cerita Sialku.
Radit membuka ceritanya dengan langsung membicarakan penyakit yang ia alami setelah menginjak usia yang tak muda lagi. Penyakit yang mungkin tidak lolos sensor apabila ingin dibawakan di Youtube. Cerita selanjutnya ia sambung dengan kisahnya mengikuti lomba lari guna menyembuhkan penyakitnya itu.
Nahas, cerita sial selalu menghampiri dirinya. Mengikuti lomba lari bersama artis artis lainnya tidak semeriah yang ia bayangkan atau sehura-hura yang penonton lihat di layar kaca. Ia malah mendapat kesialan yang tidak boleh diceritakan ke luar arena pertunjukan.
Seni stand up comedy yang dibawakan oleh Raditya Dika lebih dari sekadar pertunjukan komedi belaka. Kemahiran storytelling-nya di atas panggung membuat penonton masuk ke dalam theatre of mind Raditya Dika. Kepiawaian Radit di atas panggung mengajak penonton membayangkan sendiri adegan, karakter, dan setting hanya melalui deskripsi verbal tanpa visual yang nyata.
Cerita sial selanjutnya. Kali ini istrinya yang menjadi menjadi objek tertawaan. Cerita-cerita yang ironi yang diceritakan Radit tidak mungkin keluar di platform mana pun. Inilah yang menjadi perhelatan stand up comedy berbayar itu memiliki nama ‘special show’. Cerita yang mungkin tidak akan dipublikasikan secara cuma-cuma. Komedi nakal yang tidak akan digratiskan di platform digital.
Objek komedi terakhir yang Radit bawakan adalah anak bungsunya yakni Aksara Asa Nasution atau yang kerap disapa Aca.
Tawa membludak di dalam tempat pertunjukan. 850+ penonton yang hadir pada malam itu telah menjadi saksi kesialan hidup seorangi Raditya Dika. Radit lantas menutup shownya dengan ungkapan sederhana dan langsung dilanjut rangkaian selanjutnya: mengajak dan membacakan cerita sial penonton ke atas panggung.
Ada sekitar empat penonton yang namanya dibacakan dan berhasil diajak ke atas panggung untuk bercerita bersama dengan stand up comedian sial ini. Keempat penonton membawa cerita sial masing-masing dan sangat beragam. Mulai dari rasa cemburu karena tidak membawa pasangan ke acara tersebut, pingsan saat SMP, dan dimarahi pacar karena main game.
Semua berhasil tertawa bersama Radit dan para penonton lainnya. Sesi pembacaan cerita penonton inilah yang nantinya akan ditayangkan di kanal Youtube Raditya Dika.
Setelah sekitar 80 show yang Radit helat di rangkaian Cerita Sialku ini, penonton masih bertanya-tanya; cerita apakah yang akan Radit bawakan nantinya?
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Fauzan Rafles, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Seni Pertunjukan