• Narasi
  • Radio Braille Sebagai Media Ekspresi Alternatif Disabilitas di Surabaya

Radio Braille Sebagai Media Ekspresi Alternatif Disabilitas di Surabaya

Radio Braille Surabaya dikelola jurnalis warga dari kelompok disabilitas netra Kota Surabaya sebagai sarana edukasi, ekspresi, informasi, dan advokasi disabilitas.

Nur Cholis Al Qodri

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya

Tangkapan Layar Channel YouTube Radio Braille Surabaya. (Foto: Dokumentasi Nur Cholis Al Qodri, Youtube Radio Braille Surabaya)

12 Februari 2025


BandungBergerak.id – Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi disabilitas. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disabilitas adalah keadaan yang membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang yang disebabkan oleh sakit atau cedera. Isu terkait disabilitas telah menjadi perhatian bersama, dalam lingkup nasional hingga internasional.

Data yang dirilis oleh berbagai organisasi seperti, Organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR), dalam survei global 2023 tentang penyandang disabilitas dan bencana, mencatat bahwa 16% dari populasi dunia atau sekitar 1 miliar orang hidup dengan disabilitas, angka tersebut menggambarkan sepertiga dari seluruh populasi dunia menghadapi tantangan fisik, mental, hingga sensorik. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Kementerian Sosial Republik Indonesia, terdapat 22,97 juta jiwa penyandang disabilitas atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk di Indonesia. Sedangkan di Kota Surabaya, berdasarkan data dari KPU saat mencatat daftar pemilih tetap tahun 2024, jumlah pemilih disabilitas tercatat 5.937 orang. Dimana hal itu menunjukkan bahwa masih terdapat Kawan-kawan disabilitas di wilayah Surabaya.

Baca Juga: Menonton Bioskop Bersama Teman Difabel Bandung, Berharap Fasilitas Publik yang Ramah Disabilitas
Bergerak Bersama Disabilitas
Bandung Darurat Bencana, Pemerintah Perlu Memperhatikan Lansia dan Disabilitas Selama Bencana

Lahirnya Radio Braille Surabaya

Banyaknya jumlah disabilitas di Indonesia, maka perlulah pemahaman terkait peran media sebagai fasilitas ekspresi alternatif bagi penyandang disabilitas. Di kota Surabaya sendiri, telah hadir wadah ekspresi alternatif tersebut dengan nama “Radio Braille Surabaya”. Selain menjadi wadah ekspresi, Radio Braille Surabaya yang selanjutnya sering disingkat menjadi SRB, juga menjadi wadah berkarya dalam bidang jurnalistik bagi kawan-kawan penyandang disabilitas di kota Surabaya. Hal ini menjadi bukti bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkarya. Melalui platform YouTube mereka, para penyandang disabilitas netra aktif menghasilkan konten jurnalistik, seperti ulasan tentang keramahan fasilitas publik, pengalaman menggunakan transportasi umum, hingga diskusi mengenai hak-hak penyandang disabilitas. Inisiatif tersebut juga bermanfaat untuk menjadi alat advokasi, yang telah memberikan dampak nyata bagi komunitas disabilitas di Surabaya.

Radio Braille Surabaya, dikelola oleh jurnalis warga dari kelompok disabilitas netra di Kota Surabaya, yang tergabung di Lembaga Pemberdayaan TunaNetra Surabaya, dengan tujuan utamanya sebagai sarana edukasi, ekspresi, informasi, dan advokasi disabilitas. Saat ini, media tersebut dikelola oleh empat penyandang disabilitas, yaitu Tutus setiawan sebagai Pimred (Pimpinan Redaksi), Atung Yunarto sebagai Divisi Perencanaan Konten, Hanan Abdullah sebagai Distribusi Konten, dan juga Sugi Hermanto sebagai Produksi konten. Selain empat orang tersebut, juga terdapat Hanaa Septiana seorang wartawan perempuan Tempo yang menunjukkan keberpihakannya dengan bergabung, mendukung, serta menjadi bagian dari Radio Braille Surabaya, dan memiliki tugas sebagai Manajer Pengembangan Komunitas. Selain Septiana, juga ada komunitas eksternal yang mendukung wadah disabilitas tersebut, yaitu Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Lembaga Pemberdayaan Tuna Netra di Surabaya.

Dampak Signifikan Hadirnya RBS

Selama dua tahun perjalanannya, Radio Braille Surabaya memiliki dampak signifikan bagi kelompok disabilitas di Surabaya. Dalam wawancara singkat penulis dengan perwakilan komunitas saat menghadiri acara Pelatihan Jurnalistik yang diadakan oleh AJI Surabaya dan Agenda 18, perwakilan RSB menjelaskan bahwa media alternatif disabilitas tersebut memiliki dampak penuh bagi penyandang disabilitas. Salah satunya adalah, menggratiskan tarif transportasi umum untuk disabilitas yang ada di Surabaya. Hal tersebut di latar belakangi oleh konten Vlogger mereka di YouTube, saat mencoba fasilitas transportasi umum di Kota Surabaya. Hal ini menjadi bukti bahwa media alternatif bagi penyandang disabilitas sangatlah penting, karena dapat memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak penyandang disabilitas, dan mendukung perjuangan penyandang disabilitas. Selain itu, RBS juga cukup berhasil dalam mengedukasi masyarakat umum tentang pentingnya inklusivitas.

Tantangan yang dihadapi RSB

Meskipun dampak positif dari RSB sangatlah nyata, mereka masih menghadapi berbagai tantangan seperti, keterbatasan sumber daya (baik dari segi pendanaan maupun infrastruktur), stigma masyarakat dan diskriminasi, seperti masyarakat yang memandang rendah kemampuan penyandang disabilitas, yang sering kali masih mereka dapatkan di lingkup sosial. Permasalahan tersebut tentunya menjadi penghambat pengakuan atas karya dan perjuangan kawan-kawan penyandang disabilitas. 

Dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah terkait sangatlah perlu untuk menunjukkan keberpihakan lebih nyata mereka, terhadap kelompok disabilitas serta tidak menjadikan keberpihakan tersebut hanya semata-mata sebagai kewajiban formal aparatur negara. Hal ini bisa dilakukan dengan penyediaan dana prioritas bagi disabilitas, peningkatan aksesibilitas fasilitas publik, serta penyuluhan ke masyarakat untuk meminimalisir stigma negatif terhadap disabilitas, karena masa depan yang inklusif hanya dapat terwujud jika semua pihak bersedia mendukung dan memberdayakan kelompok disabilitas.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lainnya tentang disabilitas.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//