• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Musik Dangdut sebagai Diplomasi Budaya

MAHASISWA BERSUARA: Musik Dangdut sebagai Diplomasi Budaya

Musik menjadi sebuah media yang efektif guna melakukan penyampaian atas nilai-nilai beserta jati diri suatu bangsa.

Khayra Nabila

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Alat musik seperti gendang, bedug, gong, kenong, kecrek, dan kulanter juga turut meramaikan suasana sahur keliling di Dago Elos, Sabtu, 30 Maret 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

17 Februari 2025


BandungBergerak.id – Terpaparnya masyarakat Indonesia pada budaya-budaya asing mendukung terjadinya globalisasi budaya. Paul James dan John Tulloch (2010) dalam bukunya Globalization and Culture menyatakan bahwa globalisasi budaya adalah penyebaran gagasan dan nilai ke seluruh dunia untuk memperluas hubungan sosial. Globalisasi budaya telah mengubah cara kita berinteraksi dengan seni dan hiburan dari seluruh dunia. Dengan pesatnya arus informasi, musik menjadi sebuah media yang efektif guna melakukan penyampaian atas nilai-nilai beserta jati diri suatu bangsa. Sebagai contoh, dengan daya tariknya yang mendunia, K-Pop berhasil menarik perhatian banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya diplomasi budaya dalam menjembatani perbedaan antar bangsa. 

Lantas, apakah mungkin untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia menggunakan Indonesian wave layaknya Korea Selatan memenangkan hati dunia dengan K-Pop melalui Korean wave? Nyatanya, meskipun K-Pop telah mencuri hati sebagian masyarakat Indonesia, Indonesia juga memiliki kekayaan musik yang tak kalah menarik. Genre dangdut, yang berakar dari budaya lokal, terus beradaptasi dan berkembang seiring waktu. Dengan bantuan sejumlah aplikasi yang tengah naik daun di dalam negeri, penyanyi-penyanyi dangdut baru telah membawa nuansa segar ke dalam industri musik, menjadikannya lebih relevan bagi generasi muda di samping persepsi negatif terhadap genre ini di masa lampau.

Ketertarikan generasi muda pada dangdut menunjukkan daya saing budaya lokal terhadap pengaruh global. Melalui lirik yang mendalam dan melodi unik, keduanya mencerminkan pengalaman dan aspirasi masyarakat Indonesia. Dalam konteks globalisasi budaya, Interaksi antara K-Pop dan musik lokal menunjukkan bagaimana budaya saling mempengaruhi dan memperkaya. Pendekatan ini membuka peluang baru bagi artis-artis Indonesia untuk mengeksplorasi identitas mereka dalam skala yang lebih luas.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Membangun tanpa Merusak, Arsitektur Hijau Solusi di Masa Mendatang
MAHASISWA BERSUARA: Potensi Tanaman Ganja Medis untuk Kesehatan, Peluang atau Tantangan?
MAHASISWA BERSUARA: Pro Kontra Undang-undang yang Mengatur Aborsi yang Berdampak pada Isu Kesetaraan Gender

Globalisasi Budaya

Fondasi bagi pelestarian budaya lokal yang kokoh adalah rasa cinta terhadap budaya itu sendiri. Tetapi, bagaimana jika budaya lokal yang seharusnya dibangga-banggakan oleh masyarakat Indonesia sendiri dianggap sebagai sesuatu yang rendah? Kenyataannya, banyak masyarakat Indonesia masih memiliki persepsi terhadap budaya lokal, terutama genre musik dangdut, sebagai suatu karya yang murahan. Persepsi negatif itu kerap dimulai dengan kesan masyarakat Indonesia menganggap genre musik tersebut sering identik dengan kelas bawah dan wanita murahan. Genre yang umumnya ditampilkan dengan gaya yang identik dengan kehebohannya dan penggunaan bahasa lokal, sudah mulai ditinggalkan oleh generasi baru menciptakan stigma kuno serta murahan bagi karya musik dangdut. Terlepas dari kategori generasi, sebagian besar kalangan kelas atas memandang dangdut sebagai musik kampungan yang kurang berkelas.

Mereka memiliki stigma seperti itu karena genre musik dangdut sering dikaitkan dengan acara-acara sederhana seperti pesta hajatan dan kampanye politik. Penyanyi dangdut sering tampil dengan leluasa menggunakan pakaian minim dan mencolok, sehingga persepsi negatif terus ditegaskan pada mereka karena tidak sesuai dengan standar estetika yang lebih modern dan elegan. Di samping memiliki stigma negatif pada beberapa kalangan masyarakat, genre ini juga tetap memiliki basis penggemar yang kuat di Indonesia, bahkan dalam skala global.

Dengan kemunculan sub-genre dangdut, seperti dangdut koplo, genre ini dapat bertahan relevan di era baru. Tapi terlepas dari inovasi dan kekuatan dangdut di kalangan masyarakat luas, stigma wanita yang terlibat dalam musik dangdut sebagai wanita murahan tetap menjadi isu sensitif. Meski berusaha mengekspresikan diri melalui seni, tak jarang penyanyi dangdut wanita menghadapi stereotip negatif yang merendahkan harkat dan martabatnya. Maka dengan perjalanan waktu dan juga upaya mengubah citra dangdut melalui tampilan dan lirik yang terkesan lebih elegan, maka kerja itu lambat laun dapat memudarkan persepsi itu sehingga musik dangdut dapat diapresiasi sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Globalisasi budaya, terutama musik dangdut, telah menjadi fenomena penting di Asia Tenggara. Musik dangdut yang berasal dari Indonesia sudah melampaui batas  dan mendapatkan penggemar di berbagai negara misalnya Malaysia, Singapura, serta Brunei Darussalam. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa melalui program seperti Dangdut Academy Asia, globalisasi budaya musik dangdut  di luar negeri mengalami kemajuan pesat. Acara ini menampilkan bagaimana genre musik dangdut tidak hanya menampilkan ciri khas budaya Indonesia, namun juga menjadi alat diplomasi budaya untuk mempererat hubungan antar bangsa. Tidak hanya itu, menjadi tuan rumah acara internasional seperti pembukaan Asian Games 2018 dengan musik dangdut menunjukkan bagaimana genre ini dapat menarik perhatian global dan meningkatkan kesadaran akan keberagaman budaya lokal.

Pada tahun 2023, Rahayu Kertawiguna, selaku CEO Nagaswara, berpendapat bahwa peningkatan penggunaan media sosial seperti TikTok telah mendorong popularitas musik dangdut secara signifikan, termasuk dalam menarik minat generasi muda yang kini lebih akrab dengan genre ini melalui konten yang viral dan kolaborasi dengan berbagai genre musik lainnya. Dalam media sosial, koreografi sederhana dengan latar musik dangdut menambah minat generasi muda terhadap genre dangdut. Pengaruh ini tidak hanya memperkaya pengalaman bermusik, tetapi juga meningkatkan popularitas dangdut sebagai jati diri bangsa Indonesia di kancah internasional. Meluasnya globalisasi budaya lokal melalui musik dangdut tidak sebatas membantu penguatan citra positif Indonesia melainkan juga mendorong pertukaran budaya yang lebih luas antar negara-negara  Asia Tenggara.

Diplomasi Budaya

Dengan maraknya diplomasi budaya luar menggunakan strategi kultur pop serta gaya berpakaian di dalam negeri, apakah mungkin kebudayaan genre musik dangdut yang kita miliki digunakan sebagai strategi untuk menyebarkan budaya Indonesia di luar negeri, khususnya kawasan Asia Tenggara? Terlebih setelah mengetahui fakta bahwa genre musik ini dipandang rendah oleh masyarakat dan memiliki stigma negatif secara keseluruhan. Rasanya apabila ditilik tanpa berpikir panjang, genre musik dangdut akan sulit untuk masuk ke dalam pasar internasional, terlebih berperan sebagai senjata diplomasi budaya Indonesia secara global. 

Namun, siapa sangka, dibalik stigma buruk yang dimiliki genre ini, telah menarik perhatian beberapa negara, lalu berfungsi sebagai sarana pembangun hubungan antar negara melalui pertukaran budaya. Melalui program-program seperti Dangdut Academy Asia yang menampilkan genre musik dangdut, genre ini dapat berperan sebagai simbol identitas Indonesia serta tentunya menjembatani komunikasi dan kerja sama antara Indonesia dan negara-negara lain. Nyatanya, di samping asumsi publik di Indonesia mengenai genre musik ini, tidak dapat dipungkiri bahwa strategi ‘marketing’ dangdut melalui program-program tersebut secara tidak langsung memberikan visa budaya juga memperkenalkan bahasa Indonesia serta kekayaan lainnya seperti tarian khas Indonesia. 

Hal tersebut kemudian memiliki andil dalam mengoptimalkan terbentuknya gambaran positif Indonesia di kancah global. Selain itu, peningkatan popularitas genre ini juga memperkuat identitas Indonesia di mata negara lain. Program-program musik dangdut berfungsi sebagai panggung untuk mengapresiasi karya-karya dalam negeri. Dalam jangka panjang, hal tersebut mampu menguntungkan Indonesia dengan meningkatnya potensi pariwisata beserta membantu menguatkan hubungan sosial serta ekonomi Indonesia dengan negara-negara lain.

Setelah menelaah dampak genre musik dangdut dalam diplomasi budaya, pengupayaan promosi musik dangdut koplo khususnya dalam kancah internasional semakin intensif. Upaya tersebut tentunya dilaksanakan atas berbagai susunan strategi yang inovatif demi mencapai hasil yang maksimal. Namun, dari sekian banyak promosi inovatif yang dilakukan oleh para penyanyi musik dangdut, promosi yang dilakukan oleh penyanyi asal Jawa yang bernama Denny Caknan, terutama di tahun 2023 cukup menonjol. Promosi yang dilakukan oleh Caknan cukup menggemparkan industri musik dangdut berkat pencapaiannya dalam menarik perhatian global. Momentum tersebut ia capai setelah ia tampil di acara E-Billboard Taiwan dan stadion Barcelona. 

Wisnu Wicaksana, direktur artis Megah Music, berpendapat bahwa promosi Caknan bertujuan untuk memperluas jangkauan pendengar dangdut ke pasar internasional. Ia juga berpendapat bahwa promosi tersebut bertujuan untuk menunjukkan daya tarik musik Indonesia yang besar di luar negeri. Di atas kesuksesannya, aksi panggung Caknan yang viral di Taiwan juga memiliki peran besar dalam meningkatkan popularitas dangdut koplo. Aspek-aspek tersebut membuktikan bahwa genre musik dangdut mampu bersaing dan diterima oleh audiens global dengan dukungan promosi yang memadai.

Di sisi lain, tentu penggunaan media sosial menjadi instrumen berharga dalam promosi musik dangdut, terutama aliran dangdut koplo. Seperti yang telah disinggung sebelumnya,  tidak sedikit penyanyi dangdut di era serba digital ini yang memanfaatkan aplikasi seperti TikTok untuk mempromosikan karya mereka, dengan menjangkau generasi muda yang lebih luas berkat adanya algoritma. Tidak jarang pula festival musik yang mengusung genre koplo diadakan dengan anak muda sebagai target pasar mereka. Berkat perpaduan pelaksanaan penampilan langsung juga strategi digital dalam pemasarannya, aliran dangdut ini dapat mencuri hati warga lokal juga menjangkau pasar internasional. Dengan begitu, genre musik ini secara tidak langsung membuka peluang baru bagi para musisi dan industri musik Indonesia secara keseluruhan.

Perkembangan dangdut di era digital menunjukkan bahwa dengan promosi menarik, dangdut bisa menjadi sarana diplomasi budaya untuk memperkenalkan nilai dan identitas Indonesia ke dunia. Irama candu, lirik unik, dan suara merdu menjadikan dangdut sarana menjembatani perbedaan budaya dan menyatukan komunitas. Dengan demikian, musik dangdut berfungsi sebagai alat untuk membangun citra positif Indonesia di mata dunia, sekaligus memperkuat rasa kebanggaan terhadap warisan budaya lokal. Dengan kehidupan, cinta, serta perjuangan sebagai isu universal yang umumnya diangkat sebagai tema musik ini membuat dangdut relevan di kalangan masyarakat secara global. Musik yang seringkali mengandung pesan sosial dan politik ini dinilai sangat terikat dengan kondisi masyarakat sehingga membuatnya lebih menarik untuk didengarkan. Faktor-faktor tersebut membuat dangdut dianggap sebagai sebuah medium yang efektif guna memahami dan menghargai keragaman budaya. 

Di tengah era globalisasi saat ini, pemanfaatan musik dangdut sebagai alat diplomasi budaya semakin krusial untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menghargai. Meskipun kini dangdut lebih dikenal positif, masih ada sebagian masyarakat yang memiliki pandangan buruk terhadapnya. Maka dari itu, guna melestarikan genre musik dangdut sebagai budaya Indonesia yang bermanfaat, kita sebagai masyarakat Indonesia patut merasa bangga atas budaya yang kita miliki. Lambat laun, dengan tumbuhnya rasa bangga terhadap musik dangdut dalam kalangan masyarakat Indonesia, diharapkan stigma negatif pada genre ini juga akan sirna.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//