TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Selamat Datang di Lembangweg #3
Sejumlah bangunan era kolonial Hindia Belanda dapat ditemui dengan menyusuri jalan menuju dari Lembangweg.

Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
22 Februari 2025
BandungBergerak.id – Terus berjalan menuju utara Lembangweg kita akan menemukan beberapa bangunan khas kolonial Belanda. Namun sayangnya ada yang telah rata dengan tanah, ada yang telah berubah fungsi hingga mungkin orang-orang tidak akan sadar bahwa tempat tersebut adalah salah satu peninggalan kolonial.
Mari kita mulai dengan satu buah vila yang telah rata dengan tanah kira-kira pada tahun 2018. Vila tersebut sangat cantik, letaknya tepat di hoek yang berada tepat di seberang pabrik Otto Pharmaceutial Industies. Vila cantik tersebut terakhir kali dimiliki oleh petinggi militer angkatan darat dan sempat dijadikan sebuah cafe. Untung saja salah satu teman saya sempat mengabadikan keindahan vila, hingga dapat menjadi sebuah bukti kecantikan vila tersebut.

Tepat di seberang vila cantik ini terdapat sebuah pabrik farmasi Otto yang ternyata telah berdiri sejak 8 April 1963. PT Otto Pharmaceutial Industries ini adalah sebuah perusahaan manufaktur farmasi yang dirintis oleh almarhum Otto Koesoma Soebrata. Raden Otto Soebrata lahir di Ciamis pada 22 Mei 1895, ayahnya adalah Raden Adipati Aria Koesoemasoebrata. Ternyata Otto Soebrata ini pun pernah menjadi ketua Paguyuban Pasundan para priode 1924-1929.

Lanjut terus berjalan ke arah utara kita akan menemukan sebuah resto sunda yang bernama Darmaga Sunda. Tak banyak orang yang tahu kalau gedung resto mewah ini dahulu adalah sebuah vila indah yang menghadap ke selatan. Menurut penuturan sang penjaga vila ketika saya menyambangi vila tersebut di tahun 2018, pasca kemerdekaan vila ini dimiliki oleh petinggi militer angkatan darat, sama seperti vila cantik sebelumnya.

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah di Balik Buku Baroe Adjak
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Selamat Datang di Lembangweg #1
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Selamat Datang di Lembangweg #2
Sebelum kita tiba di kawasan yang sedang hit di kalangan pelancong luar kota ke kawasan Lembang yaitu kawasan wisata Great Asia Afrika dan Farm House, sebetulnya ada satu lagi vila indah lainnya yang dahulu dimiliki oleh seorang wanita independen pada zamannya. Ia adalah Nyonya Elkenom. Ia tidak pernah menikah, namun ia adalah seorang pebisnis yang sukses. Lagi-lagi pasca kemerdekaan vila indah milik Nyonya Elkenom ini pun menjadi milik petinggi militer angkatan darat dan nama vila Nyonya Elkenom diubah namanya menjadi Vila Pines Garden.
Berjalan lagi ke utara hingga kita akhirnya menemukan sebuah bukit yang dikenal dengan nama Pasir Pahlawan. Di sanalah tempat makam monumental Oto Iskandar Dinata berada. Bahkan bukan hanya makam monumental Oto Iskandar Dinata saja, di sana juga dimakamkan beberapa orang yang tergabung dalam tentara kesatuan Bandung Utara yang melakukan pertempuran sengit di masa bersiap. Kisah tentang tentara kesatuan Bandung Utara yang sangat heroik ini akan saya tulis terpisah dalam tulisan mendatang. Bahkan makam putra sulung Oto Iskandar Dinata yang bernama Sentot Iskandar Dinata pun berada di Pasir Pahlawan ini.

Untuk menyambangi Pasir Pahlawan ini, kita dapat meminta ijin kepada sang penjaga yang kebetulan membuka warung sederhana tepat di samping gerbang masuk. Beliau akan sangat senang apabila ada pengunjung yang antusias pada kisah masa lalu. Sang penjaga pun akan berkisah mengenai kisah sejarah Pasir Pahlawan dari masa ke masa.
Berjalan kembali terus ke arah utara dan kita akan menemukan Primkop Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat ( Pusdik Kowad). Lokasi Pusdik Kowad ini berada pada sebuah bukit. Warga setempat menamakan bukit tersebut dengan nama Pasir Jati. Ternyata setelah diriset lebih jauh, di kawasan Pusdik Kowad ini dahulu berdiri sebuah hotel yang menjadi saingan berat Grand Hotel Lembang yang dikelola oleh seorang Pribumi dan bernama hotel Pasir Jati.

Lanjut terus berjalan ke utara kita akan sampai pada pertigaan jalan. Pertigaan tersebut adalah penanda bahwa kita telah tiba di kawasan Lembang. Jalan ke arah barat adalah jalur penghubung ke arah Parongpong dan Cisarua hingga akan tiba di utara Cimahi.
Apabila kita telah sampai di pertigaan tersebut kita akan menemukan sebuah tulisan besar di sebelah kiri jalan yang bernama Beatrix Garden. Para warga Lembang mengenal kawasan tersebut dengan kawasan Beatrix. Dinamakan demikian karena pada masa kolonial di pertigaan ini pun berdiri sebuah vila indah yang bernama vila Beatrix, sayang bangunannya telah berganti menjadi bangunan modern sekarang, namun nama kawasan ini tetap diabadikan menjadi kawasan Beatrix.
Hingga akhirnya kita akan tiba di kawasan Baroe Adjak, Hawa segar udara Lembang sesungguhnya pun terasa semakin pekat. Kita akan menemukan kawasan wisata kekinian yang bernama Lembang Wonderland dan kawasan kuliner Tahu Susu Lembang. Padahal dahulu kawasan ini merupakan istal atau kandang kuda para tuan Belanda yang bekerja dan tinggal di kawasan Baroe Adjak. Ketika kita memasuki kawasan kuliner Tahu Susu Lembang kita akan menyadari bahwa di setiap tenan makanan yang berada di sana sebetulnya menempati bekas jejeran istal atau kandang kuda tersebut.

Terus berjalan ke arah pusat Lembang kita akan tercengang dengan melihat kawasan Grand Hotel Lembang yang telah ditutupi oleh pagar proyek bangunan. Betapa sedihnya saya ketika mengetahui bahwa kawasan Grand Hotel Lembang ini akan berubah fungsi, walau tidak akan merusak bangunan inti. Namun romantisisme kawasan Grand Hotel Lembang tidak akan dirasakan kembali oleh saya dan semua pecinta sejarah Lembang apalagi oleh generasi muda yang sama sekali tidak pernah merasakan romantisisme kolonial yang meresidu di kawasan Grand Hotel Lembang.
Perkembangan zaman memang tidak terelakkan, namun saya harap dengan adanya tulisan ini dapat memberikan gambaran kisah tentang indahnya, tenangnya dan segarnya kawasan Lembangweg pada masa kolonial.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang