CATATAN DARI BUKU HARIAN #31: Berkenalan dengan Andra, Pemerhati Televisi dan Kolektor Media Cetak
Andra bukan hanya sekadar pemerhati televisi atau kolektor media cetak lawas , tetapi juga penjaga memori kolektif yang berharga.

Kin Sanubary
Kolektor Koran dan Media Lawas
1 Maret 2025
BandungBergerak.id – Di tengah era digital yang semakin berkembang pesat, di mana informasi dapat diakses dengan mudah melalui internet, kebiasaan menonton televisi konvensional dan membaca media cetak semakin jarang dilakukan oleh generasi muda. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Andra, seorang pemerhati televisi dan kolektor media cetak yang tetap setia menekuni dua dunia tersebut.
Andra merupakan seorang pegawai di sebuah instansi pemerintah yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap media massa, terutama televisi. Sejak kecil, ia telah gemar menonton televisi, membuatnya memiliki kepekaan terhadap perkembangan dunia penyiaran di Indonesia. Meskipun banyak orang kini beralih ke layanan streaming digital, Andra tetap mempertahankan kebiasaannya menyaksikan siaran televisi menggunakan antena konvensional, bukan dengan layanan internet.

Sebagai pemerhati televisi, Andra tidak sekadar menonton, tetapi juga menganalisis berbagai aspek pertelevisian. Ia memantau kualitas program, tren industri, perubahan kebijakan penyiaran, hingga persaingan antarstasiun televisi. Dengan pengetahuan yang luas, ia sering memberikan ulasan serta kritik konstruktif terhadap program televisi, membantu masyarakat memahami kelebihan dan kekurangan dari konten yang disajikan.
Kecintaannya terhadap dunia televisi membawanya untuk mempelajari sejarah penyiaran di Indonesia, mulai dari kelahiran TVRI pada tahun 1962 hingga munculnya televisi swasta pertama, RCTI, pada tahun 1989. Andra mengikuti perkembangan berbagai stasiun televisi, seperti SCTV, Indosiar, Metro TV, ANTV, TRANS TV, dan stasiun televisi swasta lainnya hingga peralihan penyiaran dari televisi analog ke digital. Bahkan, ia memiliki ingatan yang tajam mengenai jadwal acara televisi di berbagai era.

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #28: Oke Rosgana, Master Yoyo Asal Subang yang Mengharumkan Nama Indonesia
CATATAN DARI BUKU HARIAN #29: Bersahabat Dengan Kemal Ferdiansyah, Pegiat dan Aktor Teater Bandung
CATATAN DARI BUKU HARIAN #30: Dewi Gilang Kurnia, Inspirasi Pesepeda Perempuan Bandung
Mengoleksi Media Lawas
Selain menjadi pemerhati televisi, Andra juga memiliki hobi mengoleksi media cetak lawas. Ia mengumpulkan berbagai koran, tabloid, dan majalah yang terbit dari era 1990-an hingga 2000-an, baik dari penerbit lokal maupun nasional. Koleksi ini ia rawat dengan baik di tempat penyimpanan khusus agar tetap terjaga kualitasnya.
Menurut Andra, membaca koran lama memiliki daya tarik tersendiri. Aroma khas kertas koran yang telah berumur bertahun-tahun memberikan sensasi nostalgia yang tidak dapat digantikan oleh teknologi modern. Setiap lembar koran menyimpan cerita dan jejak sejarah yang menarik untuk ditelusuri kembali.
Koleksi media cetaknya mencakup berbagai publikasi ternama, seperti majalah Vista TV, tabloid ProTV, Bintang Indonesia, Citra, tabloid Nyata, serta surat kabar Kompas, Suara Pembaruan, Republika, Media Indonesia hingga koran-koran daerah seperti Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Wawasan, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos, dan Surya. Andra juga berusaha mendapatkan media cetak dari luar Pulau Jawa, seperti Bali Pos, Nusa dari Denpasar, Analisa Medan, Singgalang Padang, Akcaya Pontianak, Cendrawasih Pos dari Jayapura, dan banyak lagi.
Menjadi seorang kolektor media cetak bukanlah hal yang mudah. Andra harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari sulitnya mendapatkan koran atau majalah tertentu hingga adanya anggapan bahwa kolektor adalah pesaing dalam dunia koleksi. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk terus menekuni hobinya dan memperluas jaringan dengan kolektor lain.

Hobi mengoleksi media cetak ini tidak hanya sebatas kesenangan pribadi, tetapi juga sebagai referensi dalam memahami sejarah televisi di Indonesia. Ia sering berbagi informasi dengan komunitas sesama pemerhati televisi, baik melalui diskusi langsung maupun di media sosial.
Andra juga memiliki kesempatan mengunjungi beberapa stasiun televisi, seperti TVRI, RTV, Kompas TV, dan RCTI. Melalui undangan dari rekan-rekan yang mengenalnya sebagai pemerhati televisi, ia berbagi pandangan serta analisisnya tentang dunia penyiaran. Pengalamannya ini semakin memperkaya wawasannya tentang industri televisi.
Keunikan lain dari Andra adalah kemampuannya menemukan dan mengunggah kembali berbagai materi lama yang bernilai sejarah, seperti iklan televisi dan musik pengiring acara berita. Salah satu unggahannya di media sosial mengenai iklan lawas mendapat apresiasi ribuan penonton, menunjukkan bahwa banyak orang memiliki ketertarikan serupa terhadap nostalgia media masa lalu.

Kesamaan Minat
Andra dan penulis memiliki kesamaan minat di dunia pertelevisian dan media cetak, yang akhirnya mempererat hubungan persahabatan. Selama lebih dari lima tahun, Andra dan penulis saling berbagi informasi, referensi, dan pengalaman. Beberapa kali Andra dan penulis bertemu dalam berbagai acara, termasuk Hari Pers Nasional di Karawang, serta kunjungan langsung ke kediaman Andra di Bandung. Bagi Andra, kecintaannya terhadap televisi dan media cetak bukan sekadar hobi, tetapi juga cara untuk melestarikan sejarah dan berbagi wawasan dengan generasi selanjutnya.
Hidup adalah tentang memahami masa lalu, menghargai masa kini, dan mempersiapkan masa depan. Apa yang dilakukan Andra mengajarkan kita bahwa sejarah tidak hanya sekadar catatan lama yang berdebu, tetapi juga merupakan bagian dari identitas dan perjalanan sebuah bangsa.
Dengan semangat dan dedikasinya, Andra bukan hanya sekadar pemerhati atau kolektor, tetapi juga penjaga memori kolektif yang berharga. Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, ia tetap teguh mempertahankan kecintaan dan perhatiannya, mengajarkan kita bahwa ada nilai dalam setiap lembaran yang telah berlalu dan setiap siaran yang pernah mengudara.
*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan lain Kin Sanubary atau artikel-artikel lain tentang seni