• Kolom
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Kawasan Karmel #1

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Kawasan Karmel #1

Jalan Karmel sekarang menjelma menjadi kawasan wisata rohani untuk umat Katolik dan menjelma menjadi kawasan kuliner istimewa di Lembang.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Bekas gudang susu milik Baru Ajak di kawasan Karmel. (Foto: Sumber Galeri Gereja Karmel)

1 Maret 2025


BandungBergerak.id – Jalan Karmel yang berada di barat Alun-alun Lembang dahulunya hanya berupa kebun dan tegalan  yang dipakai sebagai gudang hasil perkebunan dan peternakan Baru Ajak. Yang paling terkenal adalah gudang susu yang nantinya akan didistribusikan ke kawasan Bandung, serta gudang kentang yang juga sama-sama akan dijual ke beberapa pasar tradisional di Bandung.

Jalan Karmel saat ini terbagi dua yaitu Jalan Karmel 1 dan Jalan Karmel 2. Kedua jalan ini sekarang menjelma menjadi kawasan wisata rohani untuk umat Katolik dan menjelma menjadi kawasan kuliner istimewa di Lembang. Dahulu kawasan ini sangat sepi, hanya ada aktifitas para pekerja perkebunan dan peternakan Baru Ajak saja, dan itu pun hanya sampai sore hari.

Kawasan Karmel ini sangat indah karena di sebelah baratnya terdapat aliran sungai yang mengalir dari Tangkuban Parahu. Di samping sungai terdapat beberapa rumah warga yang terbuat dari bilik dan bermodel rumah panggung. Menurut penuturan para warga asli yang lahir dan besar di Jalan Karmel, yang didengar setiap hari adalah gemericik air sungai dan suara-suara unggas. Dan saat siang tiba barulah terdengar suara gelak tawa para pekerja gudang kentang yang sedari pagi telah memanen kentang-kentang tersebut di kebun Baru Ajak yang terbentang luas.

Sunny Home. (Foto: Malia Nur Alifa)
Sunny Home. (Foto: Malia Nur Alifa)

Sunny Home

Ada beberapa kisah menarik yang akan saya tuturkan tentang apa sajakah yang dapat kita temui di kawasan yang memiliki romantisme khas ini. Yang pertama adalah kisah sebuah rumah indah tepat di jantung Jalan Karmel. Rumah tersebut masih kuldesak (tidak memiliki gerbang), masih setia dengan arsitektur kolonialnya dan di dinding atas rumah tersebut bertuliskan “Sunny Home“.

Kisah rumah ini saya dapatkan langsung dari pemilik kedua rumah yang bernama Basrul Hutabarat. Awalnya Sunny Home dibangun tahun 1929 oleh keluarga Walter. Keluarga Walter adalah satu dari 11 orang pejuang Boer yang didatangkan John Henrij Van Blommenstein untuk membuka lahan pertanian dan peternakan di Lembang selain Ursone bersaudara. Tuan Walter ini memiliki peternakan luas di sebelah selatan taman Junghuhn di Jayagiri. Menurut beberapa keterangan warga setempat yang juga merupakan anak turun dari bekas pegawai peternakan keluarga Walter, sapi-sapi milik keluarga Walter memang tidak sebanyak sapi-sapi milik Ursone bersaudara, namun kualitas susu dari peternakan Walter tidak kalah baik dari peternakan-peternakan besar lainnya di Lembang.

Selain memiliki rumah tinggal di kawasan Jayagiri, keluarga Walter juga membuka sebuah jaringan motel sederhana di kawasan Karmel yang diberi nama Sunny Home. Jadi Sunny Home ini adalah jaringan motel yang tersebar di beberapa kawasan, dan yang paling maju adalah Sunny Home dikawasan Sukabumi.

Diberi nama Sunny Home juga karena keadaan rumah yang sangat apik, mampu menerima sinar matahari dengan baik di pagi dan sore hari. Sayangnya  putri keluarga Walter ini tidak menikah sehingga tidak ada pihak keluarga yang mampu meneruskan semua bisnis keluarga Walter, baik itu bisnis peternakan dan bisnis motelnya. Makam keluarga Walter ini berada tidak jauh dari Taman Junghuhn dan sangat terawat hingga kini, karena masih dijaga oleh anak turun para pekerja yang sangat setia.

Pada pasca kemerdekaan kawasan Karmel dijadikan tangsi militer dan  Sunny Home digunakan sebagai rumah dinas Koramil. Tak lama kemudian keluarga Hutabarat menempati Sunny Home sebagai rumah dinas koramil tersebut hingga akhirnya keluarga Hutabarat pun mendapatkan status kepemilikan sah atas Sunny Home  setelah melalui rangkaian panjang perjuangan keluarga Hutabarat.  Dahulu tepat di belakang Sunny Home terdapat rumah megah berarsitektur kolonial lainnya, yang pernah di tempati oleh keluarga Mandagi dan keluarga Harry Roesly, sayang rumah indah  yang menghadap langsung ke Jalan Raya  Lembang ini telah berubah fungsi  menjadi Hotel Pesona Bamboe.

Keluarga Hutabarat di Sunny Home tahun 1980-an. (Foto: Koleksi Basrul Hutabarat)
Keluarga Hutabarat di Sunny Home tahun 1980-an. (Foto: Koleksi Basrul Hutabarat)

Keluarga Hutabarat

Keluarga Hutabarat sangat konsen pada pelestarian bangunan cagar budaya, karenanya hingga kini bangunan Sunny Home masih sangat terjaga keasliannya, dari mulai beranda depan, ruangan demi ruangan, genting rumah dengan merek “Beres“ dan rumah ini pun masih memiliki nomor rumah lama dengan plat baja yang bertuliskan R. W. L. atau Rayon Wilayah Lembang.

Menurut warga setempat dan keluarga Hutabarat, dahulu pernah ditemukan sebuah pedang panjang milik militer Belanda di Sunny Home. Entah milik siapa pedang panjang tersebut namun apabila ditelisik itu seperti pedang para prajurit VOC yang mungkin tertinggal di Sunny Home pada masa kolonial oleh keluarga Walter atau entah oleh bekas pengunjung motel Sunny Home dahulu.

Kisah menarik lainnya adalah ketika keluarga Hutabarat sedang berbenah rumah, karena pada saat itu akan memasuki Lebaran. Salah satu anggota keluarga membersihkan dinding bagian atas rumah dan tanpa sengaja menemukan tulisan Sunny Home tersebut. jadi, dahulu ketika rumah tersebut dipakai sebagai rumah dinas koramil, tulisan Sunny Home di dinding atas tersebut di cat dengan warna senada dengan cat rumah, sehingga tulisan Sunny Home tersebut tidak tampak. 

Menurut saya Sunny Home adalah salah satu rumah peninggalan kolonial di Lembang yang patut diapresiasi, selain itu Basrul Hutbarat membangun sebuah radio yang bernama Radio Swaramuda di samping Sunny Home, dan radio Swaramuda adalah sebuah radio yang hingga kini masih mengudara dan mungkin inilah radio satu-satunya di Lembang yang masih mengudara dan menjadi bagian warga masyarakat Lembang hingga kini.  Kisah tentang sejarah berdirinya radio Swaramuda akan saya ulas dalam tulisan minggu depan.

Sunny Home adalah bukti bahwa masih ada keluarga yang sangat mencintai warisan tempo dulu dengan sangat apik. Sunny Home dan kesetiaan keluarga Hutabarat dalam merawat cagar budaya patut kita tiru dan kita semua teladani.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//