Mengingat Peran Inggit Garnasih, Mendampingi Sukarno Sampai ke Pengasingan
Keteguhan, kesabaran, dan perjuangan Inggit Ganarsih dalam kemerdekaan Indonesia nyaris terlupakan. Buku Inggit Garnasih: Lahir Hingga Wafat menceritakannya.
Penulis Abdurrauf Syaban3 Maret 2025
BandungBergerak.id - Pertemuan Inggit Garnasih dengan Sukarno sebagai bagian penting dalam buku “Inggit Garnasih: Lahir Hingga Wafat” yang ditulis Pramukti Adhi Bhakti. Di sinilah salah satu titik awal peran Inggit Garnasih dalam memperjuangkan Indonesia.
Buku “Inggit Garnasih: Lahir Hingga Wafat” dibincangkan Komunitas Temu Sejarah Kamis, 27 Februari 2025, dalam acara rutinannya melalui zoom meeting. Pramukti Adhi Bhakti juga yang menjadi pembicara dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan dibuka oleh M. Shalihul Amri yang menjadi moderator. Kemudian Pramukti mengawalinya dengan menceritakan tentang pertama kali mengenal sosok Inggit Garnasih sejak 2011.
“Buku ini memang saya susun cukup lama, karena di buku ini sebetulnya tidak hanya berisi tulisan, tapi juga berisi gambar. Jadi setiap satu tulisan isinya satu gambar. Jadi ini disusun secara kronologis, dari mulai beliau lahir, berkembang, menikah, melakukan pergerakan, sampai wafatnya beliau. Ketika menyusun buku ini memang banyak kesulitan-kesulitan yang saya dapatkan, terutama karena data-data mengenai Inggit Garnasih itu sebetulnya sedikit sekali,” ungkap Pramukti.
Pramukti juga membahas mengenai cerita pertemuan Inggit dengan Sukarno sebagai langkah awal keikutsertaannya dalam membantu perjuangan Indonesia. Dengan kompleksitas yang dihadapi Inggit dan Sukarno untuk menggapai sebuah hubungan yang mengikat keduanya, akhirnya mereka menemukan titik temu dan menikah.
Buku ini juga menjadi pengingat bahwa masyarakat Indonesia, khususnya Bandung memiliki seorang sosok perempuan yang memiliki pengaruh terhadap kemerdekaan Indonesia, Meskipun sosok tersebut jarang dibahas dan dikenali di kalangan orang muda zaman sekarang.
Baca Juga: Bulan Cinta Inggit Garnasih, Titik Nol Pendirian Inggit Garnasih Institute
BANDUNG HARI INI: Inggit Garnasih Lahir, Mendampingi Sukarno sampai Gerbang Kemerdekaan
Inggit Garnasih Dapat Anugerah sebagai Ibu Marhaenisme
View this post on Instagram
Membantu Pergerakan
Setelah menikah, mereka tinggal di Bandung. Dengan keinginan yang besar dan cita-cita yang luhur, Sukarno masih melanjutkan perjuangannya untuk membuat bangsanya lepas dari penjajahan. Sebagai istri dari seorang pejuang, Inggit Garnasih juga membantu pergerakan suaminya. Salah satunya, dia menjadi penyambung lidah dari Sukarno terhadap masyarakat sekitar, hal itu disebabkan oleh keterbatasan Sukarno dalam berbicara bahasa Sunda.
“Ketika melakukan pergerakan, melakukan upaya untuk memberikan pengajaran kepada masyarakat mengenai kemerdekaan, penjajahan, dan sebagainya Inggit Garnasihlah yang menjadi penerjemahnya. Inggit Garnasihlah yang menerjemahkan omongan Sukarno kepada para petani, para nelayan, orang-orang kecil yang diajak serentak untuk membebaskan kemerdekaan, untuk membebaskan diri mereka dari penjajahan itu, Inggitlah yang menjadi penerjemah,” terang Pramukti.
Bukan hanya menjadi penerjemah Sukarno, menurut lelaki berkacamata itu Inggit juga mempersilakan orang-orang yang aktif dalam sebuah gerakan untuk menggunakan rumahnya sebagai tempat berdiskusi dan merencanakan pergerakan untuk menggapai kemerdekaan Indonesia.
Inggit ikut andil sebagai seorang ‘Badan Intelijen’ Sukarno. Ada satu saat ketika Sukarno dijebloskan ke penjara oleh Belanda, dalam penjara pun Sukarno tetap melakukan pergerakan dan usaha untuk menggapai cita-citanya. Dalam keadaan tersebut, Inggit juga mempunyai andil besar untuk mewujudkan rencana dari suaminya tersebut.
“Di Banceuy inilah kemudian Sukarno melakukan satu kegiatan monumental besar, yaitu menulis mengenai pembelaan atau pledoi Indonesia Menggugat. Nah dalam posisi ini, Inggit Garnasihlah yang berhasil menyelundupkan naskah-naskah yang diperlukan untuk menuliskan pledoi itu ke dalam penjara Banceuy. Kalo teman-teman di Bandung yang pernah datang ke situs penjara Banceuy, pasti akan tau seberapa sempit ukuran Banceuy,” jelas Pramukti.
Selain penjara Banceuy, Sukarno juga sempat ditahan atau dibuang di penjara-penjara lain akibat perlawanan dan pergerakannya. Dalam masa pembuangan dan pengasingan pun sosok Inggit Garnasih hadir dan setia menemani Sukarno. Inggit meyakini bahwa kemana pun suaminya pergi, apalagi diasingkan, sebagai istri wajib untuk mengikuti suaminya.
Dalam masa pengasingan, terjadi beberapa kejadian yang membuat Inggit harus merasakan ujian, mulai dari menjual rumahnya di Bandung, ditinggal wafat oleh ibunya, bahkan di saat Sukarno dan Fatmawati bertemu yang mengakibatkan dia harus berpisah dengan Sukarno. Tetapi, perpisahan mereka bukan didasari oleh kebencian, Inggit jugalah yang mundur karena dia pantang dimadu.
“Jadi, ada satu momen di mana Inggit Garnasih meyakinkan Sukarno bahwa bukan dia bermaksud meminta Sukarno untuk menceraikannya. Tapi dia justru meminta diperkenankan untuk mundur. Jadi Inggit Garnasih yang mundur bukan Sukarno yang menceraikan,” terang Pramukti.
Setelah bercerai dengan Sukarno, Inggit kembali ke Bandung dan tinggal di rumah kerabatnya. Di Bandung, dia melanjutkan hidup layaknya seorang manusia pada umumnya, tetapi dia masih melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu masyarakat.
“Jadi, akhirnya dia melakukan pengabdian kepada rakyatnya dengan cara yang bisa dia lakukan. Kalau dulu ketika dengan Bung Karno melakukannya dengan jadi penerjemah, menjadi mata-mata, menjadi badan intelijennya Sukarno gitu supaya enggak ketahuan sama Belanda. Setelah dari kemerdekaan dia melakukan hal-hal yang sangat sederhana, dia melakukan pengabdian pada masyarakat dengan apa yang bisa dia lakukan,” tutur Pramukti.
Shalihul Amri sebagai moderator mengatakan, Inggit Garnasih adalah sosok perempuan yang memberikan inspirasi dan pelajaran bahwa setiap hal yang dicita-citakan membutuhkan sebuah pengorbanan untuk menggapainya.
“Kisah hidupnya mengajarkan kita tentang kesabaran, keteguhan hati, serta peran besar perempuan dalam sejarah meskipun sering kali luput dari sorotan utama,” ucap Shalihul Amri.
*Kawan-kawan bisa menyimak reportase lain dari Abdurrauf Syaban, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Ibu Inggit Garnasih