Bulan Cinta Inggit Garnasih, Titik Nol Pendirian Inggit Garnasih Institute
Ziarah dalam bentuk tarian itu bagian dari peringatan kelahiran Inggit Garnasih yang ke-134 bertajuk Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih.
Penulis Reza Khoerul Iman17 Februari 2022
BandungBergerak.id – Sepasang penari muda menari di makam Inggit Garnasih, TPU Porib Babakan Ciparay, Bandung, Kamis (17/02/2022). Tarian ditutup dengan menaburkan kembang setaman sebagai penghormatan kepada perempuan yang pernah mendampingi Sukarno di masa perjuangan kemerdekaan.
Ziarah dalam bentuk tarian itu bagian dari peringatan kelahiran Inggit Garnasih yang ke-134 bertajuk Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih. Acara yang digelar Yayasan Ibu Inggit Garnasih ini didukung oleh lintas generasi, tua dan muda, dari berbagai organisasi masyarakat seperti Komunitas Mataholang, Genep Dara, Generasi Penyambung Lidah Rakyat, Gerakan Rakyat Marhaen, dan DPC PA GMNI Kota Bandung.
Rangkaian acara pada tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih selalu diadakan dengan berbagai deretan acara yang menyertainya. Kali ini karena sedang dalam situasi pandemi, acaranya hanya difokuskan dalam satu hari di dalam satu tempat, yaitu di makam Inggit Garnasih.
“Biasanya acara ini diadakan dalam waktu yang lumayan lama. Pokoknya dalam bulan ini kita fokus membahas dan berupaya mengenalkan kembali jasa perjuangan Inggit kepada masyarakat luas,” ungkap Gatot Gunawan, pendiri komunitas Lokra sekaligus yang getol berperan dalam peringatan Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih setiap tahunnya, kepada BandungBergerak.id.
Selain diwarnai tarian, momen tersebut disertai pembacaan biografi Inggit Garnasih secara singkat oleh Andy Waluya Wartja, sambutan dari pihak keluarga, hingga diskusi tentang Inggit Garnasih.
Tito Zeni Asmara Hadi, cucu Inggit Garnasih, berharap acara ini bukan sebatas seremonial semata. Harus ada sesuatu yang dapat dituai hikmahnya dari Inggit Garnasih. Dalam arti lain, ia berharap semua hadirin pada acara ini dapat pulang dengan membawa bekal ke rumahnya masing-masing, agar perjuangan Inggit Garnasih tidak pernah berhenti.
Apa yang telah dilakukan Inggit dan apa yang menjadi buah pemikirannya menjadi satu modal yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh khalayak umum. Sayangnya, nama Inggit Garnasih seolah terasingkan begitu saja, selain dikenal hanya dikenal melalui Jalan Inggit Garnasih yang dulunya merupakan Jalan Ciateul, dan sebuah rumah miliknya yang berada di sana.
Sebelum menggelar acara ini, Yayasan Inggit Garnasih menggelar survei untuk mengetahui seberapa populer Inggit Garnasih di lingkungan terdekat. Hasilnya, selain orang yang suka dan mengerti sejarah, sedikit sekali orang yang mengenal dan memahami kisah hidup Inggit.
Kenyataan ini menjadi salah satu alasan Tito, Gatot, dan kawan-kawan untuk terus memperjuangkan Inggit Garnasih agar dikenal dan dijadikan sebagai sosok yang patut diteladani.
“Momentum di bulan Februari kami jadikan untuk memperkenalkan Inggit Garnasih kepada publik agar bukan hanya dikenal sebatas nama jalan saja,” tutur Gatot Gunawan.
Inggit Garnasih merupakan mantan suami Ir. Sukarno yang pantas diposisikan dalam kedudukan terhormat. Baik dia sebagai seorang ibu, pahlawan, motivator, idola, hingga seorang yang patut dicontoh oleh wanita Indonesia.
“Bu Inggit telah bertindak sebagai apa pun untuk Sukarno. Ia adalah seorang istri, ibu, motivator, hingga kawan seperjuangan. Bahkan seperti yang saya katakan di pembukaan jika Sukarno merasa sangat berhutang budi pada jasa-jasa yang telah diberikan Inggit kepadanya,” tutur Tito Zeni Asmara Hadi.
Baca Juga: BANDUNG HARI INI: Inggit Garnasih Lahir, Mendampingi Sukarno sampai Gerbang Kemerdekaan
Inggit Garnasih Dapat Anugerah sebagai Ibu Marhaenisme
JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (18): Sukarno Menjadi Anggota Partindo Cabang Bandung
Titik Nol Inggit Garnasih Institute
Acara Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih menjadi titik pencetusan Inggit Garnasih Institute di bawah naungan Yayasan Inggit Garnasih. Makam Inggit Garnasih dijadikan sebagai titik nol perjuangan IGI untuk permulaannya.
Inggit Garnasih Institut akan menjadi sebuah wadah yang terus menyuarakan dan memperjuangkan Inggit Garnasih dan pemahaman tentang marhaenisme kepada masyarakat secara umum. Baik Inggit maupun konsep marhaenisme ajaran Sukarno, dinilai sama-sama terasing kini.
Namun Inggit Garnasih Institute saat ini bukanlah sebuah sekolah, apalagi sebuah bisnis. Inggit Garnasih Institute adalah ruang atau wadah yang berdiri secara independen yang mendidik masyarakat untuk menjadi kader bangsa.
“Tujuan kami untuk membaktikan diri kepada masyarakat. Di sana kami tanamkan moral dan karakter cinta kepada bangsa. Konsepnya seperti grup study yang dilakukan Sukarno pada zaman dulu. Itulah yang kita ikutin dan teruskan,” ucap Tito.
Meski demikian, Inggit Garnasih Institute diakui baru sebagai konsep yang perlu banyak dibumikan dengan berbagai kegiatan. Rencananya, pada acara haul Inggit Garnasih yang diperingati setiap 13 April nanti akan menjadi langkah berikutnya bagi kegiatan Inggit Garnasih Institute.
Lebih jauh lagi, Tito berharap Inggit Garnasih Institute akan menjadi sebuah wadah yang bermanfaat bagi masyarakat dan berbagai komunitas dengan berbagai latar belakang ke depannya. Sehingga perjuangan IGI tidak berhenti di makam Inggit Garnasih saja, tetapi dapat meluas ke berbagai daerah di Jawa Barat dan nusantara.