• Kolom
  • CATATAN DARI BUKU HARIAN #32: Rinrin Candraresmi, Srikandi Teater Bandung yang Tak Pernah Padam Semangatnya

CATATAN DARI BUKU HARIAN #32: Rinrin Candraresmi, Srikandi Teater Bandung yang Tak Pernah Padam Semangatnya

Rinrin Candraresmi menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan menjaga warisan budaya Sunda.

Kin Sanubary

Kolektor Koran dan Media Lawas

Rinrin Candraresmi, srikandi teater Bandung. (Foto: Kin Sanubary)

8 Maret 2025


BandungBergerak.id – Dunia seni adalah dunia yang penuh dinamika, tempat di mana ekspresi dan kreativitas menemukan jalannya. Di tengah riuhnya panggung teater Indonesia, ada satu nama yang begitu bersinar dengan dedikasi luar biasa: Rinrin Candraresmi. Ia bukan sekadar aktris, sutradara, atau penulis, tetapi juga seorang pejuang seni yang terus menghidupkan teater, khususnya di Bandung. 

Dikenal sebagai Teh Rinrin, ia telah mendedikasikan hidupnya untuk teater. Karya-karyanya dikenal kreatif dan inovatif, sering mengangkat isu-isu sosial yang relevan. Salah satu ciri khasnya adalah kemampuannya memadukan elemen teater tradisional dengan pendekatan kontemporer, menjadikan pertunjukannya unik dan penuh daya tarik. 

Tak hanya berperan sebagai aktris, Teh Rinrin juga seorang sutradara yang memiliki visi kuat. Ia mampu menghadirkan ide-ide segar di atas panggung, memberi warna baru bagi perkembangan teater di Indonesia, khususnya di Bandung. Keaktifannya dalam penyutradaraan, pelatihan, diskusi teater, hingga menjadi juri berbagai ajang seni menunjukkan betapa besar perannya dalam dunia teater. 

Sebagai pendiri dan ketua Teater Warna Panggung, Bandung, Teh Rinrin tak pernah berhenti berkarya. Ia juga menjadi anggota dan tampil dalam berbagai kelompok teater ternama, seperti Caraka Sundanologi, Teater Sunda Kiwari, Teater Senapati, PP-SS, Laskar Panggung, Studiklub Teater Bandung, Mainteater, Actors Unlimited dan masih banyak lagi. Keberadaannya di dunia teater bukan hanya sekadar pelaku, tetapi juga pembangun dan penjaga api semangat seni pertunjukan. 

Rinrin saat pementasan film Preserving The Seke. (Foto: Kin Sanubary)
Rinrin saat pementasan film Preserving The Seke. (Foto: Kin Sanubary)

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #29: Bersahabat Dengan Kemal Ferdiansyah, Pegiat dan Aktor Teater Bandung
CATATAN DARI BUKU HARIAN #30: Dewi Gilang Kurnia, Inspirasi Pesepeda Perempuan Bandung
CATATAN DARI BUKU HARIAN #31: Berkenalan dengan Andra, Pemerhati Televisi dan Kolektor Media Cetak

Prestasi dan Karya

Karya-karya Teh Rinrin banyak dinikmati pecinta seni dan khalayak umum, jauh sebelumnya, ia menulis dan  mementaskan drama Runtah.  Karya-karyanya berjumlah puluhan, adapun beberapa drama berbahasa Sunda yang ditulis dan disutradarai Rinrin diantaranya yaitu: Sabot Moyan, Hate Ratug Tutunggulan, Purbararang, Girimis Wanci Magrib, Bandera, dan Sora-Sora Jeroning Sirah.

Karya-karya Teh Rinrin tak hanya dinikmati di dalam negeri, tetapi juga mendapat apresiasi di kancah internasional. Salah satu contohnya adalah turut berkarya dalam film dokumenter Preserving The Seke, yang membahas penyelamatan mata air di Ledeng, Kota Bandung. Di film tersebut Teh Rinrin tampil membacakan sajak berbahasa Sunda yang dibuatnya, berjudul "Cidra" dengan diiringi musik tradisional Tarawangsa,  menggambarkan praktik pembangunan yang menggusur lahan hijau dan mata air serta keserakahan manusia terhadap alam di sekitarnya.

Film ini berhasil meraih Gerry Balasta Advocacy Award di International Film Festival Manhattan, USA, pada tahun 2021. Film dokumenter ini diprakarsai oleh Irwan Jabonk, Poedji Irawan, Ferry Curtis, Adi Raksanagara, Isa Perkasa, T Bachtiar dkk. Sebuah prestasi yang membanggakan bagi anak bangsa dan membawa harum nama Indonesia pada ajang internasional.

Tak berhenti di situ, beberapa film pendek yang dibintanginya juga meraih prestasi di Festival Film Pendek Bandung (FFPB). Di antaranya Lemah Cai Kulup meraih penghargaan sebagai Film Drama Terbaik, sedangkan Kecemeng-Kecemeng menjadi Film Eksperimental Terbaik. Bahkan, film-film tersebut turut serta dalam Festival Film Pendek Internasional di Filipina. 

Rinrin bersama Reka Ayu Della pemeran film Patrakomala yang dibintanginya. (Foto: Kin Sanubary)
Rinrin bersama Reka Ayu Della pemeran film Patrakomala yang dibintanginya. (Foto: Kin Sanubary)

Teh Rinrin juga turut membintangi film Patrakomala yang disutradarai oleh Wiwid Septiyardi. Film ini menyoroti Kota Bandung dengan berbagai isu sosialnya. Bercerita tentang seorang ibu, diperankan oleh Rinrin yang berjuang mencari anaknya yang menghilang di hari ulang tahun yang ke-17, film Patrakomala menjadi pemenang program Kompetisi Ide Cerita pada Bandung Film Initiative Awards 2022.

Teh Rinrin turut serta bersama Mainteater mengadakan pertunjukan di La Mama Theatre, Melbourne Australia pada tahun 2020, mempersembahkan Kolaborasi Mainteater Bandung-Melbourne dalam lakon Hades Fading (Hades Memudar). Sebuah pertunjukan vokal dan visual mitologi pasca apokaliptik.

Hades Memudar berkisah tentang situasi pasca-apokaliptik yang berlatar mitos dunia Hades. Sebuah kisah yang membayangkan kembali kerajaan Hades Yunani Kuno sebagai sisa terakhir imajinasi manusia yang memudar tanpa ada manusia yang mempercayai. Hades Memudar merefleksikan ingatan, media, kepercayaan, dan potensi bencana yang mengintai manusia.

Selain itu, ia juga aktif menulis Haiku dan Tanka, puisi pendek asal Jepang, yang telah diterbitkan dalam berbagai antologi.  Karya-karyanya tergabung dalam buku antologi: The Diary of Unite Against Covid-19, Tanka Indonesia Vol 2, dan 1000 Tanka Indonesia, dan  1000 Haiku Indonesia.

Prestasi dan penghargaan yang pernah diterima oleh Teh Rinrin cukup banyak, apalagi sewaktu masih menjadi mahasiswa, terutama dalam bidang membaca puisi. Misalnya juara 1 Lomba Baca Puisi kategori mahasiswa/umum yang diselenggarakan ITB; juara 1 Lomba Baca Puisi kategori mahasiswa/umum yang diselenggarakan STKS; serta selebihnya penghargaan- penghargaan lebih ke sebagai juri berbagai mata lomba atau jadi pemateri dan pembicara.

Rinrin juga sering didaulat menjadi juri dalam berbagai perlombaan seni, diantaranya  Juri Lomba Baca Puisi Piala Acep Zamzam Noor, antar pelajar & umum tingkat nasional yang diselenggarakan Komunitas Cermin Tasikmalaya (November 2024); Juri Lomba Mendongeng se-Indonesia tingkat SMP daring wilayah Jawa Timur, Kalimantan, & Sumatera yang diselenggarakan Balai Pengembangan Talenta Indonesia, Pusat Prestasi Nasional. (November 2024); Juri Lomba Baca Puisi se-Bandung Raya Tingkat SMA yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Nusantara, Bandung; Juri Baca puisi FLS2N. Tingkat SMA (2024, 2023, 2022); Juri Teater Antar Pelajar se-Jawa Barat (2023) dan berbagai kejuaraan lainnya.

Rinrin bersama Kru Teater Warna Panggung. (Foto: Kin Sanubary)
Rinrin bersama Kru Teater Warna Panggung. (Foto: Kin Sanubary)
Melestarikan Teater dan Budaya Sunda

Sebagai sosok yang mencintai budaya daerahnya, Teh Rinrin berperan penting dalam pengembangan teater berbahasa Sunda. Ia aktif dalam Festival Drama Basa Sunda (FDBS), baik sebagai juri maupun mentor bagi generasi muda. Teater Warna Panggung yang ia pimpin juga rutin mementaskan drama dalam bahasa Sunda, seperti dalam perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional di Universitas Padjadjaran. 

Dalam setiap karyanya, perempuan tangguh yang berzodiak Gemini ini, tidak sekadar bercerita, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai kehidupan yang dalam. Baginya, teater bukan hanya hiburan, melainkan medium refleksi dan edukasi bagi masyarakat. \

Rinrin bersama penulis. (Foto: Kin Sanubary)
Rinrin bersama penulis. (Foto: Kin Sanubary)

Semangat yang Tak Pernah Pudar

Persahabatan antara penulis dengan Teh Rinrin bermula diperkenalkan oleh sahabat penulis, yaitu Kemal Ferdiansyah yang juga rekan bermain teater Rinrin. Penulis sering  berjumpa dengan Teh Rinrin dalam berbagai  pertunjukan teater yang dipentaskan di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung dan berbagai kegiatan berkesenian lainnya.

Penulis merasa kagum bila menyaksikan Teh Rinrin di atas panggung, beliau selalu tampil memukau, tampil secara totalitas dengan kekuatan gerak, vokal dan karakter yang selalu prima.

Teh Rinrin bukan hanya seorang seniman, tetapi juga seorang inspirator. Perjalanannya di dunia teater adalah bukti bahwa seni bukan hanya tentang panggung, tetapi juga tentang dedikasi, keberanian, dan ketulusan dalam berkarya. 

Di tengah segala tantangan, ia tetap teguh pada prinsipnya: bahwa teater adalah jalan hidupnya. Ia tidak tergiur oleh gemerlap industri hiburan komersial, karena baginya teater memiliki makna yang lebih dalam. Ia berharap generasi muda yang terjun ke dunia seni dapat menekuninya dengan sepenuh hati dan konsistensi. 

Semangat Rinrin Candraresmi akan terus menyala, menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan menjaga warisan budaya. Dari panggung ke panggung, dari kata ke kata, ia telah menorehkan jejak yang akan selalu dikenang. Seni adalah napasnya, dan teater adalah rumahnya.

*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan lain Kin Sanubary atau artikel-artikel lain tentang seni

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//