Perempuan dan Literasi, Memerah Makna Surat dari Tokoh Wanita Berpengaruh di Toko Buku Pelagia
Di masa lalu surat begitu populer sebagai medium personal maupun literasi. Lima tokoh perempuan dunia menulis surat yang isinya masih relevan sampai sekarang.
Penulis Audrey Kayla Fachruddin13 Maret 2025
BandungBergerak.id - Lima surat dari tokoh perempuan dunia dibacakan para perempuan dibacakan di Hari Perempuan Internasional, yang diperingati di Toko Buku Pelagia, Bandung, Sabtu, 8 Maret 2025. Beragam makna dipetik dari isu-isu yang mencuat di masa lalu, seperti rasialisme, cinta, solidaritas, dan pemikiran.
Dalam suasana hujan cukup deras, acara bertajuk Memerah Surat ini dimotori Ayu Oktariani, Foggy FF, Galuh Pangestri, Maradilla Dwi Ayundari, dan Nada Nadhifah yang membacakan surat-surat dari lima tokoh perempuan berpengaruh.
Galuh Pangestri, pembaca dan penggagas acara, menjelaskan bahwa surat-surat tersebut dipilih karena mencerminkan karakter unik dari masing-masing penulisnya. Hal ini dibuktikan melalui bagaimana Rosa Parks menuliskan surat kepada Tuan Kessler mengenai perjuangan segregasi kulit di Amerika Serikat, perasaan cinta nan tragis Virginia Woolf terhadap suaminya sebelum ia memutuskan untuk pergi, Alexandra Kollontai kepada para pekerja muda Uni Soviet yang membangkitkan solidaritas, surat cinta Frida Kahlo pada Diego Riviera yang membara namun tetap ada ketenangan di dalamnya, serta pemikiran Emma Goldman yang kemudian ia tuliskan kepada Alexander Berkman.
Secarik surat bukan hanya rangkaian kata tanpa makna. Persamaan surat antara kelima penulis ini adalah mereka dapat menyampaikan sebuah pesan yang tidak kenal waktu dan personal bagi mereka yang membacanya meski hanya sepintas.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan bersama para pembaca surat, mereka sepakat bahwa setiap penulis memiliki kekhawatiran atau keraguan masing-masing. Namun, mereka tidak takut untuk menunjukkannya melalui berbagai cara. Salah satunya adalah Frida Kahlo, pelukis legendaris asal Meksiko yang kerap menyuarakan berbagai isu terkait gender dan sosial melalui berbagai karyanya.
Baca Juga: Bukan Perlawanan Satu Hari
IWD 2025 di Bandung, Mengundang Aksi Nyata Melawan Penindasan terhadap Perempuan
IWD 2025: Seruan Kesetaraan bagi Perempuan dan Kelompok Rentan di Bawah Jalan Layang Pasupati

Surat dan Literasi
Surat-menyurat kini dapat dikatakan sudah jarang terdengar akibat digitalisasi. Perangkat keras dan lunak digital sudah lazim digunakan masyarakat kekinian terutama generasi baru. Namun di balik surat-menyurat ada kerja literasi. “Literasi membuat orang-orang menjadi agen untuk menyampaikan emosi atau ekspresinya,” ujar Foggy FF, di sela diskusi Memerah Surat.
Dalam suasana hujan cukup deras, acara bertajuk Memerah Surat ini dimotori Ayu Oktariani, Foggy FF, Galuh Pangestri, Maradilla Dwi Ayundari, dan Nada Nadhifah yang membacakan surat-surat dari lima tokoh perempuan berpengaruh.
Sementara Maradilla Dwi Ayundari menyoroti, konstruksi sosial yang berpengaruh pada kehidupan perempuan. Menurutnya, hidup dalam kultur yang dikonstruksi tidak mudah. Bahkan permasalahan yang dilalui perempuan masa kini dapat dikatakan sebagai sesuatu yang semua umat manusia rasakan–sulitnya mencari kerja, mengurus keluarga, dan lain-lain.
Ayu Oktariani menimpal, bahwa pekerjaan rumah bagi para perempuan di masa kini adalah berjuang bagi dirinya sendiri dan mulai membuka pikiran bahwa ia pantas untuk memiliki cita-cita serta dihargai sebagai seorang manusia. Hal ini juga didasari dengan adanya pemikiran misoginis yang telah tertanam pada perempuan melalui konstruksi sosial masyarakat.
Peserta diskusi menyetujui bahwa berbagai rintangan tersebut juga merupakan dampak yang disebabkan oleh kebijakan politik dan penting adanya tempat untuk perempuan dan laki-laki untuk menyuarakan hak mereka.
Menurut mereka, tidak masalah bagi seorang perempuan untuk memiliki banyak pertanyaan di kepalanya, baik yang dapat dijawab maupun pertanyaan retoris. Hal ini dapat dilihat sebagai satu langkah untuk mengenali diri sendiri lebih baik dan membuka persepsi perempuan terhadap dunia sekitarnya dengan berdiskusi bersama.
Toko Buku Pelagia berkomitmen untuk menciptakan ruang aman bagi masyarakat melalui acara-acara serupa. Acara Memerah Surat diharapkan banyak perempuan yang merasa dihargai, dimengerti, dan termotivasi untuk terus melangkah bersama.
*Kawan-kawan yang baik, silakan membaca tulisan-tulisan Audrey Kayla Fachruddin atau artikel-artikel lain tentang PEREMPUAN