• Berita
  • Para Pedagang Kecil di Bandung Memerlukan Jaminan Ruang Dagang yang Aman dari Pemalakan

Para Pedagang Kecil di Bandung Memerlukan Jaminan Ruang Dagang yang Aman dari Pemalakan

Kejahatan pada malam hari di Bandung turut didukung dengan minimnya fasilitas publik seperti penerangan jalan. Banyak lampu-lampu penerangan jalan yang mati.

Suasana Jalan Moch. Toha di malam hari saat sepi kendaraan, Jumat (4/8/2023). (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Penulis Fauzan Rafles 19 Maret 2025


BandungBergerak.idRuang aman bagi warga khususnya para pedagang kaki lima (PKL) di Bandung terasa kian menyempit. Mata pencaharian mereka sering kali terancam pemalakan oleh preman. Pada musim Ramadan dan menjelang lebaran tidak terjadi pengecualian. Fenomena meminta THR secara paksa kepada para pedagang sudah menjadi rahasia umum.

Peristiwa pemalakan misalnya terjadi di Jalan Ciparay, Kota Bandung, Kamis, 14 Maret 2025 dini hari pukul 00.00 WIB. Menurut kesaksian warga, pemerasan dilakukan seorang pedagang pecel lele di sekitar Jalan Logam. Beruntung, kejadian ini diketahui patroli polisi. Pelakunya juga bisa ditangkap.

“Jadi pas saya dateng mereka udah minta beberapa ayam kepada pedagang dan mereka kira saya tuh anggota, jadi mereka panik dan kabur ke Jalan Ciparay lalu ngebuang sajam (senjata tajam) ke jalan. Sebetulnya mereka ada 4 orang tapi yang 1 ini berhasil ketangkep,” kata saksi mata.

Pemerasan itu terjadi sekitar jam 23.30 WIB tanggal 13 Maret 2025. Lalu salah satu dari warga ada yang melapor ke Tim Prabu dan tak lama kemudian Tim Prabu datang lalu menangkap satu orang pelaku. Tiga orang yang berhasil melarikan diri dan saat dalam kejaran polisi.

Beberapa warga serentak memberi keterangan bahwa para preman ini sudah melakukan banyak tindak pemerasan. Bukan hanya pedagang pecel lele, namun ada pedagang lain juga yang turut diperas barang dagangannya.

Warga lain yang tinggal lumayan dekat dengan para pedagang di Jalan Logam juga mengatakan bahwa aksi premanisme ini memang jarang meminta uang dan hanya meminta makanan saja. Namun, aksi pemalakan dan pengancaman yang disertai ancaman sajam tentu meresahkan masyarakat, terlebih saat bulan Ramadan seperti sekarang.

Seorang ibu yang tinggal di dekat lokasi kejadian memberi tanggapan atas kejadian ini. “Iya kang kalo udah gini mau gimana lagi kan. Giliran udah ketangkep malah nangis, duit teu sabaraha tapi resikona siga kieu, tos mah lebaran teu jadi. Makanya kang yang bener-bener aja hidup mah ya,’ kata sang ibu yang tidak menyebutkan namanya ketika ditemui BandungBergerak di lokasi kejadian.

Warga lainnya, Galah, seorang wanita yang sudah lama menetap di daerah tersebut bercerita, dirinya kerap menyaksikan ancaman-ancaman seperti ini. “Emang gak tiap malem sih, cuma sejak tahun baru udah mulai banyak kejadian-kejadian kayak gini. Orang-orang mabok yang ribut, preman malak, dan yang bawa-bawa bedog kayak gini juga banyak,” katanya.

Menurut Nopi dari Tim Prabu Lodaya Kota Bandung, di bulan Ramadan kejahatan tetap mesti diwaspadai terutama saat jam-jam menjelang sahur, seperti kejadian pemerasan di Jalan Logam. Selain pemalakan, aksi gengster yang tawuran juga meresahkan warga.

"Ti awal Ramadan tahun ieu ge sapeting teh bisa lima penangkapan jiga kieu mah. Rupa rupa masalahna, aya nu perang, aya nu malak," kata Nopi. Masyarakat pun diimbau untuk melaporkan kejahatan melalui Tim Prabu 081818612889.

Baca Juga: Mahasiswa ISBI Menyuarakan Hak 38 Orang PKL yang Digusur Satpol PP Kota Bandung
Mendengarkan Cerita PKL Jalan Ganesha setelah Ultimatum Relokasi TIba
PKL Dalem Kaum Menolak Relokasi dan Menuntut Diizinkan Berjualan Kembali

Rasa Aman di Malam Hari

Kejahatan bisa terjadi siang atau malam hari. Namun di malam hari kejahatan turut didukung minimnya fasilitas publik, seperti penerangan jalan. Pada Januari 2023, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung mencatat sekitar 2.000 dari total 46.000 PJU (penerangan jalan umum) mengalami kerusakan atau tidak menyala.

Pada Januari 2025, laporan menunjukkan bahwa lampu PJU di beberapa ruas jalan di Kota Bandung masih banyak yang mati, termasuk di jalanan ramai warga seperti Jalan Ir H Juanda atau Jalan Dago.

Kondisi ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat terkait keselamatan dan keamanan saat berkendara atau berjalan kaki di malam hari. Warga berharap pemerintah Kota Bandung dapat segera menangani masalah ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri pada tahun 2023 merilis kejahatan di Kota Bandung berjumlah 2.626 kasus. Dari jumlah tersebut, 223 kasus di antaranya termasuk ke dalam kejahatan pencurian dengan pemaksaan. Di tahun yang sama, jumlah terpidana akibat kasus pemerasan dan pengancaman berjumlah 14 kasus.

Dari sisi pedagang, kondisi terbatasnya ruang dagang yang aman menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Padahal perdagangan khususnya pedagang kecil (PKL) turut menggerakan ekonomi kota.

Merujuk situs Sistem Informasi Pedagang Kaki Lima (SIPKL), diakses Jumat (16/7/2021) sore, tercatat ada sebanyak 22.003 orang pedagang kaki lima (PKL) yang terdaftar di bawah Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kota Bandung. Fesyen dan kuliner merupakan dua jenis usaha yang paling banyak dilakoni oleh PKL, masing-masing terdiri dari 11.783 orang dan 9.712 orang. Dari sisi penyebarannya, jumlah PKL terbanyak ditemukan di Kecamatan Regol, mencapai 3.336 orang.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Fauzan Rafles, atau tulisan-tulisan menarik lain Pedagang Kaki Lima

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//