• Kolom
  • CATATAN DARI BUKU HARIAN #35: Mengenal Joey Cardinal, Penyiar Senior yang Tetap Berkarya

CATATAN DARI BUKU HARIAN #35: Mengenal Joey Cardinal, Penyiar Senior yang Tetap Berkarya

Joey Cardinal berhasil menciptakan jejak yang signifikan dalam dunia penyiaran radio Indonesia.

Kin Sanubary

Kolektor Koran dan Media Lawas

Joey Cardinal, penyiar senior Bandung. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

29 Maret 2025


BandungBergerak.id – Bagi Joey Cardinal, menjadi seorang penyiar bukanlah sekadar pekerjaan, melainkan panggilan hati untuk menyampaikan informasi, memberikan edukasi, dan menghibur pendengar di setiap momen kehidupan.

Joey lahir di Bandung, 19 Juli 1960, Joey telah menjadikan dunia radio sebagai panggung bagi keahliannya dalam menciptakan momen yang tak terlupakan. Suara khasnya yang melekat di telinga penggemar radio mengantar Joey meraih popularitas hingga saat ini.

Joey memulai perjalanan radionya berkat dorongan dari sahabatnya, alm. Mufti Muchtiar, dari Radio Ardan. Sejak itu, karier kepenyiarannya berkembang di Radio Ardan, di mana ia tidak hanya menjadi penyiar, tetapi juga turut berkontribusi sebagai supervisor, bagian produksi, dan memanajemen traffic iklan. Kendati menghadapi tantangan menarik dalam menarik pendengar dan menyajikan acara berkualitas, Joey menjalani peranannya dengan antusiasme yang tinggi.

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #32: Rinrin Candraresmi, Srikandi Teater Bandung yang Tak Pernah Padam Semangatnya
CATATAN DARI BUKU HARIAN #33: Berkenalan dengan Tony Thamsir, Pemilik Suara Merdu dari Taiwan
CATATAN DARI BUKU HARIAN #34: Jejak Miya Rumiyana Soelandjana, 60 Tahun Berkarya

Dikenal Lewat Acara Ardan Nightmare

Salah satu kontribusi besar Joey adalah menjadi penggagas acara “Ardan Nightmare”. Dimulai sejak tahun 1995 bersama Sam Sparrow (Mufti Muhtiar), acara ini menjadi fenomena dengan menghadirkan cerita misteri yang dialami oleh crew Ardan dan pengalaman mistis pendengar. Keberhasilan acara ini mengukuhkan posisi Radio Ardan sebagai stasiun radio dengan ciri khas tersendiri di Kota Bandung.

Acara ini awalnya sebuah acara radio ngobrol biasa, menjadi booming karena hampir semua crew Ardan pernah melihat hantu di studio Ardan dan acara ini paling banyak diminati pendengar radio di Bandung. Joey pun kebagian tugas untuk mencari tempat, lokasi, gedung dan bangunan yang dianggap keramat dan sakral untuk dijadikan bahan acara.

Nama Joey Cardinal disandangnya ketika Radio Ardan pada tahun 1991 memosisikan diri sebagai “the bird station” dan hampir semua crew Radio Ardan memakai nama-nama burung, seperti Kiki Kaswari, Anna Murai, Cindy Colibry, Marry Canary, Hellen Peackok, Lella Peageon ada juga Rick Falcon, Ronny Kookaboorra, Pieter Hawk, Daniel Albartos, Jeff Flamingo, Andi Eagle, Sam Sparrow dan Joey Cardinal sendiri. Hal ini menjadikan Radio Ardan mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan radio lainnya yang ada di Kota Bandung.

Radio Ardan mampu meraih dan merangkul pendengar muda dengan acara-acara menarik yang disajikannya terutama acara kuis yang menjadi acara unggulan radio ini.

Joey Cardinal, hobi bermain musik. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Joey Cardinal, hobi bermain musik. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Kolaborasi antara Radio Ardan dengan Majalah Hai

Joey Cardinal tidak hanya berkiprah di dunia radio. Namun ia juga melakukan kerja sama erat dengan Majalah Hai yang saat itu dikomandoi oleh Irwan Iskandar dan menelurkan berbagai program menarik, seperti HAI Rock dan pertunjukan musik. Peran aktifnya membawa Ardan dipercaya memproduksi acara radio untuk stasiun-stasiun besar di Indonesia.

Membesarkan B-Radio Bandung

Joey Cardinal juga turut membidani dan membesarkan sebuah radio milik Ardan Group yaitu B Radio. Seperti diketahui Ardan Group mewadahi Radio ABC : Ardan, B Radio, dan Cakra.

Adapun nama program acara yang diasuh Joey Cardinal di B Radio yaitu “Sunday Rhythm” sebuah acara yang khusus memutarkan lagu-lagu rock mancanegara dan mengulas grup band dan lagu-lagu yang dipopulerkannya.

Dan program acara “Blue Nite” sebuah acara yang menemani para pendengarnya menuju pembaringan disertai lagu-lagu easy listening. Aktivitas lainnya Joey dipercaya sebagai Traffic Iklan yang mengatur dan membuat jadwal iklan yang tayang dan mengudara tiap hari dari pagi hingga malam.

Melanjutkan Jejak Kesuksesan Melalui Radio Streaming

Kini Joey Cardinal atau sering disapa Opa Joey dipercaya sebagai kepala studio NBS Radio milik koleganya Nata Sofia yang sama-sama pernah di Ardan Grup. Opa Joey kini secara rutin mengasuh program mingguan “Rock Never Dies” yang mengudara setiap hari Minggu jam 11 hingga jam 2 siang, juga acara “Moon Light” yang mengudara setiap hari Minggu dari jam 5-7 malam kedua acara ini mampu menjaring pendengar yang banyak.

Joey Cardinal bersama pendengar setianya. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Joey Cardinal bersama pendengar setianya. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Joey Muda yang Penuh Berwarna

Ketika Joey masih muda pemilik nama asli Chaerudin Soelistyo ini sempat bergabung dengan Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) yang dikomandoi oleh musisi Harry Roesli. Joey bergabung dengan Kang Harry Roesli sejak SMA dan jauh sebelum DKSB didirikan ketika itu mempunyai nama Musik Perkusi Bandung hingga tahun 1983.

Setelah itu Joey tinggal dan menetap di Negeri Paman Sam. Selepas dari SMA Negeri 1 Bandung tahun 1979. Joey muda melanjutkan studi di University of Bridgeport, Connecticut Amerika Serikat jurusan Commercial Art & Advertising (1987) dan mempunyai keahlian di bidang desain interior.

Ada kenangan tersendiri bagi Joey yaitu ketika Joey tinggal di AS tengah mewabah penyakit yang mematikan yaitu Aids suatu penyakit menurunnya kekebalan tubuh, hampir selama satu tahun tidak bisa keluar rumah secara bebas, kondisi dan suasana di AS ketika itu sangat mencekam mirip masa PPKM ketika Indonesia dilanda wabah Covid-19.

Pada saat itu Joey berkesempatan menyaksikan Konser “Live Aids” sebuah pergelaran musik yang digagas oleh musisi Bob Geldof untuk mengumpulkan dana bagi penanggulangan kelaparan di Ethiopia diselenggarakan di Stadion JFK Philadelphia, AS. Acara ini dimeriahkan oleh Joan Baez, Ron Wood, Bob Dylan, Phil Collin, Led Zeppelin dan Duran Duran.

Joey juga sempat berkunjung ke Woodstock di mana tempat ini menjadi lokasi fenomenal tempat diselenggarakannya pesta musik terbesar di dunia yang digelar secara kontinu sejak tahun 1969.

Karena mempunyai keahlian di bidang desain interior Joey pun sempat bekerja di Filipina sebagai arsitek.

Selama setahun sempat terdampar di Filipina dan tak bisa pulang ke tanah air karena kehabisan dana ketika terjadi konflik di negara itu pada jaman pemerintahan Presiden Marcos dan saat terjadi pembunuhan senator Aquino. Karena kondisi politik di negara itu tak menentu akhirnya Joey diasuh dan dirawat oleh seorang misionaris berkebangsaan Kanada yang bernama Mr John dan akhirnya Joey pun bisa kembali ke Indonesia.

Joey ketika muda termasuk anak kolong karena ayahnya salah seorang perwira tentara dan Joey termasuk anak badung juga, dia berkisah ketika sekolah sempat naik kuda hingga sampai di depan kelas dan disaksikan langsung oleh teman-teman sekelasnya. Joey muda juga sempat membakar sawah milik tetangganya.

Joey Cardinal bersama rekan penyiar. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Joey Cardinal bersama rekan penyiar. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Harapan Radio Siaran di Era Digital

Selain dari kesibukan di radio, Joey menikmati bermain musik dan touring motor ke pantai Pangandaran dan Pelabuhanratu. Di akhir obrolan, Joey menyampaikan harapannya agar radio tetap relevan di era digital, dengan keberagaman program dan acara yang menarik.

Di akhir obrolan dengan penulis Joey Cardinal berharap di era digital ini radio bisa didengarkan di mana saja dan kapan saja berbeda dengan jaman dulu radio hanya bisa di dengarkan di rumah itu pun menggunakan pesawat transistor radio saja berbeda dengan saat ini radio bisa didengarkan melalui ponsel, laptop atau perangkat komputer.

Seperti media cetak dunia radio juga mengalami masa pasang surut bahkan ada yang vakum dan tutup total karena pengaruh era digital. Salah satunya bisa disiasati dengan membuat program dan acara yang menarik bagi pendengarnya, Joey mempunyai harapan : secanggih apa pun jamannya, radio akan tetap didengarkan di mana pun dan kapan pun.

Meskipun teknologi terus berkembang, Joey meyakini bahwa pesona radio akan tetap bertahan, mengiringi pendengar di setiap waktu dan tempat. Dengan dedikasinya dalam membawa warna dan nuansa yang berbeda dalam setiap program yang dibawakannya, Joey Cardinal berhasil menciptakan jejak yang signifikan dalam dunia penyiaran radio Indonesia. Keberhasilannya sebagai pengisi acara dan dalam mengelola traffic iklan menjadi inspirasi bagi generasi penyiar muda yang ingin mengukir prestasi di dunia penyiaran.

*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan lain Kin Sanubary atau artikel-artikel lain tentang seni

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//