RESENSI BUKU: Kisah Gordon Comstock yang Menghindari Kemapanan
Novel Keep The Aspidistra Flying karya George Orwell bercerita tentang perjuangan Gordon Comstock memerangi uang.
Penulis Muhammad Fariz Akbar6 April 2025
BandungBergerak.id – Naif sekali rasanya ketika ada yang mengatakan bahwa seseorang itu sedang memerangi uang. Sekuat apa pun penjelasan kita, seperti misalnya agar tetap bisa memberi makan jiwa karena uang menggadaikan kesopanan dan harga diri manusia pun, tetap sulit untuk diterima. Terlebih jika ada orang yang menyadari kelakuan kita.
Hidup untuk menghindari kemapanan adalah pengertian yang lebih sederhana dari prinsip yang dianut oleh Gordon Comstock, tokoh utama novel Keep The Aspidistra Flying karya George Orwell. Tidak hanya sekadar anti kemapanan, tetapi benar-benar menghindari kemapanan, bahkan ketika mereka sudah ada di hadapan kita.
Perlu digarisbawahi bahwa anti uang tidak sama dengan menjerumuskan diri sendiri ke dalam kemelaratan. Tetap berada dalam koridor kebutuhan primer adalah jalannya. Hanya saja tidak melangkah lebih jauh untuk memenuhi kebutuhan manusia yang harus dibayar dengan uang. Untuk lebih memperjelas lagi, hanya hidup, tapi tidak untuk memberi makan para kapitalis.
Apa yang dilakukan Gordon berhenti pada dirinya sendiri. Ia tidak membawa orang yang ada di dalam hidupnya untuk melakukan apa yang ia lakukan. Justru yang ia lakukan adalah tetap menjaga jarak dengan orang yang “beruang”, sampai punya kesadaran bahwa dia adalah orang yang hina dan perlu ada jarak antara dirinya dan orang di luar sana.
Baca Juga: RESENSI BUKU: Panduan Praktis Para Iblis Politik
RESENSI BUKU: Menyusuri Jejak Metode Jakarta
RESENSI BUKU: Cerita Menyakitkan yang Membuka Mata
Perang Melawan Uang
Gordon bekerja sebagai penjaga toko buku dan pendapatannya sebatas cukup untuk menghidupinya. Ia tinggal di kamar kos yang jauh dari kata baik. Perapian yang berguna sebagai penghangat badan hanya seadanya sehingga terkadang ia tidur dengan keadaan kedinginan. Penderitaannya ditambah karena ibu kosnya yang terlampau ketat. Beberapa larangan yang diberlakukan adalah dilarang membawa perempuan, dilarang menerima surat dengan tangan sendiri, dan dilarang membuat teh di malam hari. Oleh karena itu, Gordon punya caranya sendiri untuk menyeduh teh di malam hari.
Di kamar kosnya, ada aspidistra yang dibenci Gordon. Pertama, apa pun yang ia lakukan, tanaman itu tak kunjung mati. Kedua, karena setiap rumah dari orang yang memuja uang, akan selalu ada aspidistra. Mungkin menurutnya, tanaman ini adalah simbol dari pemujaan terhadap uang. Rumah setiap pegawai kecil, calo asuransi, kondektur trem yang dalam bayangannya selalu khawatir apabila musim dingin datang. Khawatir kehilangan pekerjaannya.
“Berpikir lagi. Tidak penting. Apa yang mereka pikirkan? Uang, uang, uang! Sewa, tarif, pajak, tagihan sekolah, tiket musiman, sepatu bot untuk anak-anak. Polis asuransi jiwa dan upah tukang cuci. Dan, ya Tuhan, misalkan istriku hamil lagi! Apakah aku tertawa cukup nyaring ketika bos membuat lelucon itu kemarin? Belum lagi angsuran bulanan penyedot debu.”
Menulis puisi setiap malam, sesampainya di kamar sepulangnya dari toko buku adalah pekerjaannya yang lain. Mice, sudah terbit tetapi saat ini ia juga sedang mengerjakan London Pleasures yang tak kunjung usai. Tanggapan para majalah terhadap terbitannya yang pertama tidak mengukuhkan Gordon sebagai penyair yang menjanjikan. Tetap menulis puisi adalah bentuk nyata dari idealismenya melawan uang demi mempertahankan jiwa. Tidak jarang Gordon menghabiskan malam untuk gagal menulis apa-apa. Satu hal yang ia wajarkan karena menurutnya, hanya seniman yang bisa mengatakan bahwa ia “tidak bisa” bekerja.
Mengirimkan puisi ke majalah-majalah juga rutin ia lakukan. Kegiatannya ini mengenalkannya kepada Ravelston yang meskipun kaya raya, tetap menjadi kawan baik Gordon karena memusuhi kapitalisme.
Dari majalah Amerika, ia mendapat honor 10 pound. Honor yang ia pergunakan untuk tenggelam jauh lebih dalam ke lumpur keputusasaan, sekaligus membuktikan bahwa ada kebenaran di balik idealismenya memerangi uang. Ia pergunakan uang itu untuk bergerak di luar batas karena pengaruh alkohol yang dengan mudah dibelinya, menggadaikan segalanya untuk dunia lewat uang, termasuk dunia pelacuran, dan pada akhirnya terpaksa mendapati dirinya dipenjara akibat memukul seorang sersan. Akibatnya, ia dihadapkan dengan dua pilihan yaitu masuk penjara atau menebus dirinya.
Siapa pun Pesertanya, Cintalah Pemenangnya
Gordon dengan mudah ditebus oleh Ravelston, tapi ia harus kehilangan pekerjaan. Sempat menumpang beberapa waktu di rumah Ravelston sebelum pada akhirnya kembali bekerja menjadi penjaga toko buku yang kali ini jauh lebih buruk dari tempat sebelumnya. Termasuk tempat tinggalnya yang ikut memburuk. Walau demikian, Gordon dengan sengaja menenggelamkan dirinya dan menjadi lebih bahagia karena akhirnya ia bisa menang dalam pertarungan melawan uang.
Di luar itu, Julia, kakaknya, paman dan bibinya, dan yang terpenting Rosemary, kekasihnya, tidak sedikit pun di antara mereka yang mencampakkan. Mereka tetap meminta Gordon untuk keluar dari idealismenya yang sebetulnya punya perbedaan tipis dengan keputusasaannya.
Untuk saat ini, bagi siapa pun, Gordon sudah tidak memiliki apa-apa, kecuali cinta. Sebelum tenggelam sejauh ini, ia senantiasa meragukan cinta Rosemary kepada dirinya. Bukti nyata yang ia minta dari Rosemary adalah tidur bersamanya. Hal itu dipenuhi Rosemary, saat Gordon sudah berada pada titik terendahnya. Atas alasan apa pun, ia tetap kecewa dengan prinsip hidupnya yang punya dampak baginya. Atas perbuatan mereka pula, Rosemary hamil.
Kehamilan Rosemary merupakan kenyataan cintanya bagi Gordon. Rosemary membuang pilihan untuk menggugurkan bayinya. Bagaimana pun, ia bersikeras melahirkan bayi itu. Pilihan yang ia berikan adalah meminta Gordon untuk menikahinya atau ia akan kembali ke keluarganya.
Bukti cinta Rosemary yang sudah terpampang di depan mata menjadi titik perubahan bagi Gordon bahwa siapa pun pesertanya, cinta tetap menjadi pemenangnya. Segera saja ia meninggalkan tempat kumuh itu untuk kembali ke pekerjaan “bagus” atau kantoran yang dulu ia pernah tinggalkan demi idealismenya. Semua itu ia lakukan untuk menikahi Rosemary dan membeli aspidistra.
Informasi Buku
Judul Buku: Keep The Aspidistra Flying
Penulis: George Orwell
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Oktober, 2021
Tebal: 301 Halaman
ISBN: 978-602-291-855-4
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik Resensi Buku