• Kolom
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Bandung Utara #1

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Bandung Utara #1

Dari kawasan Lembang di Bandung Utara hingga Karawang Timur menjadi salah satu area perang gerilya saat Agresi Militer Belanda.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Buku Risalah Perjuangan Kemerdekaan di Daerah Bandung Utara dan Karawang Timur dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 karya Maman Sumantri. (Foto: Malia Nur Alifa)

12 April 2025


BandungBergerak.id – Sekitar tahun 2016 salah seorang kenalan memberikan saya sebuah buku yang berjudul “Risalah Perjuangan Kemerdekaan di Daerah Bandung Utara dan Karawang Timur dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949”. Buku ini ditulis oleh seorang veteran pejuang kemerdekaan yang bernama Maman Sumantri dan buku ini diterbitkan oleh Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI Daerah tingkat I Jawa Barat pada tahun 1995 yang beralamat di Jalan Talagabodas Nomor 56 Kota Bandung.

Pada halaman pembuka dituliskan kata-kata mutiara penulis kepada almarhum ayah mertuanya yang bernama M. Ranudihardja, mantan lurah Desa Ciporeat, Kecamatan Ujungberung, kabupaten Bandung. Kata-kata mutiara itu tertulis seperti ini:

Atas kesetiaan dalam pengabdiannya

Yang penuh dengan keikhlasan

Kejujuran serta ketaan kepada pemerintah Republik Indonesia

Disertai jiwa karsa dan keteladanan yang tinggi

Selama menjabat sebagai kepala desa selama 42 tahun dalam tiga jaman ( Belanda - Jepang – Republik Indonesia ).

Ternyata buku ini diterbitkan bukan semata-mata untuk menerangkan kisah perjuangan kemerdekaan 1945-1949 saja. Namun buku ini diterbitkan untuk berpartisipasi dalam memeriahkan bulan Mei 1995 yang pada waktu itu sebagai Bulan Buku Nasional.

Maman Sumantri merevisi naskah yang pernah ia tuliskan sebelumnya pada tahun 1984, yakni 11 tahun sebelum buku tersebut terbit. Naskah awal buku tersebut berjudul “Sekelumit Risalah Perjuangan Kemerdekaan di daerah Bandung Utara dan Karawang Timur dalam Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949“.

Sesungguhnya naskah tersebut semula bersumber pada uraian singkat penulis yang disampaikan pada pertemuan anjang asih para mantan anggota TNI dari kesatuan Batalyon IV, Resimen V, Brigade III Kian Santang, Divisi I Siliwangi. Pertemuan tersebut diselenggarakan untuk memperingati HUT ke-38 Kodam VI/Siliwangi dan hari Kebangkitan Nasional ke-76 pada tanggal 20 Mei 1984 di gedung Pendopo Kecamatan Lembang, sebuah pendopo yang dibangun tahun 1882 di mana saat itu Lembang ditunjuk sebagai distrik teh oleh pemerintah kolonial.

Dengan dorongan dari rekan-rekannya, serta persetujuan Kolonel Purn. R. K. Sukanda Bratamanggala (Pak Kendo) sebagai mantan komandan Batalion TKR  Bandung Utara (1945)/Komandan Komandeman Pertahanan TRI Karawang Timur dan Bandung Utara (1946), serta Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) H. M. S. Sukarya, uraian singkat tersebut dikembangkan Maman Sumantri dalam bentuk naskah risalah perjuangan. Buku tersebut ditulis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman Maman Sumantri sebagai salah satu pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan di kawasan Bandung Utara yang berpusat di Lembang dan kawasan Karawang Timur yang berpusat di Subang, Sagalaherang, Kasomalang, dan Cisalak.

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Selamat Datang di Lembangweg #3
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Kawasan Karmel #3
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kuliner Legendaris Lembang

Front Bandung Utara-Karawang Timur

Saat perang tersebut terjadi Maman Sumantri saat itu masih berusia kurang lebih 17 atau 18 tahun. Ia merupakan jebolan sekolah guru laki-laki (Shihan Gakko) Tegallega Timur Bandung dan bergabung menjadi anggota BKR di Kota Bandung. Pada sekitar bulan Oktober dan November tahun 1945, ia ditunjuk sebagai kader TKR Batalyon Bandung Utara di  Lembang. Tahun 1946 ia menjadi opsir pelatih di Depot Batalyon TRI di Subang. Dan di akhir tahun 1946, ia diangkat menjadi komandan seksi (peleton) dengan pangkat Letnan Dua TRI Batalyon Guerilla Kasomalang. Pada tahun 1947 ia diangkat sebagai Letnan Satu TNI dengan jabatan Komandan Kompi III, Batalyon IV, Resimen V, Brigade III Kiansantang, Divisi I Siliwangi yang bertugas di front Bandung Utara-Karawang Timur, lebih tepatnya di lereng sebelah utara Gunung Bukittunggul dan Tangkuban Parahu yaitu di daerah perkebunan P & T Bukanagara, Cipunagara, Cibeusi, dan Ciater.

Sesudah Agresi Militer Belanda I pada tanggal 27 Juli 1947, Maman Sumantri bertugas sebagai komandan pasukan gerilya di kantong perbatasan tiga Kabupaten (Subang-Sumedang-Bandung) yaitu di daerah Cisalak, Tanjungsari, Sirap, Rancamanggung, Ciaramas, Tanjungkerta, serta Cibodas Lembang.

Dari keseluruhan isi buku ini saya betul-betul terhanyut pada sekelumit perjuangan bangsa  yang tidak mudah. Apalagi banyak kawasan yang diterangkan dalam buku ini adalah kawasan-kawasan yang sering saya sambangi di Lembang dan Subang, yang menjadikan saya semakin terhanyut dan kadang tertegun bahwa perjuangan bangsa ini dalam menggapai kemerdekaan tidaklah mudah. Sudah sepatutnya kita sebagai manusia yang lahir pada masa merdeka ini banyaklah bersyukur, isilah kemerdekaan ini dengan welas asih, bunuhlah ego dan kemelekatan yang hanya akan membuat kita menjadi manusia tamak.

Dalam tulisan mendatang akan saya terangkan lahir dan perjuangan dari para TKR Bandung Utara dalam perang Kemerdekaan hingga nama-nama mereka para pejuang diabadikan di sebuah patung yang berada di gerbang utara Universitas Pendidikan Indonesia dan makam mereka berada di kawasan makam Oto Iskandar Dinata di Pasir Pahlawan, Lembang. Selain itu seri tulisan ini akan menerangkan bagaimana pendidikan kader TNI yang berada di Lembang, tugas-tugas mereka, hingga kisah perang gerilya di tiga kawasan yaitu Subang- Sumedang dan Bandung.

Semoga seri tulisan tentang kisah perjuangan anak-anak bangsa terdahulu ini dapat menyadarkan kita manusia-manusia jaman now untuk lebih membumi dan menjunjung tinggi welas asih dan kejujuran dalam diri kita, sehingga kejayaan nusantara ini dapat kembali kita raih, aamiin.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//