TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Bandung Utara #4
Batalyon TKR Bandung Utara mengorganisir perang gerilya melawan tentara Belanda di kawasan Lembang. Penduduk Lembang kala itu memilih mengungsi.

Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
3 Mei 2025
BandungBergerak.id – Serangan-serangan musuh yang bersenjatakan lengkap serta modern bekas Perang Dunia II seperti meriam (Houewitser) dan senjata artileri lainnya terhadap kedudukan dan pertahanan para TKR Bandung Utara selalu mendapatkan perlawanan sengit, padahal pasukan TKR hanya bermodalkan senjata rampasan seadanya dari pasukan Jepang. Namun keunggulan TKR Bandung Utara adalah semangat juang dan jiwa patriotismenya yang tangguh.
Serangan-serangan musuh pada bulan November dan Desember 1945 hingga bulan Februari 1946 mula-mula dapat dipatahkan oleh pasukan tempur Batalyon TKR Bandung Utara. Namun sesudah pihak musuh mengerahkan segenap kekuatan artilerinya (Houwitser), kavalerinya (tank dan panser lapis baja), serta angkatan udaranya (pemboman), para pejuang terpaksa mengundurkan diri dan meninggalkan tempat kedudukan pertahanannya di kota.
Demikian juga sesudah kota Lembang pada tanggal 10 Maret 1946 diserang dan direbut oleh tentara Ghurka dan Belanda yang mengerahkan kekuatan militernya yang terdiri dari batalyon- batalyon Divisi India XXVIII dengan dibantu pesawat-pesawat pemburu. Serangan tersebut dilindungi oleh tembakan-tembakan artileri untuk mencapai kamp tawanan angkatan laut Jepang (Kaigun) di Cikole yang dahulu merupakan Hotel Tangkuban Prau dan rumah kediaman tuan Elman yang indah, sekarang tempat tersebut menjadi Dodik Bela Negara Cikole dan restoran Sindangreret Cikole. Pasukan Batalyon TKR Bandung Utara terpaksa mengundurkan diri ke arah timur luar kota Lembang lewat ke arah Cikareumbi, Cicalung, terus menuju Cikidang dan Maribaya, hingga ke Desa Cibodas. Kemudian pasukan Batalyon TKR Bandung Utara itu bermarkas di kawasan perkebunan kina Bukit Tunggul.
Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Bandung Utara #1
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Bandung Utara #2
https://bandungbergerak.id/article/detail/1599064/telusur-sejarah-lembang-kisah-perjuangan-kemerdekaan-indonesia-di-bandung-utara-2
Mengungsi ke Gunung
Penduduk Lembang yang pada saat itu tidak sudi dijajah kembali oleh pihak kolonial Belanda dengan pemerintahan NICA, terpaksa meninggalkan kampung halamannya dan mengungsi melalui lereng-lereng Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu, terus menuju ke arah utara hingga ke kawasan Cipancar dan Sagalaherang. Mereka menyusuri Cikole, Ciater, lanjut ke Jalancagak Subang melewati kawasan Puncak Eurad yang dahulunya merupakan jalur rempah dan jalur peredaran candu, hingga terus ke kawasan perkebunan Bukanagara hingga ke Kasomalang dan Cisaat. Jalur lainnya adalah melewati Cikawari ke arah Cibodas hingga tembus ke kawasan Tanjung Sari hingga Sumedang, bahkan ada yang nekat mengungsi hingga ke kawasan Garut dan Tasikmalaya.
Sementara itu para opsir teritorial TKR Bandung Utara yang bertugas di desa-desa di Lembang memobilisasi para pemuda yang tergabung ke dalam batalyon tentara cadangan pimpinan H. Roesdi serta mengadakan konsolidasi pasukan di daerah-daerah pinggiran kota Lembang bagian timur, yaitu kawasan Cikawari dan Cibodas. Kemudian mereka melanjutkan perjuangan kemerdekaan bahu-membahu bersama rakyat melawan musuh dengan taktik perang gerilya.
Pada akhir Maret 1946, lima orang opsir tentara cadangan bersama dua kelompok lainnya dari pasukan tempur TRI Bandung pimpinan Letnan Moechtar yang bersenjatakan stengun, karaben, pistol, granat, dan alat peledak lainnya secara berkelompok beranggotakan lima orang. Setiap kelompok mengadakan serangan malam terhadap kedudukan musuh di Kota Lembang dengan sasaran utama patroli musuh dan pos-pos penjagaan musuh di bagian utara dan timur Kota Lembang, tepatnya di kawasan Panorama Lembang.
Dalam serangan malam ke Kota Lembang itu ternyata musuh memberikan perlawanan sengit dari kubu- kubu mereka dengan tembakan senapan mesin dengan cara membabi buta disertai tembakan lichtkogels (peluru sinar terang). Di bawah hujan peluru musuh itu pasukan TKR Bandung Utara segera mengundurkan diri dengan menyusuri gawir tepi jalan melalui kampung Pangragajian menuju kampung Cikidang sebagai pangkalan kembali.
Pada waktu apel pasukan di kawasan Cikidang, seorang pasukan yang bersenjatakan stengun yang bernama Letnan Sapri ternyata tidak hadir dan tidak diketahui nasibnya. Sehari kemudian barulah dia kembali ke pangkalan dengan selamat. Di malam pertempuran di Panorama Lembang itu Letnan Sapri terpaksa masuk ke dalam sumur hingga pada esok malamnya baru dapat keluar dari sumur dan kembali ke pangkalan.
Pertempuran pada siang hari pun sering terjadi antara pasukan TKR Bandung Utara dengan patroli pasukan Belanda di pinggiran daerah Lembang timur. Pada akhir bulan Maret 1946 dalam salah satu pertempuran siang hari di kawasan Cikawari seorang opsir tentara cadangan yaitu Abdul Patah (Letnan Anumerta) tertembak perutnya oleh musuh dan meninggal dunia.
Abdul Patah dalam keadaan luka tembak tersebut segera dilarikan oleh anak buahnya ke pos PMI di Bukanagara melewati terjalnya kawasan Puncak Eurad untuk mendapatkan pertolongan pertama. Ia kemudian diangkut ke rumah sakit Bayu Asih di Purwakarta. Namun karena lamanya perjalanan dan medan yang tidak mudah untuk dilalui, maka Abdul Patah pun meninggal dunia dalam perjalanan dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Purwakarta.
Pada masa-masa perang kemerdekaan di kawasan Kota Lembang terkenal pula para pemuda pemberani yang berasal dari kawasan Pasir Ipis. Mereka terkenal sebagai para pemuda yang pantang menyerah dan tidak takut mati dalam membantu para TKR Bandung Utara walau dengan senjata yang sangat sederhana.

Anak Muda Lembang Kini
Sekarang ini dalam masa-masa merdeka dan berdaulat, kecamatan Lembang pun memiliki para pemuda-pemuda yang dengan kesadaran penuh tergabung dalam beberapa paguyuban. Mereka dengan semangat mudanya mau mengisi kemerdekaan ini dengan semangat mudanya dan menorehkan prestasi.
Alhamdulillah, telah banyak pemuda dan pemudi Lembang yang telah sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam, bangunan cagar budaya, kesenian, dan bahkan mereka pun terlibat nyata dalam perekrutan generasi muda untuk menularkan virus cinta sejarah, karena moto mereka adalah belajar sejarah masa lalu untuk menggapai masa depan yang lebih bijak. Salah satunya adalah komunitas Sejarah Lembang yang beranggotakan 10 orang. Mereka tergabung dalam kecintaannya akan sejarah kawasan Lembang dan memuai gerakan-gerakan sadar sejarah dengan membuat konten-konten di media sosial hingga pameran foto Lembang tempo dulu kedai kopi kekinian sehingga banyak generasi muda Lembang yang mulai sadar bahwa sejarah itu penting agar kita lebih mengetahui jati diri.
Semoga semangat para pejuang terdahulu untuk mempertahankan kemerdekaan meresidu dan menjelma menjadi kekuatan para pemuda jaman now dengan segala kreativitasnya. Semoga dengan adanya tulisan ini pun, akan banyak pembaca dari kalangan anak- anak muda di mana saja berada untuk terus berjuang mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Negeri ini membutuhkan jiwa-jiwa penggebrak dengan cara yang otentik untuk kemajuan bangsa ini, maka teruslah berjuang para pemuda!
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang