CERITA GURU: Hierarki Sosial yang Kabur dari Inklusivitas Sekolah
Peserta didik berkebutuhan khusus merupakan bagian dari keberagaman dan membutuhkan perhatian lebih agar dapat berpartisipasi secara setara.

Marlina
Seorang guru BK, pendidik, dan penggiat kurikulum pendidikan inklusi. Bisa menghubungi saya di Instagram @linamansyur_
7 Mei 2025
BandungBergerak.id – Hierarki dan lingkungan inklusi adalah dua konsep yang dapat saling bertentangan, namun juga dapat saling mendukung tergantung pada bagaimana mereka menerapkan. Hierarki, dalam konteks sosial dan organisasi merujuk pada sistem dan struktur yang menunjukkan urutan posisi atau otoritas, sementara lingkungan inklusi mengacu pada lingkungan yang menerima dan menghargai semua individu tanpa memandang perbedaan mereka. Meskipun hierarki dapat menciptakan struktur yang jelas dan efesien dalam organisasi, jika tidak diterapkan secara adil, ia dapat menciptakan ketidaksetaraan dan memperburuk diskriminasi.
Ada anggapan bahwa anak berkebutuhan khusus itu berbeda dari anak normal karena dianggap mengganggu, tidak berdaya, sehingga perlu dibantu dan dikasihani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Di sebuah lembaga pendidikan, lingkungan inklusif sangat di butuhkan, karena dapat menciptakan pendidikan yang adil, setara, dan berkualitas bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Lingkungan inklusif memungkinkan semua peserta didik untuk merasa dihargai, diterima, sehingga mendorong perkembangan sosial emosional dan akademiknya, serta mempersiapkan mereka untuk mandiri dalam menjalani kehidupan yang bermakna di masa depan. Pendidikan inklusif tidak hanya bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga memberikan kontribusi positif untuk pengembangan karakter peserta didik yang tidak berkebutuhan khusus. Mereka dapat belajar berempati, bertoleransi, serta menghargai perbedaan.
Baca Juga: CERITA GURU: Bagaimana Hendaknya Guru Memandang Teknologi
CERITA GURU: Berkawan dan Bertaruh dengan Mesin Kecerdasan
CERITA GURU: Melawan dengan Narasi Kritis
Hierarki Sosial dan Lingkungan Inklusi
Tantangan dalam sebuah pendidikan adalah ketika struktur hierarki sosial di sekolah menjadi kabur dari lingkungan inklusi, dimana peserta didik mendapatkan kedudukan dan perlakuan yang berbeda-beda berdasarkan prestasi akademik, popularitas, kesulitan anak secara psikologis, bahkan kelompok sosial. Elaborasi sangat dibutuhkan, mulai dari dukungan dari kepala sekolah, kurikulum, staff pengajar, dan struktural lainnya. Jika tidak saling berkolaborasi fungsi mendidik terhadap peserta didik akan mengalami ketimpangan. Ketika fungsi guru tidak siap untuk lingkungan yang inklusif di sekolah, layanan dan pembelajaran akan kurang efektif dan tidak adil terhadap peserta didik terutama bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Pendidik perlu dilatih dan di dukung untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan ramah. Seperti: (1) adanya perluasan kompetensi, hal ini diperlukan untuk melatih pendidik tentang strategi pembelajaran yang beragam, manajemen kelas yang inklusi dan strategi dalam berinteraksi dengan siswa yang berkebutuhan khusus. (2) dukungan sekolah, sekolah perlu memberikan dukungan penuh kepada pendidik, termasuk pelatihan pemahaman tentang ilmu pengetahuan tentang inklusi, serta perencaan dan kolaborasinya, (3) Kurikulum yang fleksibel sehingga pendidik dapat dengan bebas menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, (4) lingkungan yang aman dan suportif, lingkungan kelas harus aman dan mendorong interaksi yang positif antar peserta didik (5) pentingnya pemahaman, pendidik perlu memahami bahwa peserta didik berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama untuk belajar dan berkembang.
Lalu jika tidak siap dengan lingkungan inklusi, mengapa kebijakan penerimaan peserta didik yang berkebutuhan khusus masih tetap ditemukan di lingkungan sekolah umum? Kemana peran dan fungsi hierarki sosial itu kabur?
Prinsip Inklusivitas
Ini yang perlu menjadi perhatian, prinsip inklusivitas yang hilang perlu dicari dan diperbaiki, mulai dari struktur hierarki yang paling atas, lembaga pendidikan perlu mempertimbangkan kesiapan dalam menyelenggarakan penerimaan peserta didik. Serta kesiapan struktural hierarki yang dibutuhkan, seperti sumber daya, fasilitas, kurikulum yang memadai.
Sekolah umum juga perlu menerapkan lingkungan yang inklusivitas bukan hanya sekolah yang berbasis kurikulum inklusi saja.
Justru, saat ini banyak sekali ditemukan isu-isu tentang sekolah umum yang kurang sekali lingkungan inklusi. Lembaga pendidikan yang mengedepankan peran nilai akademik dan kuantitas bahkan menjadikan ajang bisnis dan populeritas menjadi sebuah ajang perlombaan. Padahal, ada banyak sekali harapan para orang tua dan peserta didik terhadap masalah yang dihadapi oleh anaknya, terutama pada pendidik.
Pendidik bukan hanya sekedar mengajar tetapi membantu segala proses perkembangan setiap anak. Karena menjadi sebuah lembaga pendidikan yang menghargai keberagaman dapat menggambarkan adanya perbedaan dalam berbagai aspek, seperti kemampuan, karakter, latar belakang, dan kebutuhan individu. Peserta didik berkebutuhan khusus merupakan bagian dari keberagaman ini dan membutuhkan perhatian lebih agar dapat berpartisipasi secara setara. Lembaga pendidikan diharapkan mampu menyediakan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak, baik yang bersifat sementara maupun permaen, tanpa diskriminasi.
*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan tentang Cerita Guru