• Narasi
  • Maharun, Olahraga Lari di Mata Alter Ego

Maharun, Olahraga Lari di Mata Alter Ego

Asep Gumilar Hidayat alias Maharun atlet lari cukup fenomenal tinggal di Bogor, Jawa Barat. Ia kritis menanggapi banyak hal yang terjadi di kancah olahraga lari.

Ernawatie Sutarna

Ibu rumah tangga, peminat sejarah, anggota sejumlah komunitas sejarah di Bandung.

Asep Gumilar Hidayat alias Maharun, atlet lari asal Bandung dengan kostum khasnya. (Sumber: Instagram Maharun)

11 Mei 2025


BandungBergerak.idDi tengah fenomena makin digemarinya olahraga lari dan lahirnya banyak pehobi lari, yang disertai menjamurnya komunitas lari di Indonesia, nama Maharun adalah satu nama yang nyaris semua pelari mengenal atau sedikitnya pernah mendengar namanya. Sosok yang sangat lekat dengan berkembangnya dunia lari di Indonesia. Mengawali lari di tahun 2016-2017, selepas sakit yang cukup berat yang dialaminya.

Lelaki kelahiran Bandung, 7 Desember 1982 ini, terlahir dengan nama Maharuddin Gumilar Hidayat. Nama Maharuddin didapatnya dari sang ayah yang mempunyai sahabat bernama Mahar. Kedekatan mereka dan kesan mendalam selama persahabatan mereka pun membuat ayahnya menyematkan nama Mahar pada anak lelakinya ini.

Tetapi kenyataan bahwa Maharuddin ini sering sakit atau ririwit di masa kecilnya, nama Maharuddin pun sempat dilepas, dan hanya menjadi Gumilar Hidayat. Seiring usia, kecintaannya pada budaya Sunda, serta ayahnya yang juga seorang penulis dan pecinta budaya Sunda, maka tersematlah nama “Asep” di depan namanya hingga sekarang.

Berkibarnya nama Maharun di dunia lari tak lepas dari kiprahnya sebagai seorang pelari yang tidak hanya berlari tapi menawarkan satu sisi entertainment dengan kostum-kostum yang unik dan spektakuler, serta berbagai gimmick yang dia hadirkan di setiap race yang dia ikuti. Dia akan melakukan banyak hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Setiap race yang dia ikuti akan terkonsep dengan tema yang dipersiapkan dengan baik, dari mulai tema, visi, kostum, serta penyampaian di media sosial.  

Asep Maharun Menggugat

Selain berlari, Maharun juga kritis menanggapi banyak hal yang terjadi di kancah olahraga (hobi) lari di Indonesia. Salah satu suara kerasnya adalah saat dia menerima banyak keluhan dari sesama pelari tentang adanya pelari-pelari curang di suatu event lari besar di Bandung. Ulasan yang begitu berani dituliskannya di media. Dan hal itu cukup menggoyang dunia lari saat itu.

Lalu apakah hanya itu reaksi yang diberikan seorang Maharun? Tidak! Jauh sebelum itu banyak pula hal-hal buruk dibalik beberapa event lari yang dia ungkap tanpa ampun. Sosok Maharun memang dikenal dengan cara dia yang lugas, tanpa tedeng aling-aling, dalam mengungkap berbagai hal, terutama yang berkaitan dengan dunia hobi lari di Indonesia. Hal lain yang juga menuai kritik kerasnya adalah event-event lari yang memakan korban, entah karena kelalaian penyelenggara ataupun ketidaksiapan sang pelari untuk menghadapi event tesebut.

Kemampuannya menulis memang bukan alakadarnya. Latar pendidikannya cukup mendukung untuk itu. Sempat menempuh pendidikan melalui jalur PMDK di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Jurusan Tata Boga, jurusan yang sebetulnya tidak sesuai dengan minatnya, tapi dia tempuh sampai menuai gelar Sarjana Pendidikan. Dia segera menuntaskan pendidika di UPI dengan tujuan menempuh pendidikan lain yang mendukung minatnya sebagai seorang jurnalis. Dan saat ini, Asep Maharuddin Gumilar Hidayat menempuh pendidikan S2 di  Universitas Paramadina di Jurusan Komunikasi Politik. Kariernya sebagai seorang jurnalis sempat ditempuh di beberapa media di Indonesia, di antaranya di MQTV, TV One, SCTV, dan MNC TV.

Aktivitasnya di dunia lari dipilihnya saat itu, karena Asep merasa perlu berolahraga, dan merasa lari adalah cabang olahraga yang paling dikuasainya. Berlari juga bisa dilakukannya sendirian tidak tergantung pada orang lain. Berlari sendirian juga memberikannya ruang dan waktu yang luas untuk merenung. Selain itu banyak hal-hal baik yang didapatkannya dari berlari, yang membuatnya mampu berubah menjadi lebih baik.

Menginspirasi Banyak Pelari

Kiprah Asep Maharun di dunia lari dengan segala gebrakannya yang menjadi fenomena tentu saja menjadi magnet yang membuat banyak pelari menoleh padanya. Bahkan tak sedikit pelari yang terinspirasi olehnya, Andri Himawan, seorang pelari Bandung, yang juga Captain Komunitas Gerombolan Lumpat, satu komunitas pegiat dan pehobi lari di Bandung, menyebut konsistensi dan disiplin seorang Maharun dalam mencapai tujuan menjadi salah satu hal yang memotivasinya. “Intinya untuk ‘bisa’ berlari itu bukanlah hal yang instan, dan Maharun menunjukkan proses itu,” ujar Andri.

Andri pun menyebut salah satu karakter unik seorang Maharun. “Seorang Maharun, mampu membuat emosinya yang meledak-ledak menjadi satu bahan bakar potensial untuk mencapai sesuatu yang hebat dan fenomenal di dunia lari. Tulisannya di media sosial memang cenderung berkesan ‘galak’, tetapi tetap menjadi sosok yang ramah,  hangat, dan humble, saat berkesempatan bertemu di event lari.”

Novy Rosdiana, seorang pelari yang berdomisili di Lembang, juga mempunyai kesan cukup baik tentang sosok Maharun. Kepergian seorang sahabatnya sesama pelari yang kebetulan juga dikenal dan pernah berinteraksi dengan Maharun, membuatnya berkomunikasi dengan Mahar. Mahar yang memang mempunyai kepedulian besar pada kawan-kawan pelari yang meninggal saat beraktivitas lari, juga menaruh empati pada saat sahabatnya tertimpa musibah saat berlari dan akhirnya meninggal dunia.

Baca Juga: Menjelajah Bandung dan Memahami Kompleksitasnya dalam Novel Braga At Paris Van Java
Bintoro Hoepoedio, Merangkum Sejarah Melalui Koleksi Foto Bangunan Kolonial

Alter Ego

Maharun lahir dari kekecewaan seorang Asep Gumilar Hidayat terhadap dirinya sendiri, bahkan, Asep pernah sangat membenci dirinya sendiri. Banyak hal yang membuatnya kehilangan kepercayaan diri, membuatnya merasa hancur bahkan sering kali ingin mengakhiri hidup. Tapi alih-alih menyerah, Asep malah menghadirkan satu sisi lain dirinya, sebuah alter ego yang diberinya nama Maharun, sebuah dedikasi untuk pak Mahar sahabat ayahnya, yang tak pernah dikenalnya secara pribadi.

Maharun adalah karakter yang sama sekali bertolak belakang dengan karakter Asep Gumilar Hidayat. Maharun menjadi sosok yang tak mudah patah arang, berkarakter kuat, kokoh, sanggup menjadi kendali terhadap diri sendiri, bahkan mampu menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Maharun mampu meraih keinginan-keinginan yang diinginkan Asep dalam hidupnya. Banyak hal yang diraih seorang Maharun, bahkan menjadi sosok yang dikenal dan menginspirasi banyak orang.

Pengagum pelari Bara Kumbara, sastrawan Leo Tolstoy, penulis-penulis Dee Lestari, Eka Kurniawan, dan Shindunata ini mempunyai banyak prestasi di bidang olah raga lari, di antaranya menuntaskan Half Marathon Pocari Sweat Bandung Marathon 2018 (1:54), menyelesaikan marathon Pocari Sweat Run Indonesia 2019 (3:45), finisher ke-7 ITB Ultra Marathon 180 K 2023, Pelari Indonesia pertama peraih rekor MURI 2019, juga menjadi Brand Ambassador banyak produk perlengkapan olahraga. Menjadi pelopor “Runner Vlogger” serta aktif di media sosial Instagram dengan nama akun @maharrrrrrrun.

“Semua manusia dalam hal ini pelari pernah berbuat kesalahan, tapi seperti memilih mau finish atau DNF, kita juga punya pilihan, apakah mau memperbaiki kesalahan itu, atau terus melakukannya,” (Maharun/Asep Gumilar Hidayat).

Asep Gumilar Hidayat, sudah mengubur sosok Maharun dan kembeli pada sosoknya sebagai Asep yang dirasanya jauh lebih baik daripada waktu sebelum kelahiran Maharun. Dia tak lagi berlari di ajang lomba, dia sudah menyelesaikan perannya sebagai Maharun, dengan membawa banyak perubahan. Tidak hanya perubahan untuk seorang Asep Gumilar Hidayat, namun untuk lingkaran yang jauh lebih luas di sekitar dirinya. DNF: Did Not Finish, tidak menyelesaikan perlombaan.

*Kawan-kawan yang baik, silakan menengok tulisan-tulisan lain Ernawatie Sutarna atau artikel-artikel lain tentang Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//