• Berita
  • Haru Bulao Merayakan Persib Juara

Haru Bulao Merayakan Persib Juara

Persib bukan hanya juara Liga Indonesia dua musim berturut-turut. Si Bulao telah menyatukan warganya dalam satu warna yang diwariskan lintas generasi.

Bobotoh Persib Bandung membakar flare dan bom asap saat merayakan kemenangan Persib di BRI Liga 1 2024/2025 di Gedung Sate, Bandung, 25 Mei 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah26 Mei 2025


BandungBergerak.idKota Bandung lautan bulao (biru). Bobotoh tumpah ke jalan untuk merayakan kemenangan Persib Bandung sebagai juara Liga Indonesia 2024/2025. Suara knalpot bersahutan, bendera biru berkibar, flare dibakar, dan nyanyian “Champion again Persib Bandung!” menggema. Para bobotoh datang dari berbagai pelosok. Kemenangan Maung Bandung dirayakan dengan euforia besar, Minggu, 25 Mei 2025.

Di sepanjang ruas jalan, dari Lapangan Gasibu hingga ke sudut-sudut kota, anak-anak hingga orang dewasa menyemarakkan suasana. Ada yang membawa soundsystem di atas mobil, memutar lagu dangdut sambil bergoyang.

“Persib mah udah dari hati,” ujar Gunawan (28 tahun), warga Maleber.

Gunawan membawa anaknya konvoi. Ia telah mewariskan kecintaan Persib pada anaknya sejak usia tiga tahun. “Pernah dibawa ke stadion, waktu umur 3 tahun sama istri. Jadi udah kecintaan orang Bandung,” tambahnya.

Ekspresi cinta terhadap Persib juga ditunjukkan oleh pasangan Arifa dan Yayu, warga Kiaracondong. Di momen ini mereka sengaja ikut konvos dengan setelan pengantin baru. “Nikahnya dan akadnya udah lama, malah udah ada anak, inimah ekspresi kecintaan terhadap Persib,” ujar mereka, mengenakan pakaian pengantin biru dan batik.

Semua kalangan ambil bagian dalam perayaan, laki-laki maupun perempuan. Eca (17 tahun) yang ikut konvoi bersama teman-temannya, mengaku sudah mendapat izin dari orang tuanya. “Udah diizinin sama orang tua cuma titip buat jaga diri, dan awas hape kena copet,” ujarnya.

Eca menyebut tidak mengalami kekerasan atau pelecehan selama konvoi. Namun Salma (22 tahun), warga Sukajadi, mengingatkan pentingnya aturan dan perhatian terhadap ruang aman bagi perempuan dan anak-anak.

“Kalau buat aku sendiri sih aman, tapi kalau misalkan lihat orang-orang emang ada beberapa sih yang yang ada kayak pelecehan kayak harus ada juga regulasi, harapannya sih,” ujarnya. Ia juga berharap aspek keamanan lebih diperhatikan.

Di euforia Persib juara, para pedagang pun kecipratan rezeki. Firman (32 tahun), pedagang kaus asal Cibaduyut, menyebut omzet dagangannya naik dua kali lipat. “Alhamdulillah, tahun sekarang mah meningkat,” ujarnya.

Firman, yang sehari-hari berjualan jersey Persib dan Timnas Indonesia di sekitar Tegallega, telah membuka lapak sejak seminggu sebelum Persib mengalahkan Persis Solo 3-2 di Stadion GBLA. Aneka atribut dijual dengan harga terjangkau.

“Biar semuanya bisa beli, harga mulai 30 ribu dan 45 ribu, gak mahal-mahal,” ujar Firman. Ia mengaku dua kali restock dagangan karena selalu ludes. “Biasanya per hari omzet penjualan 300 ribu–400 ribu (rupiah), sekarang 1 juta–2 juta (rupiah) dapat.”

Hal serupa dirasakan oleh Ohim (40 tahun), penjual kopi asal Pungkur. Biasanya ia cuma membawa dua termos air panas. “Sekarang mah empat termos. Alhamdulillah,” ucap Ohim. Ohim telah beberapa kali menyaksikan Persib juara. “Abi oge bobotoh ti kapungkur,” katanya.

Baca Juga: Dari Tegallega ke Sukahaji dan Persib sebagai Belati
Cerita Para Pedagang Jersey Persib, dari Tidur di Pinggir Jalan hingga Membuka Lapak Lintas Provinsi

Perjalanan Bersejarah si Bulao

Perayaan ini bersejarah. Untuk pertama kalinya Persib Bandung mengangkat trofi juara di kota sendiri. Sebelumnya, semua gelar juara diraih di luar Bandung, seperti Surakarta (1937), Semarang (1959/61), Jakarta (1986, 1989/90, 1993/94, 1994/95), Palembang (2014), dan Bangkalan (2023/24).

Rizki Sanjaya, penulis buku Persib dan Ilusi Sulanjana, menyebut momen ini sebagai capaian yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Selama Persib berdiri, belum pernah terjadi dua kompetisi beruntun menjadi juara kompetisi utama. Pernah memang pada musim 1994 dan 1995, tapi itu pun bukan dalam balutan dua kompetisi yang sama,” ujar Rizki, yang akrab disapa Masbox, kepada BandungBergerak, Minggu, 25 Mei 2025.

Masbox menilai gelar kali ini lebih bermakna karena diraih melalui sistem kompetisi penuh, tanpa babak final. Persib juga tampil konsisten meski sering bermain tanpa skuad inti. Meski kini dikelola secara profesional oleh pihak swasta, Rizki melihat ikatan emosional antara Persib dan bobotoh tetap kuat.

“Hakikatnya sebuah pesta rakyat, di sini bobotoh meluapkan segala macam keluh kesahnya. Tapi selama masing-masing mengikuti rambu dan budaya saling menghargai, nikmati saja,” ujar Rizki.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Akmal Firmansyahatau artikel-artiikel lain tentang Persib

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//