Dari Hutan ke Ruang Bedah, Jejak Gutta Percha dalam Praktik Kedokteran
Gutta percha sebagai komoditas ekspor menjadi salah satu penggerak ekonomi Hindia era kolonial. Dimanfaatkan sebagai bahan pembungkus kabel hingga pengobatan pasien.

Zain Nurjaman
Alumnus Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran (Unpad). Saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu SMA Negeri di Sukabumi.
30 Mei 2025
BandungBergerak.id – Di perkebunan Cipetir, tumbuhan gutta percha (palaquium gutta) masih eksis. Budi Prayudi, Pengawas Pabrik Gutta Percha Cipetir menjelaskan bahwa meskipun jumlahnya tidak banyak, tumbuhan gutta percha ini tetap dipertahankan karena pabrik Cipetir masih memproduksi bantalan gutta percha. “Pabrik masih memproduksi saat ada pesanan. Terakhir produksi di tahun 2022,” kata Budi saat ditemui.
Kini, tumbuhan yang dikenal dengan sebutan karet oblong oleh masyarakat Cipetir, Cikidang, itu tumbuh di beberapa lokasi. Ada di Cipetir, Pasirarangan, Cijambrong dan sebagian kecil di Cikidang. Kelestariannya dijaga karena tumbuhan ini memiliki nilai historis. Di masa lalu gutta percha adalah salah satu roda penggerak ekonomi Hindia karena merupakan komoditi ekspor.
Jalan Panjang Menuju Eropa
Sampel gutta percha pertama kali dibawa ke Eropa pada tahun 1656 oleh petulang Inggris, John Tradescants. Dalam catatannya yang berjudul Musaeum Tradescantianum: Or a Collection of Rarities Preserved at South-Lambeth Neer Londorn, Tradescants meyebutkan material itu dengan istilah “mazer wood” yang lentur dan dapat dirubah bentuknya dengan air panas.
Ketika pertama kali di bawa ke Eropa, gutta percha belum mendapatkan perhatian. “tidak seperti tembakau, cabai, teh, kopi dan tumbuhan lainnya yang dibawa ke Eropa pada sat itu, ia (gutta percha) hanya dianggap sebagai barang aneh saja.” Tulis John Tully (2009) dalam A Victorian Ecological Disaster: Imperialism, the Telegraph, and Gutta Percha yang dimjuat dalam Journal of World History Vol. 20 No. 4.
Dua abad berselang, tepatnya di tahun 1843 gutta percha diperkenalkan kembali Dr. Jose D’Almeida, seorang tenaga medis Inggris yang saat itu bertugas di Singapura. Ia membawa sampel gutta percha ke Inggris dan mengenalkannya kepada Royal Asiatic Society. Pada tahun yang sama (1843), Dr. William Montgomerie, yang juga merupakan tenaga medis ahli bedah Inggris dan pada saat itu bertugas di Singapura mengenalkan sampel gutta percha kepada Royal Society of Arts, tulis Obach (1889).
Sejak saat itu, penelitian terhadap gutta percha dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan dan sifat gutta percha dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan gutta perca yang paling penting adalah sebagai bahan pembungkus kabel telegraf di bawah laut. Namun di samping itu, gutta percha juga dimanfaatkan dalam praktik kedokteran.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Perkebunan Melalui Buku Pesona Sejarah Bandung
Mencari Sejarah Palestina di Pasar Antik Cikapundung
Serpihan Sejarah Perkebunan Gutta Percha Cipetir, Akhir yang Tragis dari Seorang Kepala Administrator
Gutta Percha dan Inovasi Ahli Medis
Gutta percha memegang peran yang cukup penting dalam perkembangan medis masa itu. Frank di dalam tulisannya yang berjudul Gutta Percha In Surgery (1910) menyebutkan bahawa pada 1846 Alexander Carbiol memperoleh hak paten untuk memproduksi barang-barang yang digunakan untuk keperluan bedah.
W. Lyon, ahli bedah senior di Rumah sakit Glasgow menyebutkan bahwa gutta percha dapat digunakan dalam proses pengobatan. Gutta percha dapat dimanfaatkan untuk beberapa kasus pengobatan seperti clubfoot (kelainan kaki bengkok), nekrosis, terkilir, patah tulang dan amputasi. Tulis Lyon dalam The Employment of Gutta Percha in Surgery – Its Use in Club-foot, Simple and Compound Fractures, Necrosis, Amputations, Diseased Articulations yang terbit pada 1848.
Inovasi terhadap gutta percha di bidang medis terus berlanjut. Pada tahun 1849 sebuah tim yang beranggotakan Chevalier, Poiseuille dan Robert mengenalkan sebuah instrumen bedah berupa lembaran gutta percha kepada Akademi Kedokteran, Paris. Lembaran gutta percha tersebut dipergunakan sebagai pembungkus luka pasien. Frank (1910) menyebutkan bahwa perlengkapan bedah yang diperkenalkan oleh Chevalier dan dua rekannya ini merupakan titik awal pengenalan tisu gutta percha (gutta percha tissue) dalam dunia medis.
Penggunaan lembaran gutta percha sebagai perban luka sudah lebih dulu disinggung oleh Dr. J.Y Simpson dalam tulisannya yang berjudul On Solutions of Gun-cotton, Gutta Percha and Caoutchouc as Dressing for Wounds, yang dimuat dalam The Monthly Journal of Medical Science edisi Juli 1848 dan dibacakan pada Medico Chirugical Society, Edinburgh. Tulisannya itu menjelaskan bahwa sebelum digunakan sebagai plester untuk membalut luka, lembaran gutta percha harus dilarutkan pada kloroform.
Di tahun 1870, sebagaimana tertulis dalam A Method of Antiseptic Treatment Applicable to Wounded Soldier In The Present War, Dr. Joseph Lister menyarankan penggunaan lembaran gutta percha sebagai pembungkus luka pada tentara yang terluka di medan perang, karena memang pada saat itu di Eropa tengah terjadi peperangan antara Prancis dan Prusia (Jerman).
Di lain pihak, Dr. William Halsted mengklaim bahwa orang pertama yang mengenalkan istilah gutta percha tisu dalam praktik bedah adalah dirinya. Halsted mengatakan bahwa penyebutan gutta percha tisu terhadap intrumen yang ditemukan Chevalier dan dua rekannya itu tidaklah tepat.
Dalam tulisannya Ligature and Suture Material: The Employment of Fine Silk In Preference to Catgut and The Advantages of Transfixion of Tissues and Vessels in Control of Hemorrhage Also an Account of The Introduction of Gloves, Gutta-Percha Tissue and Silver Foilyang diterbitkan pada 1913, Halsted mengisahkan bagiamana dirinya ‘menemukan’ gutta percha tisu tersebut.
Inovasi Halsted membuat gutta percha tisu sebagai perlengkapan bedah bermula dari pengalamannya saat magang di Rumah Sakit Bellevue, New York, dari tahun 1876 – 1878. Ia sering menyaksikan pasien-pasien mengalami rasa sakit akibat pendaharan saat proses mencabut kasa pembukus luka pasca bedah. Menurutnya hal tersebut merupakan praktik ba-bar yang tidak manusiawi dan berpotensi meninggalkan trauma pada pasien. Oleh karena itu ia berupaya menciptakan pembukus luka yang tidak menyakiti pasien.
Sejak tahun 1880 gutta percha tisu menjadi perlengkapan wajib dalam praktik bedahnya. Halsted juga memberikan penegasan bahwa penggunaan gutta percha tisu dapat ditelusuri pada catatan-catatan di Rumah sakit Roosevelt New York selama periode 1881 -1886, saat ia menjabat sebagai direktur di rumah sakit itu.
Dalam catatan yang berjudul Gutta Percha, Its Discovery, History and Manifold Uses (1851) Dr Foucart berinovasi dengan gutta percha. Ia membuat splint clavicular (penyangga tulang klavikula) berbahan gutta percha untuk mengobati dislokasi pada tulang selangka (tulang yang menghubungkan lengan dan bahu).
Seorang dokter Irlandia, Arthur Leared membuat stetoskop berbahan gutta percha. Stetoskop ganda (binaural) yang berbahan gutta percha ini diperkenlakan pada sebuah pameran besar tahun 1851, tulis Leared dalam On The Self-Adjusting Double Stethoscope (1856).
Stetoskop binaural untuk pertama kalinya dikembangkan dan dikomersilkan oleh Dr. Geogre Philip Camman di New York pada 1852 dengan rancangan yang mirip dengan buatan Leared, tulis Bishop dalam Evolution of The Stethoscope yang dimuat dalam Jurnal of The Royal Society of Medicine Vol 73.
Gutta Percha dalam Mulut
Belizzi dalam A Historic Review of Endodontics, 1689-1963 menerangkan bahwa Penggunaan gutta percha dalam kedokteran gigi diperkenalkan pertama kali oleh Edwin Truman pada 1847. Truman menggunakan gutta percha sebagai bahan tambalan gigi dan dasar pembuatan gigi palsu. Di tahun yang sama, Dr. Asa Hill memperkenalkan bahan pengisi saluran akar gigi yang mengandung gutta percha yang dikenal dengan metode Hill Stopping.
Selanjutnya, L Gutman (2019) dalam Disinfection of gutta-percha cones prior to obturation: a smattering of historical perspectives with a focus on contemporary considerations menyebut penggunaan gutta percha sebagai saluran akar pertama kali didemonstrasikan oleh Bowman dalam pertemuan dokter gigi di St. Louis, pada tahun 1867. S.S White Company adalah perusahaan pertama yang meproduksi gutta percha poiny secara komersil tulis Belsare, Dkk (2015) dalam Gutta Percha – A Gold Standard For Obturation In Dentistry.
Dalam bidang kedokteran gigi, gutta percha masih digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar gigi sampai hari ini. Rusmiany (2017) mengatakan bahwa sampai hari ini belum ada bahan pengisi saluran akar yang menyamai kualitas gutta percha. Hal ini dikarenakan gutta percha memiliki keunggulan, seperti kompresibilitas, dapat diterima oleh jaringan tubuh, memiliki dimensi yang stabil, mampu beradaptasi dengan jaringan, radiopacity pada radiografi, dan mampu melebur menjadi plastik saat dipanaskan.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan menarik lainnya tentang sejarah