TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Selamat Ulang Tahun Lembang #1
Lembang ditetapkan sebagai distrik teh pada tangga 17 Juni 1882. Menjadi momentum perkembangan Lembang di masa kolonial.

Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
14 Juni 2025
BandungBergerak.id – Ketika almarhum ayah saya masih ada, saya pernah mengantarnya ke kantor Kecamatan Lembang untuk satu dan lain hal. Tergelitik dalam benak saya untuk bertanya kepada pegawai di sana perihal tanggal ulang tahun Lembang, namun nihil. Mulai dari sana pertanyaan ini selalu saya lontarkan kepada hampir semua narasumber yang saya temui di Lapangan. Akhirnya pada pertengahan waktu saya meriset di 2015 saya mendapatkan jawabannya.
Adalah keluarga Kang Anton dan Om Billy Janz yang merupakan anak turun dari Alexander Janz, yaitu salah satu administratur perkebunan kina Jayagiri yang merupakan penyelamat perkebunan dari kebangkrutan karena kebakaran besar. Keluarga Kang Anton dan Om Billy ini menceritakan pada saya bahwa ada dua tanggal yang dijadikan hari jadi Lembang, namun acuannya tetap pada tanggal yang paling awal.
Data hari jadi Lembang keduanya diperoleh dari Staatblaad van Nederlansch Indie, yaitu buku yang diterbitkan resmi dan berisikan tentang kumpulan undang-undang, peraturan, dan ketetapan pemerintah Kolonial Belanda di Hindia Belanda sejak 1815-1942.
Hari jadi pertama adalah ketika Lembang ditetapkan sebagai distrik teh pada tangga 17 Juni 1882, karena terdapat 3 perkebunan teh besar di Lembang pada saat itu. Yang pertama adalah perkebunan teh Ciumbuleuit yang sangat luas dan berpintu masuk di sebuah kawasan yang sekarang dikenal dengan Pagerwangi, dan berakhir di kawasan Unpar Ciumbuleuit sekarang. Perkebunan teh kedua adalah perkebunan teh Baroe Adjak yang sekarang menjadi kawasan Kinder Dorp dan Observatorium Bosscha. Lalu perkebunan ketiga adalah yang paling beruntung, karena hingga kini masih dapat kita sambangi, yaitu perkebunan teh Sukawana di barat Lembang.
Dahulu para buruh perkebunan teh menukarkan koin saat hari gajian mereka ke sebuah rumah yang ditinggali oleh seorang administratur dan ketika waktu gajian tiba rumah tersebut disambangi oleh pegawai Denis Bank, di mana nanti para pegawai dapat menukarkan koin tersebut dengan uang cash. Hingga kini rumah bersejarah tersebut masih ada dan terkenal dengan sebutan rumah Denis.
Namun karena banyak yang tidak tahu akan kisah sejarah rumah tersebut, rumah tersebut nyaris roboh sekarang, sama sekali tidak ada perhatian dari pemerintah, padahal kisah rumah ini sering saya wartakan kepada pihak terkait. Boleh dibilang rumah Denis ini adalah rumah yang erat dengan ulang tahun Lembang yang ditetapkan sebagai distrik teh pada 17 Juni 1882.
Tak lama setelah ditetapkan sebagai distrik teh, pembangunan alun-alun dan sekitarnya pun terus dilakukan di Lembang, bahkan pendopo di kawasan Kauman pun dilakukan. Sehingga sepertinya tanggal 17 Juni 1882 adalah sebuah momentum besar bagi perkembangan Lembang di masa kolonial.
Tanggal ke dua pun ditemukan di buku yang sama yaitu Staatblad van Nederland Indie, yaitu ketika Gubernur Jendral Frederik s’Jacob mengumumkan bahwa Lembang berada di bawah distrik Ujungberung Kulon secara kepemerintahan yaitu pada tanggal 16 Oktober 1882. Dengan ini ditemukan fakta bahwa terjadi dua hal yang cukup besar di tahun 1882 di Lembang, satu sebagai distrik teh yang menjadikan momentum perkembangan dan pembangunan infrastruktur Lembang, dan secara kepemerintahan Lembang pun resmi berada di dalam distrik Ujungberung Kulon.
Sepertinya belum ada kepastian dari pemerintah daerah kapan Lembang tepatnya didirikan, namun beberapa narasumber lebih mengacu pada distrik teh yaitu 17 Juni 1882, karena setelah ditetapkan sebagai distrik teh Lembang betul-betul terbangun sebagai kota. Selain kawasan alun-alun dan pendopo, dibangun juga kawasan niaga yaitu pasar yang awalnya berada tidak jauh dari kawasan pecinan (barat Alun-alun Lembang ), secara tidak langsung ketika telah ditetapkan sebagai distrik teh, Lembang menggeliat tumbuh.

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Cerita Di Balik Buku 9 Kisah Wanita Pribumi Lembang di Masa Lalu
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Pelarian Calon Pewaris Grand Hotel Lembang #1
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Pelarian Calon Pewaris Grand Hotel Lembang #2
Momentum Hari Jadi
Entah ada perhatian atau tidak dari pihak pemerintah, momentum hari jadi ini seharusnya bukan hanya euforia semata, namun dibalik “sekaratnya” kawasan Lembang sekarang baik itu tentang kemacetan, kerusakan lingkungan, dan perkembangan wisata kekinian yang sangat tidak terkendali, sudah seharusnya momentum hari jadi ini kita lalukan untuk bercermin, sejauh mana kita peduli pada tempat tinggal kita ini?
Ketika saya melakukan dialog dalam acara bersama muda- mudi Lembang pada 18 Mei 2025 lalu, banyak dari warga yang nyaris tidak mengenal kawasan Lembang, sebuah kawasan di mana mereka dilahirkan, tumbuh dan menggapai cita. Pepatah yang sering sekali kita dengar sejak kecil “tak kenal, maka tak sayang “ sepertinya merupakan pepatah yang pas untuk permasalahan Lembang.
Sebagian besar warganya baik itu yang asli ataupun pendatang seperti saya, kebanyakan tidak mengenal Lembang secara keseluruhan, sehingga rasa sayang yang akan melahirkan rasa sayang dan memiliki itu tidak terlahir. Hal ini yang menyebabkan adanya sikap “ apatis” dari sebagian besar warganya.
Pentingnya mengenalkan sejarah Lembang pada warga masyarakat Lembang itu sendiri adalah sebagai fondasi utama agar terlahir rasa sayang dan merasa memiliki secara utuh dari warga.
Sebagai langkah kecil saya dan beberapa rekan di Lembang adalah kami mulai mengenalkan kisah sejarah Lembang kepada para pelajar sekolah menengah. Sebetulnya hal ini telah sering saya lakukan dalam masa riset (2009-2022), ada beberapa sekolah antara lain adalah SDN 2 Cibogo yang kala itu saya pandu ke Observatorium Bosscha pada tahun 2013, siswa SMAN 1 Lembang yang saya bantu dalam penyusunan toponimi kawasan-kawasan di Lembang (2014), memandu siswa SMPN 1 Lembang bersama Lembang Heritage (2015), hingga memandu tentang lingkungan patahan Lembang siswa SMP Ibnu Khaldun (2023).
Dan kini telah saya serahkan sebagian tongkat estafet saya kepada kawan-kawan yang tergabung dalam tim Sejarah Lembang yang mulai terbentuk pada 2024. Dengan para rekan penerus di tim Sejarah Lembang telah ada dua sekolah yang telah kami pandu yaitu SMA Nurul Huda, Cikole dan SMPN 1 Lembang yang paling fenomenal karena dalam satu hari kami memandu 15 kelas yang terbagi dalam 3 sesi waktu.
Selain itu tim Sejarah Lembang pun aktif mengedukasi lewat konten-konten menarik di media sosial Instagram (dapat di follow akun IG “Sejarah Lembang”).
Sebuah langkah kecil yang saya lalukan ini semata- mata agar kisah Lembang ini dapat utuh diterima warganya, sehingga tumbuh rasa cinta dan memiliki yang utuh dan sebagai landasan untuk menjaga Lembang lebih baik lagi.
Tidak ada kata terlambat, mari kita sama- sama lalukan hal kecil dari lingkungan terkecil untuk menyelamatkan Lembang yang terluka parah. Selamat Ulang Tahun Lembang, semoga di hari depan nanti wajahmu akan kembali merona indah seperti dahulu. Aamiin.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang