• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal sebagai Strategi Membangun Sumber Daya Manusia yang Berkualitas di Papua

MAHASISWA BERSUARA: Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal sebagai Strategi Membangun Sumber Daya Manusia yang Berkualitas di Papua

Konsep pendidikan berbasis kearifan lokal tidak hanya menyediakan materi pendidikan secara akademis, tapi juga menghadirkan budaya dan pengetahuan setempat.

Darren Vinnegan

Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Ilustrasi. Ilmu pengetahuan mesti bermanfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. (Ilustrasi: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak)

19 Juni 2025


BandungBergerak.id – Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai transformasi seiring dengan perubahan ekonomi, budaya, sosial, yang terjadi di dalam negeri dan globalisasi yang terjadi di dunia. Berdasarkan jurnal tentang pendidikan yang ditulis oleh Dahyanti, dkk. pada tahun 2025, dinyatakan bahwa perubahan pendidikan yang telah dialami oleh Indonesia sejak era reformasi adalah perubahan kurikulum, peningkatan kinerja tenaga pendidik,  hingga transformasi digital pada proses pendidikan.

Namun, perkembangan pendidikan di negeri ini sampai sekarang belum mencapai suatu kestabilan, di mana terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara perkembangan pendidikan di Indonesia bagian Barat dan pendidikan di Indonesia bagian Timur. Ketidakstabilan inilah yang melahirkan sebuah tantangan yang cukup serius terhadap keadilan sosial dan kualitas sumber daya alam di wilayah yang tertinggal.

Kondisi tersebut dapat dilihat secara nyata pada daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di negara kita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Situmorang dan Ayustia pada 2019,  daerah 3T merupakan kawasan daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah negara lain, serta  memiliki kondisi wilayah yang kurang berkembang dari segi infrastruktur, ekonomi, sosial, dan pendidikan.

Papua, sebagai salah satu daerah 3T, mengalami berbagai tantangan dalam bidang pendidikan seperti minimnya infrastruktur, tenaga pendidik, dan akses transportasi yang sangat sulit. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia pada 2023, rata-rata angka partisipasi sekolah di provinsi Papua hanya berkisar 62 persen, di mana angka tersebut tertinggal jika dibandingkan dengan rata-rata nasional yaitu 74 persen.

Ketidakmerataan pendidikan yang terjadi antara wilayah Indonesia bagian Barat dan bagian Timur akan menyebabkan suatu kesenjangan pada kualitas sumber daya manusia pada tiap wilayah. Menurut Riris Sihombing pada 2023 dalam studi kasusnya tentang pendidikan di seluruh provinsi Indonesia, dikatakan bahwa kualitas pendidikan yang lebih layak akan mendorong masyarakat suatu daerah untuk meningkatkan pendapatannya, sehingga meningkatkan juga pendapatan wilayah tersebut. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah strategi pendidikan dan pendekatan agar dapat menjangkau kondisi wilayah, sosial, dan budaya pada daerah 3T.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Post-Truth dan Runtuhnya Rasionalitas Manusia, Ketika Algoritma Mengatur Kebenaran
MAHASISWA BERSUARA: Menimbang Penggunaan Sedotan Beras untuk Menekan Produksi Sampah Plastik
MAHASISWA BERSUARA: Ketika Kekerasan Seksual pada Tragedi Mei 1998 Dianggap Hanya Cerita

Strategi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Salah satu strategi pendidikan yang cocok untuk menjangkau daerah 3T seperti Papua adalah pendidikan berbasis kearifan lokal. Konsep pendidikan tersebut tidak hanya menyediakan materi pendidikan secara akademis, tetapi juga menghadirkan budaya dan pengetahuan setempat bagi peserta didik. Menurut Nurhalimah Siahaan dalam penelitiannya tentang model pembelajaran ini pada 2018,  tujuan dari strategi ini yaitu agar peserta didik dapat belajar untuk menghadapi situasi nyata berdasarkan budaya dan realitas kondisi di lingkungan mereka. Dalam penerapannya, pendekatan pendidikan ini akan membuat peserta didik di Papua lebih termotivasi dan meningkatkan daya tangkap mereka, sehingga kualitas pendidikan dan sumber daya manusia di daerah sana menjadi lebih baik.

Dasar dari penerapan strategi ini yaitu berasal dari nilai kearifan lokal sendiri. Menurut jurnal tentang pendidikan yang ditulis oleh Ni Made Suarningsih pada 2019, kearifan lokal dapat diartikan sebagai berbagai pandangan hidup dan pengetahuan yang dianut masyarakat dan diaplikasikan dalam kehidupannya sebagai solusi dari masalah sehari-hari dan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga, pendidikan berbasis kearifan lokal akan berperan penting untuk meningkatkan hubungan antar manusia dan lingkungan alamnya.

Strategi pendidikan berbasis kearifan lokal ini telah diimplementasikan di luar negeri dan telah terbukti meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut. Contohnya adalah Selandia Baru yang menerapkan strategi ini ke salah satu daerah 3T di sana, yaitu Aotearoa. Dengan menyatukan nilai budaya Mātauranga Māori dengan kurikulum pendidikan, siswa Māori dapat lebih mengenal tentang kekayaan kearifan lokalnya dan memanfaatkannya untuk memajukan budaya mereka di era modern ini (data dari penelitian tentang suku Māori oleh Van Driessche pada 2013).

Selain itu, Selandia Baru juga menerapkan program REAP (Rural Education Activities Programme) yang bertujuan untuk mengedukasi anak-anak di daerah pedesaan yang tidak mendapatkan pendidikan layak. Dilansir dari Gazette Education pada tahun 2023, program ini  bekerjasama dengan banyak instansi pendidikan untuk menampung para anak tersebut sehingga mendorong mereka untuk mendapatkan ilmu yang lebih mengenai cara pengolahan sumber daya alam di desa mereka.

Dengan melihat keberhasilan di Selandia Baru, maka strategi tersebut juga dapat diadaptasikan ke sistem pendidikan di daerah Papua. Papua sendiri memiliki banyak suku dan kebudayaan, contohnya adalah budaya “Egek” dari suku Moi yang merupakan tradisi melaut dengan perahu kayu, serta mengambil yang secukupnya dari alam. Hal tersebut dapat dijadikan contoh nyata dalam pembelajaran lingkungan dan pengelolaan sumber daya  alam di sekitar para peserta didik.

Pendidikan berbasis kearifan lokal juga dapat di satukan dengan pendidikan karakter dan moral, yang mengajarkan para peserta didik untuk bertindak lebih bijaksana dan beretika di lingkungan mereka. Hal ini juga dapat membantu menyiapkan para peserta didik di daerah 3T untuk menunjukkan dirinya agar dapat bersaing dengan para siswa di daerah yang lebih maju

Tingkat keberhasilan dalam proses implementasi strategi ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chairiyah pada 2017 tentang pendidikan karakter dengan kearifan lokal. Dalam penelitian tersebut, dinyatakan bahwa penerapan kearifan lokal dalam pendidikan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, karakter, dan moralitas para peserta didik.

Maka dari itu, pendidikan berbasis kearifan lokal dapat menjadi solusi untuk mengatasi tantangan tentang kualitas pendidikan di wilayah 3T seperti Papua. Melalui adaptasi dari luar negeri dan menerapkannya pada negeri ini, kualitas pendidikan akan lebih baik dan berdampak nyata kepada para peserta didik. Pendidikan berbasis kearifan lokal juga tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia, tetapi juga melestarikan kembali warisan budaya bangsa Indonesia kepada generasi penerus bangsa berikutnya.

 

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//