CATATAN DARI BUKU HARIAN #46: Yanti Rangkuti, Suara Hangat dan Dedikasi Tanpa Batas di Gelombang Radio
Siaran di radio bagi Yanti Rangkuti adalah ruang untuk berbagi. Bukan hanya suara, tetapi juga rasa, makna, dan semangat hidup.

Kin Sanubary
Kolektor Koran dan Media Lawas
21 Juni 2025
BandungBergerak.id – Menjadi penyiar radio bukan sekadar berbicara di depan mikrofon. Tugas ini menuntut kemampuan menghadirkan keintiman di udara, menyapa ribuan pendengar seolah sedang berbincang hangat secara langsung dengan kita. Saat pendengar merasa disapa secara pribadi, itulah saat magis tercipta, radio menjadi ruang kebersamaan yang tak terlihat.
Yanti Rangkuti adalah salah satu sosok yang berhasil menghidupkan keajaiban itu. Suaranya yang lembut dan penuh karakter telah menemani hari-hari banyak pendengar, khususnya di Bandung. Ia bukan hanya penyampai informasi, melainkan sumber semangat, pengetahuan, dan kenyamanan, membuat siapa pun yang mendengarnya merasa lebih dekat dan lebih akrab.
Nama Yanti Rangkuti telah lekat di hati para pecinta radio sejak awal 1990-an. Ia konsisten hadir di berbagai stasiun radio ternama, menjadikannya salah satu penyiar paling dihormati dan dicintai. Baginya, menjadi penyiar bukan semata profesi, melainkan panggilan jiwa, wujud pengabdian, bahkan ibadah.

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #43: Mengenal Wati Ananta, Penyiar Idola dari Pulau Dewata
CATATAN DARI BUKU HARIAN #44: Djuli Pamungkas, Membingkai Cerita Lewat Foto
CATATAN DARI BUKU HARIAN #45: Ati Bachtiar, Menyusuri Jejak Budaya Lewat Lensa Kamera
Jejak Panjang di Dunia Siaran
Karier Yanti dimulai pada tahun 1991, segera setelah lulus SMA, ketika ia bergabung dengan Radio KLCBS (Karang Layung Citra Budaya Suara), stasiun legendaris yang mengusung musik jazz di Bandung. Dua tahun kemudian, ia menantang dirinya dengan berkarier di luar kota, bergabung dengan Radio Gema Bukit Asam (RGBA) di Palembang, tempat ia mengabdi selama lima tahun (1993-1998).
Setelah kembali ke Bandung, Yanti terus mewarnai dunia siaran melalui berbagai stasiun radio: X-FM (1999); Mustika FM (1999-2000); Delta FM (2000-2010); Sonora FM (2013-2014); Thomson FM (2014-2018); Vestgreen FM (2018-2021); Rase FM (2022); serta KLCBS FM 100.4 (2023-sekarang)
Yanti telah menjajal berbagai peran, dari penulis naskah, produser, penyiar, hingga manajer umum. Namun, publik paling mengenangnya dari suara yang menyapa di balik mikrofon, hangat, penuh empati, dan tak tergantikan.

Kembali ke Rumah: KLCBS, The Jazz Wave
Tiga dekade sejak kariernya dimulai, Yanti kembali ke “rumah siarannya” yakni KLCBS FM, satu-satunya stasiun radio di Indonesia yang konsisten menyiarkan musik jazz sejak 1982.
Meski kini studio KLCBS telah berpindah ke kawasan Dago Atas, semangatnya tetap sama yakni menyebarkan musik jazz sebagai bagian dari budaya, ilmu, dan ekspresi jiwa. Pada Mei 2024, KLCBS sukses menyelenggarakan Digi Bandoeng Festive 2024, pertunjukan musik bergengsi yang menampilkan Incognito (band jazz asal Inggris), bersama musisi Indonesia seperti Tompi, Natasya Elvira, Ardhito Pramono, Funk Section, dan The Groove.

Lebih dari Sekadar Penyiar
Yanti bukan hanya penyiar ulung. Ia juga penyanyi, mampu bermain gitar dan piano. Kecintaannya pada musik ia wariskan kepada dua anaknya, Agya dan Faza Rahim, yang tumbuh dalam atmosfer penuh nada dan harmoni.
Baginya, radio adalah ruang untuk berbagi, bukan hanya suara, tetapi juga rasa, makna, dan semangat hidup. Menyapa pendengar, membuat mereka tersenyum, memberi warna pada hari-hari mereka, itulah bentuk ibadah yang paling indah menurutnya.
Yanti Rangkuti adalah simbol dedikasi tulus dalam dunia penyiaran. Dalam setiap siarannya, ia hadir sebagai sahabat, penghibur, dan guru. Dengan pengalaman panjang, semangat yang tak pernah padam, serta hati yang luas bagi pendengarnya, Yanti membuktikan bahwa radio masih punya daya magis, selama ada suara yang bicara dari hati.
*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan lain Kin Sanubary atau artikel-artikel lain tentang seni