Siapa Bilang Citarum Hanya Soal Banjir, Lihat Taman Ceria Ini
Taman Ceria membuktikan bahwa ruang publik yang ramah dan bersih tetap bisa diwujudkan, bahkan di tengah kawasan yang memiliki tantangan lingkungan seperti Citarum.

Gregorius Yudha Abalele Nanga
Mahasiswa Filsafat Keilahian Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
23 Juni 2025
BandungBergerak.id – Siapa sangka? Di tengah citra Sungai Citarum yang lama dikenal sebagai sungai terkotor, dan di kawasan Baleendah yang kerap dilanda banjir, kini tumbuh sebuah ruang terbuka yang menjadi primadona warga. Menjelang senja, Taman Ceria di pinggir Sungai Citarum disesaki warga yang datang untuk menikmati sore yang hangat dan panorama sungai yang perlahan berubah wajah.
Di tengah kabar tentang banjir yang kerap melanda kawasan Baleendah, sebuah sudut baru menghadirkan harapan dan suasana yang berbeda. Taman Ceria, taman kota yang terletak di tepi Sungai Citarum tepat di samping Jembatan Cikarees, kini menjadi ruang publik favorit bagi warga setempat.
Menjelang sore (31 Mei 2025), saya kembali mengunjungi taman ceria. Taman ceria ini menjadi tempat bermain saya bersama dengan kawan-kawan sejawat lainnya waktu 2023 lalu. Dulu belum banyak pengunjung yang datang. Akan tetapi, beberapa pekan silam, kawasan taman ini mulai dipenuhi pengunjung. Anak-anak berlarian di jalur pedestrian, remaja sibuk berfoto di spot-spot Instagramable, sementara para orang tua duduk santai di bangku taman, menikmati hembusan angin dari aliran sungai. Suasana yang dahulu identik dengan deru kendaraan di atas jembatan dan arus sungai yang keruh, kini diwarnai dengan keceriaan warga yang memanfaatkan ruang terbuka ini.
Baca Juga: Pencemaran di DAS Citarum tak Pernah Selesai
Akhir Citarum Harum
Citarum dan Logo Persib
Transformasi Wajah Sungai
Pembangunan Taman Ceria merupakan bagian dari upaya revitalisasi Sungai Citarum dalam program Citarum Harum. Selain penataan fisik taman dengan jalur pedestrian, rumput hijau, dan tanaman hias, kawasan bantaran sungai juga dibersihkan dan dipasangi penerangan yang memadai. Kini, di sore hari hingga malam, taman ini menjadi hidup dengan aktivitas warga.
Di sepanjang taman, pengunjung bisa menikmati pemandangan Sungai Citarum yang kini lebih bersih dibandingkan beberapa tahun lalu. Meski tantangan penanganan limbah masih menjadi pekerjaan rumah, perubahan visual kawasan ini jelas terasa.
Waktu favorit pengunjung adalah saat matahari mulai terbenam. Warna jingga keemasan yang memantul di permukaan sungai menciptakan pemandangan yang jarang ditemui di tengah permukiman padat Baleendah. Banyak warga datang hanya untuk menikmati momen ini.
Suasana makin hidup dengan kehadiran pedagang kaki lima yang menjajakan jajanan ringan, mulai dari cilok, batagor, hingga es teh manis. Aroma makanan khas kaki lima bercampur dengan udara sore yang sejuk, menciptakan nuansa yang akrab bagi pengunjung dari berbagai usia.
Beberapa pengunjung membawa tikar untuk duduk bersama keluarga, sementara kelompok anak muda tampak sibuk membuat konten video. Meski sederhana, taman ini menjawab kebutuhan warga akan ruang terbuka hijau yang dapat diakses secara gratis.
Meski suasana taman kini begitu hidup, warga tidak melupakan kenyataan bahwa kawasan ini masih rentan banjir. Baleendah dan sekitarnya memang menjadi langganan banjir saat musim hujan. Namun, kehadiran taman ini diharapkan dapat mengubah persepsi kawasan yang selama ini hanya dikenal dari liputan bencana.
Pemerintah daerah sendiri mengakui bahwa tantangan pengendalian banjir masih besar. Namun, ruang publik seperti Taman Ceria diharapkan dapat memberikan manfaat ganda –sebagai tempat rekreasi sekaligus sebagai bentuk pemanfaatan bantaran sungai secara positif.
Dengan panjang sekitar 200 meter di sepanjang tepian sungai, Taman Ceria memang tidak terlalu besar, tetapi kehadirannya sangat berarti. Warga berharap agar taman ini terus dirawat, dan program pembersihan sungai terus berlanjut agar keindahan kawasan ini tidak bersifat sementara.
Pemerintah Kabupaten Bandung juga berencana untuk menambah fasilitas, seperti taman bermain anak yang lebih lengkap, serta jalur sepeda di sekitar kawasan sungai.
Kini, Taman Ceria menjadi bukti bahwa ruang publik yang ramah dan bersih tetap bisa diwujudkan, bahkan di tengah kawasan yang memiliki tantangan lingkungan. Di balik bayang-bayang berita banjir, ada cerita baru yang tumbuh di pinggir Sungai Citarum, cerita tentang harapan, kebersamaan, dan kecintaan warga terhadap lingkungan mereka.
Wadah Interaksi
Tak hanya menjadi ruang rekreasi, Taman Ceria perlahan juga berperan sebagai wadah interaksi sosial antarwarga. Komunitas-komunitas lokal mulai memanfaatkan area ini untuk berbagai kegiatan. Setiap akhir pekan, misalnya, komunitas yoga di Baleendah rutin menggelar sesi senam bersama di area rerumputan. Kegiatan ini terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung, tanpa dipungut biaya.
“Dulu kami suka berkumpul di daerah banjaran, tapi sejak taman ini diresmikan, kami lebih suka di sini. Udara lebih segar, suasananya juga lebih menyenangkan, dan lebih dekat dengan rumah” ujar Sinta, salah seorang teman saya yang giat di salah satu organisasi masyarakat.
Selain itu, pelajar dari berbagai sekolah juga kerap memanfaatkan taman sebagai lokasi belajar di luar kelas. Beberapa guru kreatif memilih memindahkan sesi diskusi atau pelajaran seni ke taman ini, menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan.
“Anak-anak jadi lebih antusias. Mereka belajar sambil merasakan suasana alam, tidak melulu di dalam kelas,” ungkap Pak Deni, seorang guru seni di salah satu SMP di Baleendah.
Keberadaan taman ini bahkan mulai menggugah kesadaran lingkungan masyarakat. Sejumlah kelompok pemuda kini aktif menggelar kegiatan bersih-bersih sungai dan taman setiap bulannya. Mereka berkoordinasi dengan pengelola taman dan dinas terkait untuk memastikan kawasan tetap bersih dan nyaman.
“Dulu kami pesimis, melihat Sungai Citarum yang kotor dan bau. Tapi sekarang ada harapan. Kalau kita mau, semua bisa berubah,” kata Riko, relawan muda yang suka berkunjung ke taman ini.
Pemerintah setempat pun terus mendorong kolaborasi warga dalam menjaga taman. Program adopsi pohon diluncurkan untuk melibatkan warga dalam merawat tanaman di sekitar taman. Setiap pohon diberi label nama pengadopsinya, sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka.
Bahkan, beberapa UKM lokal mulai memanfaatkan taman ini sebagai tempat promosi. Pada event tertentu, bazar kuliner dan produk UMKM digelar di sepanjang pedestrian. Ini memberikan peluang ekonomi tambahan bagi warga sekitar.
“Semenjak ada bazar di taman, penjualan saya naik. Banyak pengunjung yang sekalian mampir membeli produk kami,” tutur Ibu Nani, pelaku usaha kecil yang menjual kerajinan tangan.
Namun, di balik geliat positif ini, tantangan perawatan taman tetap ada. Sampah yang berserakan setelah akhir pekan menjadi perhatian serius. Pemerintah daerah telah memasang lebih banyak tempat sampah dan papan peringatan, namun partisipasi aktif pengunjung tetap diperlukan agar taman tetap bersih.
Di sisi lain, pengembangan Taman Ceria juga memberikan inspirasi bagi wilayah lain di sepanjang Sungai Citarum. Beberapa kecamatan mulai meniru konsep taman di bantaran sungai sebagai bagian dari gerakan revitalisasi Citarum Harum. Ini memperkuat harapan bahwa keindahan sungai bisa dikembalikan secara berkelanjutan.
“Kalau di Baleendah bisa, kenapa di tempat lain tidak?” kata Ibu Yuliana, warga yang berharap agar konsep serupa diterapkan di kecamatan tetangga.
Kini, Taman Ceria bukan sekadar taman. Ia telah menjadi simbol perubahan, sebuah pengingat bahwa upaya bersama –meski sederhana– bisa menghadirkan dampak besar bagi lingkungan dan kualitas hidup warga.
Menjelang malam, ketika lampu-lampu taman mulai menyala, suasana berubah menjadi lebih hangat. Anak-anak masih bermain di sudut taman, pasangan muda duduk di bangku sambil berbincang, dan para lansia berjalan santai menikmati udara malam.
Momen seperti ini menjadi pengingat betapa pentingnya ruang terbuka hijau di tengah hiruk pikuk kota kecil seperti Baleendah. Lebih dari sekadar keindahan fisik, taman ini memberikan ruang bagi warga untuk membangun rasa kebersamaan, merajut harapan baru, dan memperkuat kecintaan terhadap lingkungan.
Bukan tidak mungkin, jika semangat ini terus terjaga, dalam beberapa tahun ke depan Sungai Citarum akan sepenuhnya lepas dari label sungai terkotor. Taman Ceria, dengan segala cerita yang tumbuh di dalamnya, bisa menjadi salah satu saksi perjalanan perubahan besar itu.
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB