• Berita
  • Menjelang Pasar Seni ITB 2025, Mengingat Satire Jual Beli Tesis, Disertasi, dan Ijazah Palsu

Menjelang Pasar Seni ITB 2025, Mengingat Satire Jual Beli Tesis, Disertasi, dan Ijazah Palsu

Selain menghadirkan produk-produk seni, Pasar Seni ITB memotret fenomena sosial politik. Contoh, Pasar Seni ITB 2010 menyoroti jual beli ijazah palsu.

Pasar Psikopat di Pasar Seni ITB 2010. (Sumber: Blog Rinaldi Munir, dosen ITB)

Penulis Iman Herdiana1 Juli 2025


BandungBergerak.idPasar Seni ITB akan kembali digelar. Festival yang ditunggu-tunggu banyak orang ini mengusung tema besar "Setakat Lekat: Laku, Temu, Laju". Prakegiatan Pasar Seni ITB 2025 sudah dimulai sejak beberapa bulan ke belakang, termasuk napak tilas Pasar Seni yang terakhir 11 tahun lalu.

Salah satu praacara Pasar Seni ITB 2025 bertajuk pameran “Kilas Balik: Lima Dekade Pasar Seni ITB” di Galeri Soemardja pada 25 hingga 31 Mei 2025. Pameran ini menampilkan arsip visual, dokumentasi, dan artefak dari tahun 1972, tahun pertama Pasar Seni ITB, hingga 2014 yang merekam dinamika perjalanan Pasar Seni lintas generasi.

Laman resmi ITB menyebutkan, pameran napak tilas menjadi titik awal untuk menyulam kembali memori kolektif menuju perayaan puncak Pasar Seni ITB, 19 Oktober 2025. Melalui pameran ini, pengunjung diajak menelusuri kembali bagaimana Pasar Seni telah menjadi ruang egaliter yang mempertemukan seniman dan publik, sekaligus mencerminkan semangat zaman dari masa ke masa. Dokumentasi visual, poster lawas, artefak karya, serta cerita dari para pelaku menjadi jembatan yang menghubungkan lintas generasi.

“Lebih dari sekadar ruang nostalgia, pameran ini menjadi refleksi akan pentingnya keberlanjutan ruang seni kolektif di Indonesia,” demikian keterangan laman resmi ITB, diakses Senin, 30 Juni 2025.

Satire di Pasar Seni ITB

Pasar Seni ITB tak lepas dari menangkap fenomena zaman. Contoh, di Pasar Seni ITB 2010 beberapa seniman memamerkan beragam karya seni, seperti diabadikan dalam catatan Rinaldi Munir, dosen ITB, di blognya.

Di Pasar Seni ITB 101010 (diselenggarakan tanggal 10 Oktober 2010), Rinaldi menulis, terdapat instalasi gantungan “pot bunga” dari tabung gas di Jalan Genesha, seakan menyindir ledakan tabung gas elpiji akhir-akhir ini.

Catatan lainnya dari Rinaldi Munir, Pasar Seni ITB 2010 menghadirkan seni instalasi satu wajah dengan beragam kostum. “Manusia bisa saja menjadi apa saja, tetapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan identitasnya,” ungkap Rinaldi.

Yasraf Amir Piliang, dosen FSRD, menurut catatan Rinaldi, tak ketinggalan membuka stand di Pasar Seni ITB 2010. Stand Yasraf Amir Piliang bertajuk “Pasar Psikopat”.

“Ingin Jadi Sarjana, Magister atau Doktor dalam Waktu yang Singkat Segera Hubungi PASAR PSIKOPAT" Yasraf Amir Piliang”, demikian bunyi spanduk stand Guru Besar FSRD ITB.

Rinaldi menjelaskan, di stand ini penulis buku-buku filsafat tersebut menawarkan cara cepat menjadi sarjana, master, dan doktor bisa memesan skripsi/thesis. “Sebuah sindiran terhadap kepalsuan manusia yang senang budaya instan dan jalan pintas mencapai tujuan, tak peduli halal atau haram caranya,” tulis Rinaldi.

Rinaldi juga melaporkan bahwa Pasar Seni ITB 2010 diserbu pengunjung. Akses ke kampus di kawasan Bandung utara macet parah. Jumlah pengunjung diperkirakan mencapai 1,6 juta orang! dua kali dari pengunjung Pasar Seni 4 tahun lalu yang berkisar 800 ribu orang.

Ekonomi Psikopat

Sebulan setelah Pasar Seni 2010, Yasraf menulis artikel berjudul "Ekonomi Psikopat" yang tayang di Kompas kemudian ditayangkan ulang Nias Online. Tulisan ini sebagai telaah terhadap berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia tahun 2010, di antaranya ledakan-ledakan tabung gas elpiji tiga kilogram yang hampir setiap bulan terjadi dan memakan korban.

Fenomena lainnya adalah penjualan bakso mengandung boraks; tahu, mi, ikan, ayam, dan daging mengandung formalin; sayur dan buah mengandung pestisida; susu, permen, dan biskuit mengandung melamin; kosmetik, jamu, dan obat mengandung merkuri; perdagangan bayi, manusia, organ tubuh, dan perempuan.

Yasraf menyebut fenomena tersebut sebagai "aroma kegilaan dan abnormalitas di ranah ekonomi". Di ranah pendidikan dan politik "kegilaan dan abnormalitas" itu diwakili dengan maraknya jual beli gelar dan ijazah palsu, serta jual beli kursi, jabatan, dan kekuasaan.

Kegilaan dan abnormalitas di ranah ekonomi disebut ekonomi psikopat. Para pelaku ekonomi memiliki masalah psikosisial yang menjalankan praktik terorisme tak kasat mata.

"Ekonomi psikopat adalah ranah terorisme bisu karena efeknya tak terlihat dan tak disadari. Berbeda dengan efek kerusakan terorisme, efek terorisme ekonomi tak kasatmata: dalam jaringan sel, susunan saraf, organ tubuh, atau struktur psikis. Kekerasan ekonomi psikopat bukan saja kekerasan fisik, melainkan juga kekerasan simbolik: makanan berformalin merusak fisik hingga kematian, ijazah palsu merusak landasan simbolik pendidikan, jual beli kursi merusak landasan etika politik," tulis Yasraf.

Ekonomi psikopat adalah sebuah kontradiksi diri: ia merajut kepuasan dalam kekerasan. Mengutip Jean Baudrillard dalam Symbolic Exchange and Death (1995), Yasraf menjelaskan tujuan ekonomi menciptakan kesejahteraan lewat akumulasi kapital dan untung. Namun, momen akumulasi kapital adalah juga momen derita, takut, dan mati. Proses akumulasi modal dan keuntungan sekaligus juga proses kekerasan, kerusakan, dan dehumanisasi.

Meski ditulis lebih dari satu dekade lalu, kritik Yasraf terhadap kapitalisme terasa masih relevan dengan kondisi ekonomi saat ini yang menghamba pada pemodal dan meminggirkan yang lain.

Baca Juga: Menerjemahkan Seni di Dinding Pameran
Membicarakan Uang dalam Dunia Seni di Galeri Soemardja, antara Realitas Kocek Seniman dan Estetika

Agenda Budaya Pasar Seni ITB 2025

Pasar Seni ITB bukan pasar biasa. Meski digagas kampus, Pasar Seni ITB telah menjadi agenda budaya yang dinantikan oleh masyarakat Kota Bandung dan berbagai daerah di Indonesia.

“Pasar Seni ITB saat ini bukan hanya milik kampus dan Kota Bandung, tetapi sudah menjadi panggung budaya yang mendapat perhatian nasional. Ini adalah momen penting untuk mempertemukan beragam seni dan desain kepada masyarakat luas,” ujar Rektor ITB Tatacipta Dirgantara, dalam keterangan resmi mengenai rencana pelaksanaan Pasar Seni ITB 2025.

Ia menekankan, Pasar Seni ITB 2025 memiliki semangat menjadikan karya seni dan desain lebih mudah diakses oleh publik dan membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya bagi para pelaku seni dan desain dari berbagai lapisan masyarakat.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan juga menyatakan dukungannya untuk penyelenggaraan Pasar Seni ITB 2025. Dukungan Pemkot Bandung meliputi fasilitasi ruang publik, koordinasi lintas dinas, hingga kolaborasi dalam pengelolaan acara.

“Bandung dikenal sebagai kota kreatif. Pasar Seni adalah bagian dari identitas kita. Maka sudah sepatutnya Pemkot hadir mendampingi, memfasilitasi, dan memastikan acara ini berjalan lancar,” ujar Farhan.

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//