• Narasi
  • Kisah A’ Onong, Mantan Ojol yang Sukses dengan Usaha Kuliner Viral di Jatinangor

Kisah A’ Onong, Mantan Ojol yang Sukses dengan Usaha Kuliner Viral di Jatinangor

Di Jatinangor dengan ratusan ribu jiwa yang memadati daratannya, Warung A’Onong menjadi contoh dari semangat pantang menyerah di zaman yang terus berubah.

Ayu Tria Handayani

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran (Unpad)

Kang Dinar Hidayat, yang akrab dengan sapaan A’ Onong di depan warung sederhananya di Jatinangor. (Foto: Ayu Tria Handayani)

4 Juli 2025


BandungBergerak.id – Warung sederhana milik Kang Dinar Hidayat, yang akrab dengan sapaan A’ Onong terletak di antara rumah warga di Jatinangor, Sumedang. Lokasinya dekat jembatan Cincin, tepat sebelah gerbang Universitas Padjadjaran tembusan Cisaladah. Warung yang tak pernah sepi dari pembeli itu bernama Warung A’ Onong.

Warung milik A’Onong, ramai dibicarakan orang-orang karena Mie Jebew dan Wonton –kuliner viral masa kini yang jadi favorit mahasiswa Jatinangor. Di warung tersebut A’ Onong menyajikan minuman segar dan menu andalannya olahan mie pedas, adonan wonton, dan saus khas racikannya yang tak putus dijemput pelanggannya. Warung yang tak pernah sepi pembeli itu buka mulai sekitar pukul dua belas siang hingga bahan habis, atau sore hari biasanya.

Pria berusia 27 tahun itu, sebelum dikenal sebagai penjual Mie Jebew dan Wonton, adalah seorang pengemudi ojek online. Hari-harinya yang lalu, ia lewatkan dengan berkutat di jalanan dengan helm, jaket identitas, dan aplikasi map. Seiring berjalannya waktu, makin banyak warga Jatinangor yang memutuskan menjadi pengemudi ojek online. Hingga akhirnya, membludaknya jumlah pengemudi ojek online di daerah kecil itu. Persaingan ketat membuat tenaga, waktu, pengeluaran bahan bakar kendaraan, berjibaku melawan panas terik matahari dan debu Jatinangor dirasakannya tak dapat terbayarkan dengan sepadan.

Persaingan yang sangat kuat menjadi alasan utama dirinya mulai merasa berat dalam melangkah di lingkup pekerjaan yang tak dapat menjamin pendapatan dirinya.

Situasi ini membuat A’Onong kembali berkutat dengan pikirannya. Ia mencari celah untuk menghidupi dirinya setelah menyadari keberadaan uang yang hanya sebesar tujuh puluh ribu rupiah di dalam dompetnya. Keuntungan menjadi pengemudi ojek online merupakan satu-satunya harapan dan modal bagi A’Onong untuk mengubah jalan hidupnya. Bertahan namun perlahan akan menghilang dikalahkan persaingan, atau bulatkan tekad dan mulai arah baru.

Ternyata, jawabannya datang dari dapur.

A’ Onong mengolah mie pedas, adonan wonton, dan saus khas racikannya. (Foto: Ayu Tria Handayani)
A’ Onong mengolah mie pedas, adonan wonton, dan saus khas racikannya. (Foto: Ayu Tria Handayani)

Baca Juga: Eksistensi Kuliner Lokal dalam Menghadapi Menjamurnya Makanan Cepat Saji
Menelusuri Sejarah Jembatan Cincin dan Taman Loji di Jatinangor Bareng Komunitas Bandoeng Waktoe Itoe
Ulasan Food Vlogger, Membangun atau Meruntuhkan Usaha Kuliner?

Membuka Warung Kuliner Jalanan

Pertengahan tahun 2024, A’Onong masih memutar otak bagaimana cara mengubah tujuh puluh ribu menjadi jalan hidup yang lebih baik. Muncul ide receh di benak A’Onong. Ia tak menyangka, dari keisengannya membuat wonton di rumah dan memasarkannya kepada tetangga dan mahasiswa kos di sekitar Jatinangor, A’onong kemudian mampu membuka warung kecil di dekat Jembatan Cincin, kawasan yang padat mahasiswa.

Bermodalkan selebaran brosur yang dikirimkannya ke kos-kosan terdekat, A’Onong mulai berjualan dengan resep buatannya sendiri setelah bereksperimen dengan rasa sari jajanan viral di media sosial pada saat itu.

Dua minggu terlewatkan dengan penuh konsisten. Bagai istilah “iseng-iseng berhadiah”, akhirnya, A’Onong resmi membuka warung setelah berjualan di rumah. Modal kecil dan usaha penyebaran brosur ternyata menghasilkan respons yang luar biasa dari warga sekitar, khususnya mahasiswa. Bukan hanya mencoba, bahkan banyak dari pembeli yang menjadi pelanggan tetap setelah merasakan makanan buatan A’Onong. Wonton yang tadinya hanya menu satu-satunya mulai ditemani tambahan menu lainnya hingga saat ini menjadi berbagai jajanan viral seperti Mie Jebew, Wonton dan Pentol Chilli Oil, Ceker Mercon, dan Es Jagung.

Modal awal sebesar tujuh puluh ribu semakin meningkat hingga saat ini modal harian A’Onong untuk membeli bahan dagangan menjadi sekitar delapan ratus ribu rupiah. Begitu juga dengan pembeli yang terus berdatangan. Namanya semakin dikenal mahasiswa sekitar dari obrolan mulut ke mulut yang telah mencicipi dagangannya.

Uniknya, A’onong memiliki caranya sendiri yang khas dalam membangun hubungan dengan pelanggannya. Ia membuat grup pribadi berisi pelanggan tetap. Di sana, ia rutin membagikan informasi tentang warungnya dan menggunakan grup untuk mempermudah proses memesan bagi pembeli agar lebih praktis. Dan yang paling unik, setiap minggunya A’Onong mengadakan giveaway berupa salah satu menu gratis untuk pelanggan yang beruntung secara acak.

“Ih boncos atuh Kang, tiap minggu giveaway,” ucap seorang pembeli baru yang baru saja mengetahui rutinitas unik dari Warung A’Onong.

“Insyaallah keganti, ngeluarin segini Insyaallah kembalinya berlimpah, yang penting niatnya positif,” kata A’Onong sambil mengaduk mie yang sudah di rebus di mangkuk penuh saus pedas khas racikannya.

Warung A’ Onong yang tak pernah sepi pembeli. (Foto: Ayu Tria Handayani)
Warung A’ Onong yang tak pernah sepi pembeli. (Foto: Ayu Tria Handayani)

Lingkungan yang damai dari hubungan baik dengan pelanggan, juga dipengaruhi dari dukungan besar yang diberikan orang tua A’Onong dalam menjalankan usahanya. Bantuan dari ayah dan ibu yang senantiasa terlibat dalam proses harian A’Onong menjadi salah satu aspek yang membuat jalan usaha A’Onong semakin mulus.

Mulai dari pembukaan warung hingga ditutupnya warung kecil itu, sang ayah siap membantu membawakan barang-barang kebutuhan warung. Sedangkan ibunya selalu sigap membantu A’Onong mempersiapkan pesanan-pesanan yang menumpuk memastikan tiap pelanggan tidak terlalu lama menunggu makanan yang mereka idam-idamkan. Keterlibatan keluarga ini menjadi semacam energi tambahan bagi A’onong, yang sejak dulu memang suka memasak dan meracik resep sendiri.

Berkaca dari kehidupan sehari-harinya sebagai pengemudi ojek online, berada di bidang yang sangat kontras dari jalanan ke dapur membuat A’Onong sadar. Bukan hanya perihal keuntungan dan perbandingan tenaga yang dikeluarkan, namun kenyamanan dan rasa suka terhadap apa yang dilakukan merupakan aspek paling penting dalam menentukan jalan hidup. A’Onong yang masih berkutat dengan kompor dan panci-pancinya menjadi bukti bahwa terkadang, keberhasilan bisa datang dari arah mana saja, bahkan berbanding terbalik dengan kita pada masa itu.

“Kalau misalnya capek mah sama aja yah, tapi balik lagi ke kita... zona nyaman,” tutupnya sambil tersenyum dan menyerahkan plastik berisi satu porsi Mie Jebew Baso dan satu porsi Wonton Basah Chilli Oil.

 

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//