Menggantung Harapan Pedagang Pasar Cihaurgeulis
Sudah delapan tahun Pasar Cihaurgeulis direvitalisasi sebagai pasar modern. Para pedagang terombang-ambing dalam ketidakpastian. Pendapatan mereka merosot tajam.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah7 Juli 2025
BandungBergerak.id - Delapan tahun sudah para pedagang Pasar Cihaurgeulis, Jalan Suci, Kota Bandung, terombang-ambing tanpa kepastian. Sejak relokasi pada 2017 dengan pengawalan aparat bersenjata lengkap, mereka menempati bangunan sementara yang membuat pendapatan anjlok hingga 75 persen. Peletakan batu pertama untuk revitalisasi pasar memang dilakukan pada 2018, namun hingga kini mereka belum bisa menempati bangunan baru.
Kini, bangunan pasar yang beralamat di seberang Pusdai tersebut lebih mirip gudang yang ditutup pagar seng. Rangka besinya tampak seperti kurungan raksasa, dengan karung-karung yang entah berisi apa terbujur di beberapa sudut. Tak salah jika warga yang lewat menganggap bangunan ini mangkrak.
Irwan (54 tahun), pedagang sembako, merasakan betul dampak revitalisasi Pasar Cihaurgeulis. Usaha keluarganya yang telah berjalan sejak 1989 kini hanya cukup untuk bertahan hidup. “Penurunannya bisa sampai 75 persen. Dan itu berlangsung selama delapan tahun. Artinya ya nombok terus,” katanya saat ditemui di tempat jualan sementara, Selasa, 1 Juli 2025.
Irwan mengenang, relokasi Pasar Cihaurgeulis dilakukan mendadak, tanpa penjelasan. Para pedagang merasa diperlakukan sebagai warga ilegal. “Padahal kita ini legal semua. Jualan dari dulu, bukan pedagang baru. Tapi kita dipaksa pindah tanpa dialog, tanpa penjelasan,” tuturnya.
Ia berharap bisa segera menempati pasar baru yang telah dibangun. Namun hingga kini tidak ada kejelasan. Para pedagang tetap berjualan di pasar sementara berupa kios-kios dari kerangka seng dan besi secara berhimpitan.
“Tidak disebut tanggal atau bulan kapan pindahnya. Semua katanya masih dalam proses,” ujar Irwan.

Fasilitas Minim, Aspirasi tak Digubris
Keluhan Irwan tak sendiri. Koperasi Pedagang Pasar Cihaurgeulis (Koppalis) yang mengalami penurunan Sisa Hasil Usaha (SHU) akibat penggusuran mendadak dan relokasi. Kantor dan gudang koperasi bahkan ikut dibongkar tanpa solusi pengganti.
Ketua Paguyuban Pasar Cihaurgeulis Dandi menyebut, para pedagang ingin kepastian soal skema penempatan di gedung baru. “Diskusi sih pernah, tapi tidak didengarkan. Tidak amanah. Ada yang bohong. Jadi, percuma ada diskusi kalau akhirnya tetap ditentukan sepihak,” kata Dandi.
Dari 500 pedagang yang dulu aktif, kini hanya tersisa sekitar 200 orang. Selain sempit dan tak layak, pasar sementara juga tak punya lahan parkir memadai. Dishub kerap merazia kendaraan, sementara pengunjung sulit menemukan tempat parkir. Di sisi lain, persoalan sampah tak kunjung terselesaikan. Para pedagang sudah terlalu sering iuran untuk mengatasi persoalan sampah. Pihak Perumda Pasar Juara sebagai pengelola pasar dianggap tak mengelola sampah dengan baik.
Dandi juga meminta agar gedung baru diprioritaskan bagi pedagang lama. “Jangan kasih ke orang luar yang tiba-tiba punya uang lalu dapat tempat di depan. Kalau memang lahannya sempit, kenapa malah dibangun besar-besar untuk orang luar?” tegasnya.
Ia juga mengusulkan agar pedagang basahan seperti penjual ikan ditempatkan di lantai dasar agar tidak merusak struktur pasar, seperti yang pernah terjadi di Pasar Ciroyom. “Lantai dasar dan satu harus untuk pedagang. Kantor di atas saja,” tambahnya.
Proyek yang dibiayai dari APBD sebesar 32,2 miliar rupiah ini belum menunjukkan hasil yang sebanding. “Kalau memang dari APBD, jangan sampai harga lapak memberatkan. Harusnya bisa diakses pedagang,” ujarnya.
Para pedagang pernah mendiskusikan permasalahan ini dengan Inspektorat Kota Bandung agar menyelidiki proyek revitalisasi pasar Cihaurgeulis.
Baca Juga: Keluhan Para Pedagang Pasar Sehat Cileunyi: Dagangan Sepi, Omzet Anjlok
Para Pedagang Pasar Seng Banjaran Khawatir Digusur, Mereka Berharap Dialog Terbuka untuk Mencapai Solusi yang Adil

Pemkot Bandung Janji Relokasi Segera
Menanggapi desakan pedagang, Wakil Wali Kota Bandung Erwin menyebut, pihaknya telah meminta Dirut Perumda Pasar Juara untuk segera memindahkan pedagang ke gedung baru. “Saya sudah minta agar pedagang lama diprioritaskan. Jangan sampai ada pedagang baru yang masuk hanya karena punya uang atau menyogok. Itu tidak boleh terjadi,” katanya.
Erwin juga menyarankan agar bangunan lama dibongkar dan dijadikan lahan parkir. “Lahannya cukup besar dan bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Ia menolak jika pengelolaan pasar dikerjasamakan dengan pihak ketiga. “Kalau dikerjasamakan, prosesnya lama dan biaya sewa bisa memberatkan pedagang. Harga lapak bisa naik, retribusi naik. Itu tidak adil,” jelasnya.
Erwin mengatakan, dirinya telah melaporkan kepada Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, dan dalam waktu dekat akan dilakukan pendataan untuk proses percepatan pengisian pasar.
Namun hingga berita ini ditulis, Dirut Perumda Pasar Juara, Pradana Aditya Wicaksana, belum memberikan tanggapan meski telah dihubungi berkali-kali sejak Selasa, 1 Juli 2025 - Sabtu, 5 Juli 2025. Permohonan untuk wawancara melalui pesan singkat hanya mendapatkan jawaban: “Sedang rapat”, “Saya jawab besok”.
Pasar Geulis, Mimpi Ingin seperti San Miguel Market di Madrid
Pasar Cihaurgeulis sempat digadang-gadang menjadi ikon pasar modern bernama “Pasar Geulis”. Pada 2017, Wali Kota saat itu, Ridwan Kamil, menggagas konsep revitalisasi ala pasar Eropa seperti San Miguel Market di Madrid—dengan tata cahaya alami dan desain estetis.
Namun proyek yang dijanjikan rampung dalam delapan bulan itu kini mangkrak delapan tahun. Wali Kota Bandung pun sudah silih berganti. Janji demi janji terus disuarakan, tanpa realisasi yang jelas.
Di masa kampanye Pilkada 2024, Muhammad Farhan berkomitmen akan menyelesaikan proyek Pasar Cihaurgeulis apabila dirinya terpilih. Dia menekankan pentingnya pelibatan pedagang dalam proses perencanaan.
Farhan, yang kini Wali Kota, juga mengatakan, agar revitalitasi tidak mengabaikan kebutuhan pelaku usaha lokal. Dia berjanji menghadirkan pasar yang layak, dan memberi manfaat langsung bagi warga sekitar. (Pilkada Bandung: Farhan Janji Revitalisasi Pasar Cihaurgeulis yang Mangkrak sejak 2017)
Kini, dengan bangunan pasar disebut telah rampung 90 persen, para pedagang menanti langkah konkret pemerintah kota.
Riwayat Pasar Cihaurgeulis
Pasar Cihaurgeulis lokasinya di tengah kota, tak jauh dari Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai) dan Gedung Sate. Dulu para pedagang pernah berjualan di tanah lapang Pusdai. Mereka kemudian dipindahkan tahun 1980-an oleh pemerintah ke Kebun Kangkung atawa lokasi gedung pasar hari ini.
Pasar Cihaurgeulis memiliki dua lantai. Lantai dasar diperuntukkan para pedagang basah seperti ikan dan pedagang sembako. Sementara, lantai dua diperuntukkan untuk pedagang keringan serta penjual buku.
Di pasar ini terdapat juga Koperasi Pedagang Pasar Cihaurgeulis (Koppalis) yang berdiri secara mandiri pada 5 November 1980. Kondisi koperasi ini pernah diteliti Anggita Regi Virdiana dalam tesis berjudul “Tinjauan atas Prosedur Penyusunan dan Realisasi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja pada Koperasi Pedagang Pasar Cihaurgeulis (Koppalis)” (2018), yang mengatakan, revitalisasi pasar membuat besaran sisa hasil usaha (SHU) Koperasi merosot tajam.
Penelitian yang dilakukan selama enam bulan dari Februari sampai Agustus 2017 oleh mahasiswa Unversitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung ini menyebut, penyebab merosotnya yakni banyak pedagang membutuhkan biaya dadakan untuk pindah sebagai dampak proyek pembangunan pasar yang saat itu sedang berlangsung.
Selama proyek revitalisasi pasar, para pedagang terusir ke bekas lahan parkir. Kantor dan Gudang Koppalis di lantai dua gedung lama dibongkar. Sudah delapan pedagang dan koperasi tetap bertahan di tengah ambang ketidakpastian.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB