• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Pemikiran Politik Indonesia dalam Menciptakan Pendidikan Karakter Generasi Penerus Bangsa

MAHASISWA BERSUARA: Pemikiran Politik Indonesia dalam Menciptakan Pendidikan Karakter Generasi Penerus Bangsa

Pendidikan karakter melalui pemikiran politik Indonesia harus diberikan secara tuntas dan lugas untuk menghindarkan dispersepsi pada prinsip ideologi tertentu.

Rafli Nurochman

Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Ilustrasi. Pendidikan berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

8 Juli 2025


BandungBergerak.id – Setiap negara yang berada di berbagai belahan dunia tentu memiliki landasan ideologi pemikiran, proses, sejarah dan penerapan budaya politik yang berbeda-beda, yang dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu negara. Contohnya seperti di negara Jerman dan Italia dengan pengaruh fasismenya pada Perang Dunia II yang menghantui dunia, Inggris dengan sosialismenya, Amerika dengan republikanisme demokratisnya, hingga komunisme yang dianut Uni Soviet sebelum berpecah menjadi beberapa negara. Tidak terkecuali dengan Indonesia dengan keragaman pemahaman di dalamnya, seperti ideologi nasionalisme, agamisme dan komunismenya. Hal tersebut menyatu dalam ideologi Nasakom (Nasionalis, Agamis, Komunis) yang dicetuskan oleh Soekarno dengan ketetapan akhir menjadi nasionalisme seutuhnya yang menjadi landasan pemikiran ideologi negara Indonesia yang menyatukan seluruh suara antar golongan dan pemahaman di dalam tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam hal ini, Indonesia sebagai negara yang memiliki angka populasi 282,4 juta jiwa, perlu mempersiapkan tokoh-tokoh pemikir dan pemimpin baru yang memiliki kompetensi di bidang kepengurusan negara dan pemerintahan guna menciptakan insan berintelektual dengan pemahaman etika yang menunjang dalam setiap pengembangan pemikirannya yang akan menjadi tonggak peradaban sebuah bangsa. Perlunya generasi penerus bangsa dalam memahami setiap ideologi yang dipilih guna menyelaraskan landasan berpikir dengan pengimplementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ideologi atau sebuah pemikiran yang dianut oleh seseorang dapat menentukan arah kehidupannya di masa yang akan datang. Setiap pemikiran politik yang telah ada di Indonesia mewakili visi, misi, cita-cita, dan impian tiap individu dalam mengambil jalan politiknya.

Menurut Muhammad Ridho Baidhowi selaku Dosen Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, beliau mengutarakan bahwa setiap individu tentu dapat memilih landasan pemikiran apa yang akan diambil dalam pengimplementasiannya dengan syarat tetap dalam ranah yang normal tidak ekstrem dan bersifat mengancam serta tidak melanggar ketentuan dan Undang-undang Dasar 1945 yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu pendidikan pemikiran politik Indonesia dapat menjembatani konsep pemikiran penerus bangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan hidup mereka dengan lebih mengembangkan konsep berpikir politik mereka dengan cara berpikir yang lebih luas dengan pemahaman mereka sendiri. Muatan materi yang ada di dalam pendidikan pemikiran politik Indonesia menyajikan konsep-konsep ideologi pemikiran para tokoh-tokoh bangsa terdahulu yang berkontribusi dalam perjalanan terbentuknya negara Indonesia hingga berbagai perkembangannya, hal tersebut bertujuan supaya generasi penerus tersebut dapat menguraikan setiap pemikiran yang dimiliki oleh para tokoh-tokoh politik Indonesia terdahulu guna disesuaikan dengan prinsip hidup mereka.

Pada dasarnya karakter seseorang dapat mempengaruhi kebijakan, keputusan, dan tujuan bahkan hingga di level kepengurusan negara. Oleh karena itu pendidikan karakter yang ditempuh melalui penelaahan terhadap pemikiran politik yang ada di Indonesia dapat menjadi sebuah acuan dan rujukan seseorang dalam setiap pemilihan keputusan yang akan diambil. Ketika seseorang telah menetapkan  dan condong terhadap pemikiran tersebut yang dijadikan acuan, maka kemungkinan besar segala kegiatan dan hal-hal yang menyangkut terkait kehidupannya akan berlandaskan pemikiran yang telah dia jadikan acuan. Contohnya, apabila seseorang menganut prinsip ideologi nasionalisme dalam kesehariannya maka pandangan hidupnya cenderung akan mementingkan aspek kepentingan bersama berlandaskan semangat kebangsaan dengan tidak mempermasalahkan perbedaan ras, suku, budaya, dan agama dalam setiap kehidupannya, cenderung menekankan aspek persatuan dan kesatuan dalam bernegara. Begitu juga apabila seseorang menganut prinsip sosialis pandangan hidupnya akan cenderung mengedepankan aspek  sama rata, sama rasa, sama usaha dengan mementingkan kepentingan dan kepemilikan bersama dalam setiap aspeknya dengan menghilangkan perbedaan sosial guna mencapai kesetaraan. Ketika seseorang dapat menerapkan prinsip ideologi yang dianut secara moderat dan tidak bersifat ekstrem, maka hal tersebut akan menjadi suatu perpaduan antara  prinsip hidup dengan tujuan negara.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Kata yang Bersuara dan Kebijakan yang Bisu
MAHASISWA BERSUARA: Dari “Starling” ke E-bike, Evolusi Kopi Pinggir Jalan
MAHASISWA BERSUARA: Membaca Kekerasan Aparat pada Demonstran dalam Logika Penertiban

Pendidikan Karakter

Cita-cita negara Indonesia guna terwujudnya Indonesia emas 2045 tentu memiliki faktor langsung untuk mewujudkan cita-cita tersebut yakni salah satunya dengan pendidikan karakter. Seiring berkembangnya zaman, pendidikan karakter tidak hanya dapat disalurkan lewat pembelajaran secara formal namun bisa juga secara non formal. Apabila berbicara terkait pendidikan karakter melalui pemikiran politik Indonesia, maka hal tersebut bisa terjadi ketika seseorang mengikuti pembelajaran formal ketika di sekolah atau di lingkungan kampus. Apabila dilaksanakan secara informal dapat berupa pembelajaran dalam bentuk ruang-ruang diskusi, penelusuran literatur, dan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat yang memiliki unsur sejarah terhadap tokoh tertentu yang memiliki prinsip ideologi yang berpengaruh besar terhadap kehidupan bersosial seperti bernegara.

Menurut Muhammad Abdillah Baihaqi selaku Mahasiswa Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bahwasanya membentuk karakter generasi penerus bangsa pada masa kini dapat mempengaruhi terkait hal yang akan terjadi di 2045 mendatang dengan pandangan dan pemikiran politik yang terus berkembang dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu dalam setiap ideologinya. Perubahan zaman dan semakin berkembangnya teknologi dapat menimbulkan paham pemikiran yang baru dan lebih berkembang dari sebelumnya. Dengan contoh apabila seseorang menganut prinsip-prinsip agamis atau religius, maka aktivitas di dalam hidupnya akan lebih cenderung bersifat keagamaan, dan berusaha menyelaraskan antara kehidupan dunia dengan religiusitas secara bersamaan yang memiliki keterkaitan sehingga menimbulkan perpaduan yang apik antara agama dan negara, dilengkapi dengan pemahaman kontemporer dan kemajuan teknologi di masa sekarang. Apabila pendidikan karakter agamis dalam diri seseorang seperti Mohammad Natsir yang dididik belajar keagamaan melalui pengajian di surau-surau dan tajuk, maka pada zaman sekarang pendidikan karakter dapat ditempuh melalui podcast Youtube, seminar, workshop keagamaan yang dapat menambah keilmuan, serta wawasan seseorang yang memilih mendalami prinsip ideologi yang agamis.

Maka dengan itu tentu dari segi pendekatan pemikiran mungkin menemui perbedaan masing-masing di tiap zamannya namun secara esensi keilmuan tetap memiliki unsur-unsur dan variabel yang sama, hanya berbeda dari segi pengaplikasian dan pengimplementasian yang menyesuaikan zaman dengan era kontemporer saat ini. Oleh karena itu perlunya pendidikan karakter melalui pemikiran politik Indonesia harus diberikan secara tuntas dan lugas sehingga tidak menyebabkan pemahaman yang menyimpang yang dapat menyebabkan seseorang mengalami dispersepsi terhadap suatu prinsip ideologi tertentu. Apabila seseorang telah dapat mengaplikasikan prinsip ideologi yang telah dia jadikan sebagai sebuah acuan, kemudian dia bisa memadukan antara ideologi yang dianut dengan perilaku kehidupannya tanpa ada penyimpangan dalam pemahaman maka hal tersebut dapat menjadi tolak ukur seseorang dapat membuat keputusan, kebijakan dalam kehidupannya sehari-hari bahkan dalam level kepengurusan negara sekalipun.

Dengan menitikberatkan perkembangan konsep pemikiran politik di Indonesia dengan disertai segala kemajuan teknologi dan inovasi terbaru dalam bidang keilmuan maka diharapkan dapat mencetak tokoh-tokoh pemikir baru yang dapat membawa arah bangsa ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya perubahan suatu negara terjadi karena adanya kemauan perubahan dari bangsanya sendiri untuk mewujudkan negara yang berdaulat adil dan makmur dalam mencapai tujuan negara.

Tujuan dari pendidikan karakter sendiri yaitu untuk menciptakan insan yang bermoral, memiliki kecerdasan intelektual dan jiwa kepemimpinan yang luhur sebagai penunjang fondasi rencana Indonesia emas 2045, salah satunya dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki dasar pemikiran prinsip hidup dan visioner, Dengan hal itu maka tidak mungkin cita-cita Indonesia Emas 2045 tidak hanya jadi angan-angan belaka. Sudah semestinya para generasi penerus bangsa memiliki landasan pemikiran terhadap kepengurusan negara dengan perpaduan prinsip ideologi yang dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, terlepas dari prinsip ideologi dan pemikiran apa yang diambil. Urgensinya ialah bagaimana kita selaku penerus bangsa dapat mengimplementasikan antara konsep pemikiran dengan proses pelaksanaannya yang menjadi tujuan dari pendidikan karakter guna menunjang kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang unggul pada periode Indonesia Emas di 2045.

 

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//