Wacana Angkot Pintar Bandung di Tengah Predikat Kota Paling Macet di Indonesia
Akar kemacetan di Kota Bandung adalah lonjakan jumlah kendaraan pribadi karena lemahnya sistem transportasi publik. Sejak 70-an angkot tak tersentuh kebijakan.
Penulis Salma Nur Fauziyah9 Juli 2025
BandungBergerak.id - Setiap wali kota baru, sistem angkutan kota (angkot) di Bandung nyaris tak tersentuh kebijakan berarti. Padahal, jika manajemen pelayanan angkot dibenahi menjadi lebih nyaman, bukan mustahil kemacetan Kota Bandung, yang menyandang pedikat nomor 1 di Indonesia vesi survei Tomtom, bisa setengahnya teratasi.
Terlepas dari segala kekurangan yang dimiliki angkot saat ini, tidak sedikit warga Bandung yang masih menggunakannya sebagai moda transportasi. Salah satunya adalah Foggy (44 tahun).
Sepengamatan Foggy, angkot masih cukup digemari. Ia memberikan gambaran rentang usia para penumpang angkot rata-rata berumur 40 tahun ke atas, yang kemungkinan tidak menggunakan aplikasi daring. Meski begitu, ia juga punya pandangan lain.
“Aku jadi ngerasa kalau angkot bukan lagi transportasi publik. Karena di dalamnya kosong,” ungkap perempuan pekerja paruh waktu tersebut, saat melihat kondisi angkot yang sepi penumpang, saat dihubungi BandungBergerak lewat panggilan WhatsApp, Selasa, 08 Juli 2025.
Foggy juga membenarkan bahwa menggunakan angkutan kota bisa dibilang kurang aman dan nyaman. Salah satu contohnya ketika supir angkot berkendara ugal-ugalan ataupun mengetem lama. Meski demikian, Foggy masih bisa mafhum karena mereka mesti mengejar setoran.
“Saat tidak terburu-buru, aku merasa tidak masalah. Karena mereka kan cari penumpang,” ujar Foggy, yang enggan mengunduh aplikasi transportasi daring dengan alasan keamanan data pribadi.
Angkot: Transportasi Warga yang Luput dari Perhatian Pemerintah
Keberadaan angkot memang tidak terpisahkan dari warga Bandung. Angkutan kota sudah beroperasi dari tahun 1970-an. Sejak awal, sistem angkot dikelola swasta maupun koperasi, jauh sekali dari campur tangan pemerintah.
Bahkan angkot dinilai tidak memiliki standar pelayanan minimum (SPM) yang jelas. Belum lagi dengan ketidakpastian jam operasional dan tarif yang tidak menentu. Terkadang tarif satu angkot dengan satu angkot lainnya dengan rute yang sama bisa berbeda. Dari segi keamanan, masyarakat mengeluhkan perilaku ugal-ugalan atau rebutan penumpang.
Dalam skripsi berjudul “Studi Mengenai Perilaku Berkendara Agresif dan Faktor Penyebabnya Pada Sopir Angkutan Kota di Kota Bandung Melalui Pendekatan Deskriptif” yang ditulis oleh Muhammad Dadang Priyatna mengungkapkan alasan mengapa supir angkot cenderung agresif saat berkendara.
“Mereka dapat berlaku kasar karena mengejar target setoran, sementara target mereka tersebut belum tercapai,” tulis Dadang. “Membuatnya menumpahkan kekesalannya dengan membunyikan klakson berulang kali.”
Dari sisi jumlah, angkot adalah transportasi umum dengan armada terbanyak dibandingkan dengan transportasi umum lainnya. Jumlah angkot yang tercatat pada tahun 2023 ada sebanyak 5.489 unit yang dibagi menjadi 35 rute. Abdul Muis –Cicaheum Via Binong menjadi trayek yang mempunyai armada paling banyak yaitu 355 unit.
Jumlah armada yang banyak dan ukuran kendaraan yang tidak begitu besar menjadi kelebihan tersendiri bagi angkot yang bisa masuk ke daerah-daerah tak terjangkau oleh bis dan kendaraan besar lainnya.
Angkot Pintar, Inovasi atau Wacana?
Pemerintah Kota Bandung bukannya tidak memiliki rencana pada angkot yang memiliki potensi besar memecah kemacetan. Angkot pernah diwacanakan menjadi mikrobus. Namun, rencana yang dijadwalkan akan mulai beroperasi tahun 2024 ini belum menemukan titik terang sampai sekarang.
Baru-baru ini Pemkot Bandung mengumumkan rencana transformasi Angkot Pintar yang terkoneksi internet. Barang apa lagi ini?
“Angkot kudu pintar. Harus terkoneksi dalam sistem IoT. Bisa disambungkan dalam jaringan grid yang memungkinkan masyarakat melihat posisi, rute, dan waktu tempuh angkot secara real time,” terang Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, dalam siaran pers 5 Juli 2025.
Angkot Pintar akan mengikuti pola layanan berbasis permintaan (on-demand) dan charter. Wacana Angkot Pintar ini justru menimbulkan pertanyaan, apa bedanya angkot dan taksi online?
Transport for Bandung, komunitas yang fokus pada transportasi publik di Bandung, lewat postingan Instagram menyoroti bahwa angkot seharusnya dijalankan dengan trayek tetap, bukan malah sistemnya dirubah menjadi taksi online. Transport for Bandung mengingatkan, angkot memiliki fungsi yang selama ini belum maksimal, yaitu sebagai transportasi publik pengumpang ke moda transportasi publik lainnya yang berkapasitas lebih besar, seperti bis dan kereta api.
Dengan rute yang sudah ada, angkot dapat menjangkau kawasan pemukiman yang jalannya sempit, sehingga penumpang dapat menggunakan angkot untuk mencapai halte bus atau stasiun kereta api terdekat.
Dibandingkan membuat aplikasi atau program baru, pemerintah seharusnya membuat satu aplikasi yang bisa melacak semua transportasi publik. Transport for Bandung juga memberikan tujuh hal yang perlu diperhatikan pemerintah saat mereformasi tarnsportasi publik (khususnya angkot) berdasarkan Institute for Transportation and Developement Policy (ITDP), yaitu: Keterjangkauan; Inklusif; Konsisten; Nyaman; Tarif Terjangkau; Mudah Dipahami, dan Bersih.
Baca Juga: Benang Kusut Angkot dan Kendaraan Pribadi di Kota Bandung
DULU DIUNGGULKAN SEKARANG DITINGGALKAN: Jalan Buntu Angkot Bandung

Akar Masalah Kemacetan
Angkot sudah menjadi bagian dari kultur Bandung terutama bagi orang-orang yang ogah memakai kendaraan berbasis aplikasi online, seperti ibu-ibu dan lansia, bahkan pelajar. Ia memiliki peran yang bisa membongkar akar masalah kemacetan Kota Bandung, yaitu buruknya sistem transportasi publik.
Tanpa mengurai akar masalahnya maka akan sulit mengatasi kemacetan Kota Bandung yang sudah mendarah daging, seperti dirilis Tomtom. Menurut lembaga survei ini, Bandung masuk ke peringkat delapan di dunia sebagai kota paling macet sedunia di tahun 2024, dengan level kemacetan 48 persen. Lebih tinggi 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Buruknya transportasi publik di Bandung memicu bertambahnya volume kendaraan pribadi. Menurut Bandung Dalam Angka Tahun 2025, diakses 6 Juli 2025, potensi kendaraan pada tahun 2024 mencapai 1.543.521 unit.
Di sisi lain ruas jalan tidak banyak berubah. Pada tahun 2022, panjang jalan di Bandung hanya mencapai 1.133,06 km saja. Panjang jalan hanya bertambah sekitar 85 km dibandingkan tahun sebelumnya.
Kota Bandung memang memiliki beberapa transportasi umum seperti angkot, Metro Jabar Trans, Trans Metro Bandung, DAMRI, dan kereta api (Commuter Line). Namun masing-masing moda transportasi publik ini berjalan sendiri-sendiri, tidak saling mengumpan, seperti yang dikiritik Transport For Bandung. Faktanya, angkot sejak tahun 70-an sampai sekarang dibiarkan merana sendirian, bahkan mereka harus “rebutan” penumpang dengan bis atau moda transportasi online.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB