• Cerita
  • DULU DIUNGGULKAN SEKARANG DITINGGALKAN: Jalan Buntu Angkot Bandung

DULU DIUNGGULKAN SEKARANG DITINGGALKAN: Jalan Buntu Angkot Bandung

Bertahun-tahun angkot menjadi andalan masyarakat. Tak banyak perubahan dari sisi pelayanan. Tahun depan bakal dikonversi menjadi mikrobus.

Angkutan kota melaju di Jalan Jakarta, Bandung, 21 September 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah25 September 2023


BandungBergerak - Mati enggan, hidup segan. Begitulah nasib angkutan kota (Angkot) di Bandung. Hal serupa penimpa para sopirnya. Ironisnya, sejak tahun 1970-an hingga saat ini transportasi publik di kota yang mengklaim smart city ini tak banyak berubah .

Transportasi publik di Bandung masih didominasi angkot yang dikelola swasta. Setelah setengah abad berlalu, kabar baru soal angkot berembus dari pembuat kebijakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung yang berencana melakukan konversi angkot menjadi mikrobus.

Rencana tersebut sudah tercatat dalan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung untuk perbaikan serta pembangunan infrasturktur.

Endi (43 tahun), seorang supir angkot jalur Cileunyi-Cicaheum khawatir konversi tersebut akan mematikan satu-satunya mata pencahariannya. “Kalau gak ada angkot gimana? Hiji-hijina (pekerjaan) di angkot,” kata Endi saat ditemui BandungBergerak.id, Selasa, 20 September 2023.

Selama dua puluh tahun dia berikhtiar mencari rezeki di atas aspal. Hujan dan panas jadi hal biasa bagi Endi demi menghidupi dirinya bersama keluarga.

“Alhamdulillah bisa menghidupi keluarga mah kanggo tuang sehari-hari mah,” ujarnya.

Penghasilan Endi dari angkot tidak menentu. Kadang 100 ribu rupiah, 50 ribu rupiah, atau angka-angka lainnya yang cuma pas-pasan untuk makan.

Angkutan kota melintas di Jalan Jakarta, Bandung, 21 September 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Angkutan kota melintas di Jalan Jakarta, Bandung, 21 September 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Endi tak begitu setuju dengan rencana konversi angkot ke microbus seperti yang direncanakan Pemkot Bandung.

Leuheung ku pemerentah dipasihan dameulan deui. Kaberatan terus terang teu panuju. Engke abdi dameul di mana atuh?” katanya.

Hal senada dituturkan oleh Yanuar, (39 tahun) yang merasa rencana konversi dari angkot ke microbus membingungkan. “Emang susah, angkot mau diliburkan. Bingung kalau sama mikrobus mun posisi ngetem kumaha?” tutur Yanuar.

Yanuar mempertanyakan jika kebijakan konversi benar-benar dijalankan, siapa yang akan mengelolanya? Bagaimana dengan nasib-nasib para supir angkot yang jumlahnya banyak di Kota Bandung? Dan seperti apa nanti pembagian trayeknya?

“Itu oleh pemerintah atau nu pemerintah bade kumaha etana (pengelolanya)? Moal katampung sopir angkot di Bandung teh seur, seolah-olah membunuh masyarakat kecil,” jelasnya.

Sampai detik ini Yanuar mengaku belum mendapatkan sosialisasi mengenai konversi angkot ke mikrobus. Padahal sosialisasi ini penting karena menyangkut hajat hidup para sopir angkot.

Menurutnya, angkot merupakan ciri khas kota. Menghilangkan angkot sama dengan menghilangkan identitas kota.

“Sok mun di Sumedang aya angkotna, mun ka kota lain pasti aya angkotna. Begitu juga di Kota Bandung. Memang susah dengan pemerintah mah,” katanya.

Pemerintah berdalih konversi angkot ke mikrobus akan dilakukan untuk mengurangi kemacetan yang kerap melanda metropolitan Bandung. Namun selama ini, Yanuar mengatakan justru pemerintah banyak membuat program yang tidak mengatasi kemacetan, misalnya menghambur-hamburkan anggaran untuk membuat halte-halte Trans Metro Bandung (TMB) yang akhirnya terbengkalai.

“Kayak TMB sekarang itu halte-haltenya lihat, hambur-hambur biaya. Halte dibarangun rugi saur abdi mah,” bebernya. “Matak kanggo masyarakat awam mah jadi tadi tanda tanya, ari sareng pemerentah mah sesah, nya.”

Klaim untuk Mengatasi Kemacetan

Pemkot Bandung mengklaim konversi angkot menjadi mikrobus agar supir tak lagi kejar-kejaran setoran. Nantinya, mikrobus ini akan dikendalikan oleh operator. Sang sopir akan dibayar oleh operator itu.

"Jadi nanti diganti dengan public transport yang jauh lebih representatif dari kenyamanan, keamanan. Sopir sudah tidak ada lagi saling kejar-kejaran setoran karena dia sudah dibayar oleh operator,” kata Pelaksana Harian Wali Kota Bandung Ema Sumarna, dikutip dari siaran pers, Minggu, 17 September 2023.

Perumbuhan kendaraan di Kota Bandung saat ini melonjak di atas 10 persen. Maka menurut Ema, transfromasi transprotasi publik harus segara dilakukan yang eksekusinya akan dilakukan 2024. Teksnisnya, Pemkot Bandung akan bekerja sama dengan koperasi-koperasi angkutan kota.

Melalui program konversi ini, Pemkot Bandung akan memberikan subsidi pada mikrobus. Subsidi ini antara lain untuk memberi honor pada sopir-sopir yang direkrut.

“Mudah-mudahan nanti dengan dewan ini clear. Kita nanti mensubsidi para sopir angkot. Harapannya menjadi pegawai operator. Jadi mereka tidak terancam kehilangan pekerjaan. Bahkan ada kepastian dalam sisi pendapatan," terang Ema.

Wakil Komisi C DPRD Kota Bandung Agus Gunawan mengaku setuju dengan rencana konversi angkot menjadi mikrobus. Rencana ini dinilai bisa menggurangi kemacetan, polusi udara, dan kenyamanan bagi penumpang.

“Bagi saya itu harus dilaksana. Tapi harus jelas dulu aturannya dari mikrobus ke angkot itu, konversinya harus jelas dulu. Tapi saya setuju, sekarang harus beralih dulu ke angkutan lebih besar,” kata Agus.

Lebih lanjut mengenai isi perjanjian konversi angkot ke mikrobus dengan koperasi yang membawahi angkot-angkot maupun para sopirnya, Agus mengaku belum bisa menjelaskan. BandungBergerak.id sudah menghubungi dan Ketua Komisi C, namun belum mendapat jawaban.

Harus Mensejahterakan Sopir

Pakar Transportasi ITB Sony Sulaksono Wibowo menyebut konversi angkot ke mikrobus bukan untuk menghilangkan angkot-angkot di Kota Bandung. Sebaliknya, konversi ini merupakan peningkatan layanan publik khususnya transportasi publik di Kota Bandung.

Tidak semua angkot nantinya akan dikonversi menjadi mikrobus. Hal tersebut, kata Sony, sudah melalui kajian dua tahun yang lalu bersama Kedutaan Inggris melalui program Future City mengenai intergrasi transportasi umum di Kota Bandung. Program ini baru akan berlaku di 6 koridor saja untuk 2024.

Sony menjelaskan, kajian rencana konversi juga melibatkan ketua koperasi di masing-masing koridor. Selain itu, rencana konversi juga membutuhkan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat tentang pentingnya penggunaan transportasi publik.

“Edukasi pada masyarakat untuk selalu menggunakan angkutan umum. Untuk pelayanan itu konversi, di sini tak boleh sendiri-sendiri, sosialisasi, perbaikan rute angkotnya sebagai feeder (pengumpan), pembangunan dan perbaikan halte juga akses jalan pejalan kaki,” beber Sony, saat dihubungi bandungbergerak.id, Selasa, 19 September 2023.

Sony yakin konversi angkot ke mikrobus akan menambah kesejahteraan sopir angkot, meskipun tidak semua sopir yang akan terjaring dalam program konversi.  

“Memang belum bisa semuanya, karena angkot yang ada sekitar 3 ribu angkot. Nah itu kalau dikonversikan membutuhkan subsidi yang lebih besar dari Kota Bandung,” katanya.

Sebagian angkot yang belum terkonversi harus bisa mengakses wilayah-wilayah di Kota Bandung. Saat ini angkot hanya ada di pusat kota saja.

“Harus ada rerute, tidak semua wilayah di Kota Bandung melayani angkotan umum, hanya ada di pusat kota. Makanya perlahan-lahan kita perbaikan,” kata Sony.

Ia juga berharap setelah adanya konversi ini harus ada edukasi lanjutan. Jangan moda transportasi anyar ini tidak diminati masyarakat.

Data Suram Transportasi Bandung

Di awal sudah disinggung, transportasi publik di Bandung banyak diserahkan ke swasta khususnya koperasi angkot. Sehingga pelayanan terhadap hajat hidup orang banyak ini tergantung pada swasta atau perusahaan angkot yang mengejar profit.

Menurut data BPS Kota Bandung, jumlah armada angkutan kota di Kota Bandung sebanyak 5.521 unit (data terakhir dimutakhirkan 05 Mar 2021), yang terbagi ke dalam 36 rute. Tercatat bahwa armada angkot terbanyak adalah rute Abdul Muis-Cicaheum Via Binong dengan jarak tempuh 16,3 kilometer. Rute ini memiliki 355 armada. Rute dengan armada paling sedikit adalah Abdul Muis-Mengger, yaitu 25 armada dengan panjang rute 10,55 kilometer.

Tercatat pula angkot Bumi Panyileukan-Sekemirung (Bumi Panyileukan/Gede Bage) sebagai rute terpanjang di Kota Bandung. Angkot ini beroperasi utara timur Bandung yang dimulai dari Dago, Siliwangi, Sukaluyu, Cicaheum, Cisaranten, Babakan Penghulu, Gedebage.

Panjang rute Bumi Panyileukan-Sekemirung mencapai 24,35 kilometer. Trayek ini memiliki 125 armada. Ada pula angkot dengan rute terpendek, yaitu Cibogo-Elang dengan jarak tempuh 7 kilometer saja. Rute ini diperkuat 32 armada.

Baca Juga: DULU DIUNGGULKAN, SEKARANG DITINGGALKAN: Lagu Murung Proyek Mangkrak Mesin Parkir Elektronik Bandung
Eva Eryani di Tamansari: Masih Satu, Masih Melawan
Bertahan di Kota yang Katanya Ramah HAM

Selain angkot, jumlah jalan di Kota Bandung juga tak banyak mengalami perubahan atau penambahan. Menurut data BPS Kota Bandung yang diakses Kamis (6/4/2023), antara kurun tiga tahun (2016-2018) panjang jalan di Kota Bandung hanya bertambah 12 kilometer saja. Pada 2016 panjang jalan Kota Bandung 1.160,80 kilometer, dan pada 2018 panjang jalan Kota Bandung menjadi 1.172,78 kilometer.

Jika penambahan jumlah jalan berlangsung sangat lambat, lain halnya dengan pertambahan kendaraan bermotor di Kota Bandung yang tumbuh signifikan. Pada tahun 2005, jumlah potensi kendaraan di Kota Bandung tercatat sebanyak 651.584 unit. Empat tahun kemudian, pada 2019, jumlah potensi kendaraan meroket menjadi 1.102.115 unit.

“Banyaknya kendaraan ini tentu saja mengakibatkan kemacetan di kota Bandung. Masalah ini hanya dapat dipecahkan dengan beralihnya masyarakat menggunakan kendaraan umum,” tulis Marnita Aprilyani dan Anita Silvianita, dalam penelitian ilmiah bertajuk “Analisis Kepuasan atas Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Bus Damri di Kota Bandung (Studi pada Trayek Leuwipanjang – Dipatiukur Non AC)”, diakses Kamis (6/4/2023).

Peneliti dari Program Studi S1 Ilmu Administrasi Bisnis dan Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom itu menyatakan, semakin banyak masyarakat menggunakan kendaraan umum maka akan semakin efektif pula penggunaan jalan raya.

*Baca juga tulisan-tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel menarik tentang transpotasi publik 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//