Bandung Raya Perlu Belajar Membenahi Transportasi Publik dari DKI Jakarta
Zaman sudah berubah. Transportasi umum Bandung Raya pun harus dibenahi sesuai dengan perkembangan zaman.
Rendra Elgiawan
Penulis adalah pecinta transportasi publik
10 Oktober 2022
BandungBergerak.id - Wisatawan asing maupun domestik silih berganti menghampiri Kota Bandung. Setiap orang meyakini bahwa di tiap sudut kota berjuluk Parijs Van Java ini punya cerita masing-masing. Banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Masyarakatnya ramah. Bisa dikatakan kota ini ramah terhadap siapa pun yang berkunjung.
Kota Bandung memiliki moda transportasi umum. Fasilitas publik ini menjadi sarana penunjang untuk mengunjungi tempat wisata baik itu wisata kuliner, pendidikan, sejarah, dan lain-lain. Wilayah lain di sekitar Bandung Raya pun memiliki daya tarik wisata tersendiri yang menarik turis lokal maupun mancanegara.
Namun ada satu hal yang perlu dibenahi dari semua yang ada dalam kawasan Bandung Raya: ya, transportasi. Kenapa transportasi?
Transportasi sekali lagi sebagai sarana penunjang untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di Bandung Raya. Transportasi akan memfasilitasi orang-orang ke tempat-tempat yang menjadi daya tarik Kota Bandung. Pastinya transportasi publik ini harus didukung sarana dan harga yang terjangkau.
Tapi ada satu yang harus benar-benar dibenahi, apa saja?
Fasilitas Pemberhentian Bus tidak Terawat
Jauh sebelum ada Buy The Service (BTS) Teman Bus, di Kota Bandung sebenarnya sudah ada transportasi bus yaitu Trans Metro Bandung (TMB). Saat ini TMB masih beroperasi.
Pada saat awal pengoperasiannya memang ada beberapa shelter yang sudah terpasang di sepanjang rute Trans Metro Bandung. Bahkan di dalam armada TMB sendiri tersedia alat tap in bus. Namun yang terjadi hingga kini halte tersebut tidak terpakai alias terbengkalai dan fasilitas tap in bus pun tidak berjalan semestinya.
Pada saat kehadiran BTS Teman Bus pun masih banyak yang orang yang kebingungan di mana letak halte bus itu berada. Ini menjadi perhatian khusus bagi pengguna transportasi bus terutama yang ingin menikmati kenyamanan saat menunggu bus datang.
Saya berharap melalui tulisan ini bisa menjadi catatan penting bahwa penataan shelter/halte bus sangatlah diperlukan.
Kesadaran Masyarakat untuk Menggunakan Transportasi Publik
Sudah saatnya kita sebagai masyarakat harus mengetahui bahwa kemacetan terjadi di mana-mana. Itu terjadi karena meningkatnya volume kendaraan pribadi yang setiap hari melintas di berbagai jalanan Kota Bandung dan sekitarnya.
Memang ada beberapa yang beranggapan bahwa naik transportasi umum hanya mengeluarkan banyak uang untuk sekali perjalanan. Tapi lebih banyak naik kendaraan pribadi yang memerlukan beberapa liter bensin setiap harinya menjadi alasan kenapa saya selalu menggunakan kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi.
Bukan karena saya tidak bisa mengendarai kendaraan. Tapi saya sadar yang namanya transportasi umum itulah yang menjadi "cinta mati" saya setiap hari ketika bepergian baik di dalam Kota Bandung maupun di luar kota.
Sebenarnya ada upaya untuk menarik masyarakat menggunakan kendaraan umum. Misalnya, pada awal kemunculannya BTS Teman Bus menggratiskan seluruh rute perjalanannya selama 3 tahun. Lalu kereta api pada tahun 2019 menggratiskan KA Pangandaran. Bahkan KA Galunggung yang lebih dulu dioperasikan pada akhir tahun 2018 sempat menggratiskan biaya perjalanannya selama 5-7 bulan lamanya. Menarik bukan?
Melalui tulisan ini pula saya berharap kesadaran masyarakat terhadap meningkatnya volume kendaraan pribadi bisa menjadi pemicu utama untuk beralih ke transportasi umum.
Baca Juga: MEMBEDAH KEMACETAN KOTA BANDUNG #1: Kota Kembang Lautan Kendaraan Pribadi
MEMBEDAH KEMACETAN KOTA BANDUNG #2: Banjir Sepeda Motor
MEMBEDAH KEMACETAN KOTA BANDUNG #3: Ratapan Pengguna Roda Empat
Masih Ada Tindakan Premanisme
Sinetron "Preman Pensiun" yang menjadi idola masyarakat Kota Bandung seharusnya menjadi pertanda bahwa tindakan premanisme di dunia nyata harus benar-benar "pensiun".
Nyatanya, masih belum bisa hilang dari kesadaran masyarakat terutama para supir-supir angkot yang merasa keberatan dengan hadirnya pesaing baru dalam sistem transportasi umum di Bandung Raya.
Kejadian itu misalnya terjadi pada tahun 2015, ketika angkot 08 awal beroperasi kembali setelah diubah dari angkot 05 yang rutenya semula full trip Cicaheum Leuwipanjang PP via Antapani. Berbagai penolakan muncul dan bahkan aksi main hakim sendiri tidak terelakkan hingga akhirnya angkot ini memutuskan untuk sampai di Kiara Artha Park saja, tidak sampai ke Cicaheum.
Lagi-Lagi Aksi Main Hakim
Aksi main hakim sendiri juga terjadi ketika demonstrasi para supir angkot terkait meroketnya ojek online. Munculnya transportasi baru seharusnya menjadi solusi kenyamanan dan keamanan. Yang saya ingat, ada insiden yang melibatkan beberapa supir angkot yang menyerang sebuah mobil yang mereka duga adalah taksi online. Tetapi yang mereka serang justru mobil pribadi yang berisikan rombongan sekeluarga yang hendak menjemput adik si pemilik mobil pribadi itu ke daerah Purwakarta. Dalam peristiwa itu, seorang anak kecil mengalami trauma. Miris memang.
Dan beberapa bulan saat BTS Teman Bus beroperasi, ada lagi kasus di mana para penumpang dibuat ketakutan. Mereka dipaksa untuk naik angkot. Aksi premanisme bahkan sampai mengancam si pengemudi bus.
Sudah seharusnya aksi-aksi yang mengganggu keamanan dan kenyamanan pengguna transportasi umum dihilangkan. Tindakan premanisme tidak bisa dibenarkan. Zaman sudah berubah. Transportasi umum Bandung Raya pun harus dibenahi sesuai dengan perkembangan zaman.
Melalui tulisan ini juga kita sebagai masyarakat sudah semestinya sadar bahwa transportasi umum berbasis digital tak dapat dihindari. Khusus di Bandung Raya, kita bisa belajar dari DKI Jakarta yang sukses mengolaborasikan semua moda transportasi umum dengan hadirnya Kawasan Transit Oriented Development yang memudahkan penggunanya untuk beralih dari satu moda transportasi ke moda transportasi yang lainnya dengan aman, nyaman, tanpa ada gesekan sekalipun.