Warung Batu Api yang Tak Lelah Berdiri Sendiri di Jatinangor
Anton Solihin lebih suka menyebut Batu Api sebagai “Warung”. Tak hanya buku, menyuguhkan juga berbagai produk literasi, dari buku, buletin, hingga film.

Kaisa Anjani
Mahasiswa
22 Juli 2025
BandungBergerak.id – Hiruk pikuk pertumbuhan kawasan dan derasnya arus modernisasi mengubah kawasan Jatinangor, Sumedang, menjadi kota kecil yang serba cepat. Di tengah hunian vertikal dan pusat perbelanjaan yang terus bertambah, tersembunyi sebuah ruang tenang, nyaris luput dari radar modernitas. Itulah Batu Api.
Batu Api berdiri diam, seperti rahasia yang hanya ditemukan oleh mereka yang benar-benar mencari. Terletak di Jalan Pramoedya Ananta Toer No. 142A, Batu Api tidak memiliki papan nama mencolok atau baliho yang mencuri perhatian. Tempat itu bisa dengan mudah terlewatkan oleh mata. Dari luar, yang tampak hanya sebuah rumah dengan nuansa kayu yang terimpit toko Buku AA dan Barbershop. Namun dari balik kaca jendelanya, tumpukan buku-buku mengintip, seakan menyapa siapa pun yang cukup penasaran untuk masuk.
Perasaan yang muncul sulit dijelaskan. Ada tenang, ada hangat, ada rasa seperti sedang pulang ke rumah. Setiap sudut dipenuhi benda yang berbicara: buku-buku dari segala genre, majalah, buletin, bahkan film.
“Ini bukan perpustakaan. Saya gak ngerti teknis perpustakaan,” ujar Anton Solihin, satu-satunya pengelola tempat ini sejak berdiri pada tahun 1999.
Anton lebih suka menyebut Batu Api sebagai “Warung”. Namun, ini bukan warung biasa. Di sini tak hanya tersedia buku. “Warung” ini menyuguhkan produk literasi dalam berbagai bentuk, dari buku, buletin, hingga film.
Nama Batu Api pun dipilih hanya agar terdengar berbeda. Tidak ada filosofi njelimet di baliknya.
“Mayoritas buku saya beli sendiri. Kalau pun ada sumbangan, saya kurasi dulu. Kalau gak sesuai selera saya, ya gak saya ambil,” ucap Anton yang hafal letak setiap buku koleksi yang jumlahnya ribuan itu.

Baca Juga: Menyelami Sunyinya HOWL, Sudut Literasi Baru di Kota Bandung
Rumah Cinta Insani, untuk Mereka yang Berjuang namun Terlupakan
Berteman dengan Derasnya Air, Mereka yang Tak lagi Mengenal Keheningan
Koleksi Bukan Sekadar Banyak, tapi Bermakna
Dalam era digital yang menggila, Anton konsisten menghadirkan pemutaran film. Dari tahun 2001 hingga 2019, Batu Api rutin memutar film setiap minggu. Sudah 18 tahun, tanpa henti. Bukan film Hollywood yang ramai di bioskop, tapi film-film yang menurut Anton penting secara intelektual.
“Yang saya maksud film waras itu film yang gak umum, yang penting orang tahu. Karena ini kawasan pendidikan, saya pilih film yang dianggap penting,” jelasnya.
Kini pemutaran film itu tinggal kenangan, terkalahkan oleh zaman. Namun konsisten semangatnya tak surut. Meski tak ada karyawan, Anton tetap menjalankan semuanya sendiri. Mulai dari mengelola koleksi, menerima pelanggan, hingga meminjamkan buku dengan tarif sewa per buku 5 ribu rupiah per minggu.
Untuk menjadi anggota Warung Batu Api, orang tinggal bayar Rp 25.000 sekali seumur hidup. Hingga kini, tercatat sudah 17.370 anggota yang pernah membuat kartu anggota. Namun angka itu tak membuat Anton merasa sedang menjalankan “usaha”.
“Kan selera membaca kita buruk. Dari 100 persen mahasiswa, paling cuma 5 persen yang datang ke sini benar-benar mau membaca,” katanya.
Anton menyebut dirinya sedang “menjalankan usaha di tempat dengan literasi terburuk di dunia”. Ia tidak sedang mengeluh, itu realitas yang ia terima, namun tidak ingin ia biarkan jadi akhir.
Anton mengaku pernah terpikir untuk pindah ke Bandung. Namun pada akhirnya ia tetap memilih bertahan di Jatinangor. Dalam kata-katanya sendiri, ia “ingin jadi yang pertama buka dan yang terakhir tutup.”
“Dulu tempat ini kayak kampung, masih banyak sawah. Sekarang udah diimpit bangunan kapitalis. Tapi saya tetap pertahankan tempat ini supaya kita tetap waras,” ungkapnya.
Warung Batu Api mungkin kecil dan mudah dilewatkan. Tapi bagi yang pernah masuk dan duduk sejenak di dalamnya, ia jadi pengingat bahwa yang waras itu kadang justru dianggap aneh oleh kebanyakan orang.
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB