• Narasi
  • Perjuangan Ibu-ibu Kader Posyandu Dusun Karangpaci demi Kesejahteraan Masyarakat

Perjuangan Ibu-ibu Kader Posyandu Dusun Karangpaci demi Kesejahteraan Masyarakat

Para ibu kader Posyandu Dusun Karangpaci Pangandaran menjadi ujung tombak penjaga kesehatan warga dengan memberikan pelayanan kesehatan masyarakat.

Ferdinand Yori Sentanu dan Ernes Mardiego Kirimas

Mahasiswa Jurusan Filsafat Keilahian Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Ibu-ibu kader Posyandu Dusun Karangpaci sedang mengikuti pembekalan yang diberikan oleh Puskesmas seputar kemampuan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas posyandu. (Foto: Ferdinand Yori Sentanu)

1 Agustus 2025


BandungBergerak.id – Dusun Karangpaci terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Berbicara tentang dusun ini, tidak dapat dilepaskan dari wisata Green Canyon yang terkenal dengan body rafting-nya. Oleh karena itu, setiap akhir pekan dan masa liburan, turis lokal maupun mancanegara datang untuk berwisata di tempat ini. Walaupun demikian, dibalik keindahan wisata dan alamnya, tersimpan kisah perjuangan yang luar biasa dari para ibu kader Posyandu yang dengan setia mengabdikan diri untuk memperjuangkan kesehatan masyarakat.

Dusun Karangpaci hanya memiliki satu posyandu yang ada di tengah-tengah dusun. Walaupun hanya ada satu tetapi dari situlah berbagai pelayanan kesehatan diberikan untuk ibu hamil, anak balita, dan lansia. Posyandu ini bukan hanya sekadar tempat untuk mencatat perkembangan anak dan lansia melainkan tempat di mana warga merasakan kehadiran negara melalui tangan-tangan ibu kader Posyandu.

Setiap satu bulan sekali Posyandu diadakan. Sejak pagi, ibu-ibu kader mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan mulai dari tempat, alat timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, dan buku-buku untuk pencatatan perkembangan kesehatan. Mereka mempersiapkan segala hal dengan baik demi menyambut ibu-ibu hamil, anak balita (bawah lima tahun), dan lansia yang datang untuk melihat perkembangan kesehatan mereka. “Kami juga memasak dan memberikan makanan sehat untuk mendukung gizi mereka,” kata Ibu Aisyah, salah satu kader Posyandu Dusun Karangpaci.

Dusun Karangpaci ini memiliki sepuluh ibu kader Posyandu yang beragam usianya mulai dari 25-47 tahun. Mereka ini bukan tenaga kesehatan profesional layaknya perawat atau bidan yang memang memiliki latar belakang kesehatan. Justru mereka adalah warga setempat yang mendapat pelatihan dasar dari Puskesmas. Maka dari itu mereka harus terus belajar untuk membuka wawasan seputar kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat.

Baca Juga: Berteman dengan Derasnya Air, Mereka yang Tak lagi Mengenal Keheningan
Menyulam Ruang Aman untuk ODHA di Bandung
Kisah di Balik Meja Makan, dari Perjuangan Family Man sampai Saksi Revolusi di Batukaras

Perjuangan Ibu-ibu Kader

Memang perlu diakui bahwa menjadi kader posyandu bukanlah hal yang mudah. Identitas sebagai kader posyandu, menuntut mereka untuk menguasai hal-hal yang berkaitan dengan posyandu, seperti penguasaan terhadap alat penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pencatatan perkembangan kesehatan. Dalam hal ini perlu pemahaman dan ketelitian terhadap angka-angka yang ada. Kesalahan dalam melihat atau mencatat angka berat dan tinggi badan akan berdampak besar pada perkembangan anak. Anak yang sebenarnya stunting menjadi tidak terdeteksi atau sebaliknya anak yang sehat justru masuk kategori stunting. Belum lagi tanggung jawab untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada ibu hamil, ibu yang memiliki anak balita, dan lansia. Kadang kala mereka kesulitan untuk mencari sumber-sumber buku sehingga mereka memutuskan untuk mencari materi dari google.

Selain itu, mereka juga dihadapkan pada tantangan yang lain. Perlu diingat, selain memiliki tanggung jawab sebagai ibu kader, mereka juga memiliki tanggung jawab dalam keluarga untuk mengurus rumah tangga, memasak, mencuci pakaian, mengantar anak ke sekolah, dan tugas-tugas lainnya. Pembagian waktu menjadi hal yang penting agar tanggung jawab sebagai ibu kader dan ibu rumah tangga dapat dilakukan dengan baik. “Sering kali ibu-ibu kader mengorbankan waktu keluarga untuk kegiatan-kegiatan kader seperti posyandu dan lain sebagainya,” ujar Ibu Edeh, kepala ibu kader Posyandu Dusun Karang Paci . Pengorbanan ini perlu dihargai sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab mereka untuk memperjuangkan kesehatan masyarakat Dusun Karangpaci.

Belum lagi mereka harus berhadapan dengan ibu-ibu yang tidak mau membawa anaknya ke Posyandu. Dalam hal ini, ibu kader harus mengunjungi mereka karena Puskesmas akan meminta data perkembangan anak kepada ibu-ibu kader. Oleh karena itu, ibu-ibu kader harus membawa alat penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan lain sebagainya. Alat-alat itu sebenarnya tidak mudah untuk dibawa tetapi ibu-ibu kader dengan semangat pelayanannya tetap bergerak untuk memperjuangkan kesehatan anak-anak di Dusun Karangpaci. Walaupun ketika datang, justru mereka tidak diterima dengan baik. Mereka ingin marah tetapi mereka berusaha sabar karena ini bagian dari tanggungjawab mereka terhadap pelayanan kepada masyarakat.

Di samping itu, Ibu-ibu kader juga harus memperjuangkan kesehatan di tengah adanya penolakan dari masyarakat. Pernah ada seorang anak yang mendapatkan imunisasi sehingga anak itu menjadi panas sebagai reaksi dari obat yang diberikan. Maka, ketika anak itu panas justru di situlah obat bereaksi. Namun, hal ini tidak dipahami oleh ibu dari anak tersebut sehingga ia mengatakan “ka Posyandu kalah ngagegeringan budak” (terj. bebas – ke Posyandu malah membuat anak sakit). Sekalipun harus disalahkan, ibu ibu kader tetap berusaha menjelaskan pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak. Itu dilakukan demi kesehatan anak-anak di Dusun Karangpaci. Hal tersebut sekarang tidak terjadi lagi karena ibu-ibu muda sudah memahami manfaat dari imunisasi

Sekalipun tugas ini berat, ibu-ibu kader di Dusun Karangpaci belum ada yang mengundurkan diri. Mereka tetap setia dan dengan penuh totalitas menjalankan tugas sebagai ujung tombak kesehatan di dusun ini. “Kalaupun ditawari (menjadi ibu kader), belum tentu ada yang mau,” ujar Ibu Edeh . Hal ini terjadi karena menjadi kader tidak mendapat upah padahal tanggung jawab yang diberikan sangat berat. Untuk itu, seorang kader harus memiliki ketulusan hati.

Pada akhirnya entah disadari atau tidak, para ibu kader ini adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Walaupun mereka tidak mendapatkan upah tetapi mereka terus berkarya memberikan seluruh diri bagi pelayanan kesehatan masyarakat. Bapak Dusun Karangpaci menyatakan pentingnya peran ibu-ibu kader. “Ibu-ibu kader lebih tahu soal pendataan daripada saya,” katanya. Oleh karena itu, bukan hanya masyarakat sekitar yang perlu menghargai karya-karya para ibu kader tetapi juga para ibu kader sendiri perlu menghargai segala karya pelayanan yang mereka lakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Tanpa kehadiran mereka, siapa lagi yang akan memperjuangkan kesehatan masyarakat di Dusun Karangpaci ini.

 

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//