• Narasi
  • Membangun Akses Air Bersih yang Setara dan Inklusif di Desa Patengan

Membangun Akses Air Bersih yang Setara dan Inklusif di Desa Patengan

Pengujian laboratorium menyimpulkan sumber air warga di Desa Patengan sangat berisiko dan berbahaya apabila dikonsumsi langsung tanpa pengolahan lebih lanjut.

Raia Ajeng Novradia

Mahasiswa Program Studi Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM)

Sumber air di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. (Foto: Dokumentasi Pribadi Tim/Faradila Danis Wahidiyah)

8 Agustus 2025


BandungBergerak.id – Desa Patengan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, yang dikenal sebagai desa yang kaya akan wisata alamnya. Namun, di balik indahnya potensi wisata alam yang ada, terdapat tantangan besar perihal pemerataan akses air bersih dan kualitas air yang tersedia di desa. Salah satu unit mahasiswa KKN-PPM UGM 2025 yaitu Galura Ciwidey pun berusaha dalam menghadirkan jawaban dari permasalahan pemerataan air bersih tersebut. Upaya tersebut terdiri dari pembuatan teknologi sederhana, pembuatan peta titik air, uji lab sumber mata air, kajian rancangan peraturan desa, dan edukasi partisipatif.

Dimulai dari observasi dan survei awal yang dilakukan oleh para mahasiswa pada 1 Juli 2025, permasalahan mengenai air di Desa Patengan berkaitan pada distribusi air yang belum merata dan juga terkait kualitas kandungan air. Terkait distribusi air, ditemukan bahwa terdapat beberapa RW yang memperoleh air dalam skala yang besar seperti Kampung Sindangreret (RW 02) dan Kampung Rahayu (RW 11), tetapi sebaliknya juga masih terdapat beberapa RW yang mendapat aliran air dalam skala kecil, seperti salah satunya di Kampung Patengan Baru (RW 13) dan Kampung Pamager Saren (RW 4). Selain mengenai distribusi, kualitas air juga menjadi sorotan utama. Berdasarkan survei dan wawancara yang telah dilakukan, beberapa mata air berpotensi tercemar akibat aktivitas pertanian dan juga limbah domestik, seperti contohnya pestisida dan pupuk kimia yang digunakan di area perkebunan, serta aliran air hujan yang membawa limbah rumah tangga ke mata air, yang menjadi faktor kontaminasi biologis dan kimiawi.

Untuk membuktikan kualitas sumber mata air secara ilmiah, mahasiswa KKN pun mengambil dua sampel utama yaitu mata air PELTON dan Curug Ceret, lalu mengirimkannya ke UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Bandung untuk dianalisis kandungannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa air dari kedua sumber tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari segi mikrobiologi, hasil kandungan air yang ditunjukkan berada di luar ambang batas dari parameter yang ditentukan oleh Permenkes No. 2 Tahun 2023, yaitu: Total Coliform di atas 200 CFU/100 ml (jauh dari batas yaitu 0/100 ml); E. Coli ditemukan sebanyak >200 CFU/100 ml (jauh dari batas yaitu 0/100 ml); serta Angka Lempeng Total sangat tinggi (308 koloni/ml).

Peta lokasi sumber air di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. (Foto: Dokumentasi Pribadi Tim/Tita Amalia Sudarma)
Peta lokasi sumber air di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. (Foto: Dokumentasi Pribadi Tim/Tita Amalia Sudarma)

Baca Juga: Perjuangan Ibu-ibu Kader Posyandu Dusun Karangpaci demi Kesejahteraan Masyarakat
Solidaritas Kemanusiaan untuk Bekal Penanganan Tengkes
Merawat Alam dengan Kultur Perkebunan Dusun Cikubang yang Turun-temurun

Membangun Sistem Filtrasi Sederhana

Hasil analisis lengkap tersebut menandakan bahwa mata air di Desa Patengan sebenarnya sangat berisiko dan berbahaya apabila dikonsumsi langsung tanpa pengolahan lebih lanjut. Menjawab tantangan mengenai kualitas air tersebut, mahasiswa pun merancang dan membangun prototype sistem filtrasi sederhana. Teknologi ini menggunakan metode backwash, yaitu pembalikan aliran air secara manual untuk membersihkan kotoran yang menumpuk pada media filter. Sistem ini menggunakan isian berlapis berupa pasir silika, karbon aktif, zeolit, kerikil, dakron, dan spons yang bekerja secara bertahap dalam menyaring sedimen, partikel, hingga kontaminan mikrobiologis. Sistem ini dipilih karena memiliki beberapa keunggulan seperti memperpanjang umur media filter, minim perawatan, hemat biaya, tahan lama, serta ramah lingkungan dan aplikatif untuk masyarakat desa.

Inisiatif mahasiswa tersebut pun mendapat respons positif dari masyarakat. Pak Dadang, selaku Ketua RW 02, menyampaikan apresiasinya kepada mahasiswa atas usaha yang telah dilakukan oleh mahasiswa mulai dari pengujian sampel mata air hingga pengembangan sistem penyaringan air.

“Saya mewakili warga Kampung Sindangreret sangat mengapresiasi usaha yang diberikan oleh adik-adik mahasiswa yang telah menguji langsung kualitas air kami. Rancangan teknologi alat penyaringnya juga sangat menarik, dan saya berharap dapat dibantu untuk dibuatkan juga, dan diajarkan langsung kepada warga cara penggunaannya.” ujarnya. Permintaan tersebut pun mencerminkan antusiasme dan kebutuhan nyata dari warga terhadap upaya yang dilakukan oleh mahasiswa.

Selain sistem filtrasi sederhana tersebut, mahasiswa juga menyusun peta titik-titik mata air dan peta kondisi distribusi air di seluruh RW. Pemetaan ini digunakan untuk menunjukkan RW mana saja yang mengalami kelangkaan air, serta potensi lokasi penempatan sistem filtrasi selanjutnya. Tak hanya berhenti di situ, untuk masalah distribusi air yang tidak merata, mahasiswa juga menyusun rancangan awal kajian peraturan desa mengenai pemerataan air yang digunakan untuk mendorong pengelolaan air berbasis keadilan dan keberlanjutan. Substansi peraturan yang dikembangkan mencakup peraturan pembagian pemerataan air, serta dasar hukum dan kewenangan pemerintah desa dalam pengelolaan sumber daya air.

Selain solusi-solusi teknis, mahasiswa juga memperkuat upaya dengan melaksanakan sosialisasi edukasi konservasi air kepada warga desa. Dalam kegiatan ini, masyarakat pun diberikan edukasi mengenai pentingnya menghemat penggunaan air, menjaga kebersihan mata air, serta pengelolaan limbah domestik. Partisipasi aktif warga yang ditunjukkan dari sesi tanya jawab hingga pertanyaan lanjutan mengenai sistem filtrasi air menunjukkan potensi besar Desa Patengan dalam mengupayakan tata kelola air yang berkeadilan dan inklusif.

 

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//