• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Republik Ketakutan, Bendera One Piece, dan Kemunduran Akal Sehat Penguasa

MAHASISWA BERSUARA: Republik Ketakutan, Bendera One Piece, dan Kemunduran Akal Sehat Penguasa

Pemerintah tidak mampu membedakan mana bendera fiksi dengan bendera asli yang mewakili manusia sungguhan.

Erza Heksa Arifin

Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Udayana Bali

Bendera Jolly Roger dari serial anime Jepang One Piece di antara umbul-umbul dan bendera Merah Putih terlihat di sebuah permukiman di Bandung, Jawa Barat, 3 Agustus 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

8 Agustus 2025


BandungBergerak.id – Siapa sangka, sebuah karya sastra kontemporer dalam bentuk manga dan anime bisa memengaruhi dan mewakili rasa ketertindasan yang dialami masyarakat Indonesia. Ya, One Piece. Baru-baru ini, tanpa dugaan dari pihak mana pun, sebuah bendera hitam bergambar tengkorak berhiaskan “topi jerami” berkibar di berbagai sudut seluruh nusantara. Di belakang truk bak terbuka, di atas mobil pick up, di pinggiran gerobak penjual es tebu, di halaman depan rumah, di haluan perahu, dan masih banyak lainnya. Tindakan ini dilakukan oleh banyak orang sebagai bentuk protes dan kritik tersirat atas kebijakan penguasa yang amburadul dan semena-mena.

Gelombang kritik dengan memasang bendera bajak laut Jolly Roger dari anime One Piece ini menyebar dengan sangat masif dan cepat. Hampir semua kalangan tahu bahwa “Bendera One Piece” itu ada dan merepresentasikan kekecewaan terhadap penguasa.

Pemerintah yang kebakaran jenggot mulai melawan dengan narasi-narasi yang minus akal dan minim substansi. Dimulai dari Sufmi Dasco Ahmad, wakil ketua DPR RI ketika diwawancara pada 31 Juli 2025, mengatakan bahwa pemasangan bendera One Piece adalah bagian dari rencana sistematis dalam memecah belah persatuan bangsa. Namun, keesokan hari pada 1 Agustus 2025, Dasco tampaknya mengklarifikasi pernyataan sebelumnya dengan mengucapkan bahwa tidak perlu membenturkan penggemar One Piece dengan nilai-nilai bangsa serta mengungkapkan bahwa anak dari salah satu bawahannya adalah penggemar One Piece. Klarifikasi yang terkesan ambigu dan asal-asalan untuk sekelas pejabat yang duduk di kursi DPR RI.

Kedua, tertanggal pada 4 Agustus 2025, Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai mengklaim bahwa pelarangan atas bendera One Piece oleh pemerintah akan mendapatkan dukungan dari PBB dengan alasan ketertiban dan stabilitas nasional. Pigai berdalih bahwa pelarangan diperlukan karena simbol negara yang suci perlu dijaga kehormatannya. Pigai juga dengan enteng mengatakan bahwa mengibarkan bendera One Piece merupakan tindakan makar. Narasi yang kontradiktif dengan jabatan yang ia pegang sebab seharusnya Menteri HAM adalah yang terdepan dalam menjamin kebebasan berpendapat. Lagi-lagi, hipokrisi (kemunafikan) ditampilkan oleh pejabat pemerintahan tanpa tahu malu.

Kemudian, pada 1 Agustus 2025, arogansi lain yang ditunjukkan oleh pejabat pemerintah berasal dari seorang Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolhukam) Budi Gunawan yang mengancam pidana terhadap pengibaran bendera selain Bendera Merah Putih. Tentunya yang dimaksud di sini adalah bendera bajak laut dari One Piece itu. Budi dengan percaya diri mengutip Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 24 ayat 1 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Isi dari Pasal ini adalah larangan merendahkan Bendera Merah Putih dan menodai kehormatannya. Maka, menjadi misteri dan pertanyaan besar kepada Budi Gunawan sang Menkopolhukam, sejak kapan para pengibar bendera One Piece melukai kehormatan Sang Merah Putih?

Selain ketiga pejabat yang disebutkan di atas, masih banyak tokoh-tokoh politik lain yang bersuara sama dengan mereka. Seolah-olah mereka mewakili kesucian lambang merah putih dan simbol negara. Padahal kecintaan terhadap Sang Merah Putih tidak pernah ditunjukkan surut oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat hanya menghardik para pemangku kekuasaan yang dulu mereka beri suara di TPS dengan harapan dipimpin oleh putra-putri Indonesia terbaik. Kenyataan berjalan tidak sesuai. Para pejabat ini hanyalah sekumpulan orang yang “sok” menjadi wajah kesakralan lambang negara. Padahal, karena merekalah makna hebat merah putih dan Pancasila ternodai. Memilukan dan memalukan.

Lalu, benarkah Jolly Roger dari anime dan manga One Piece memiliki makna makar dan memecah belah bangsa? Apakah tuduhan pemerintah kepada rakyatnya memiliki dasar dan pemahaman yang kuat? Saya akan coba telaah.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Rezim Prabowo Mengontrol Ruang Digital dan Mencederai Demokrasi Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Gerakan Rimpang Tidak Selalu Bermakna Ramping
MAHASISWA BERSUARA: Jolly Roger, Bendera Sang Ratu Adil

Bendera Fiksi dan Bendera Asli

Sebagai pecinta One Piece sejak usia belia, saya paham sekali bagaimana dunia di One Piece bekerja. Eiichiro Oda sang maestro One Piece memiliki cara berpikir yang unik dalam membangun dunia One Piece yang begitu eksentrik. Karakter-karakter di One Piece begitu aneh. Ada manusia bertubuh 5 meter, ada pula karakter dengan kepala lebih besar ketimbang tubuhnya sendiri, begitulah dunia yang digambarkan oleh Eiichiro Oda; eksentrik dan joyful. Selain itu, Oda punya ciri khas tidak membunuh karakter yang berwatak jahat. Justru yang sering mati adalah karakter yang dianggap baik dan berjasa bagi banyak orang. Hal ini dilakukan karena membuat karakter jahat dikalahkan dan hidup dalam kekalahan selamanya lebih adil ketimbang membuatnya mati. Sedangkan karakter baik yang dibuat mati dianggap sebagai penghormatan dan namanya akan selalu dikenang.

Jika kita menelaah bendera bajak laut topi jerami yang dikibarkan oleh banyak masyarakat Indonesia dewasa ini, maka Anda akan terkejut memahami makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Lambang topi jerami adalah representasi dari sang karakter utama (main character) Monkey D. Luffy yang menggunakan topi jerami pemberian bajak laut idolanya semasa kecil. Nah, ternyata topi jerami ini memiliki sejarah yang sangat panjang dan merupakan identitas penting di masa lalu. Topi jerami diduga pertama kali dipakai oleh Joyboy, seorang pejuang di masa lampau yang dibunuh oleh pemerintah dunia yang korup. Kemudian, topi jerami digunakan oleh sang legenda yang telah wafat, sang raja bajak laut; Gol D. Roger. Kemudian diturunkan hingga dikenakan oleh Luffy pada masa sekarang.

Luffy, tokoh sentral di One Piece, dianggap sebagai jelmaan Joyboy di masa lalu dan merupakan Dewa Pembebasan/Dewa Matahari (Sun God Nika) yang ditunggu-tunggu oleh para budak di masa lalu. Sejak awal perjalanan panjangnya mengelilingi dunia One Piece, Luffy banyak membebaskan bangsa terjajah, mengalahkan diktator, menyelamatkan budak belian, bahkan menentang World Government demi menyelamatkan temannya. Luffy adalah pembebas yang diramalkan. Sedangkan topi jerami adalah identitas kebebasan itu sendiri. Luffy tidak pernah membunuh lawannya. Ia hanya memukul wajah mereka hingga babak belur dan menyerahkan takhta kekuasaan pada rakyat.

Lalu, ketika bendera itu dibawa ke dunia nyata dan ditempatkan sebagai bentuk kritik sosial, mengapa pemerintah begitu ketakutan seperti akan menghadapi makar dan kudeta? Tentunya karena pemerintah tidak memahami rakyatnya. Mereka hanya berlaku seenaknya dengan memblokir rekening rakyat kecil yang tidak dipakai dalam tiga bulan, mengambil alih tanah warga biasa karena dianggap tidak digunakan, dan menaikkan pajak karena kesepakatan tarif ekspor-impor dengan Amerika yang terlampau lugu dan terlihat bodoh. Luffy benci orang bodoh. Ia akan memukul orang tersebut dan mulai memarahinya dengan jijik.

Pada akhirnya, pemerintah tidak mampu membedakan mana bendera fiksi dengan bendera asli yang mewakili manusia sungguhan. Kepanikan karena rakyat mengibarkan bendera dari dunia fiksi seperti paniknya anak-anak yang ketakutan untuk keluar saat Magrib karena dikelabui orang tuanya oleh cerita hantu. Bagaimana mungkin masyarakat kembali percaya pada fondasi pemerintahan yang rapuh dan tidak beraturan? Pemerintah saat ini mungkin sedang berharap semoga tidak ada “Monkey D. Luffy” yang mencoba membebaskan negeri ini dari tamaknya kekuasaan seperti ia membebaskan negeri-negeri terjajah di One Piece. Sedangkan masyarakat akan berharap bahwa Luffy yang membawa bendera topi jerami muncul ke permukaan dan mulai menjatuhkan satu persatu pemimpin zalim nan jahat di Indonesia. Sekian.

 

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//