• Berita
  • Malam Mencekam di Tamansari: Ketika Kampus Unisba dan Unpas Diberondong Gas Air Mata

Malam Mencekam di Tamansari: Ketika Kampus Unisba dan Unpas Diberondong Gas Air Mata

Saksi mata melihat penembakan gas air mata tertuju ke area kampus Unisba. Polisi membantahnya.

Sisa selongsong peluru gas air mata yang dikumpulkan di area kawasan kampus Unisba dan Unpas pada Selasa, 2 September 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah4 September 2025


BandungBergerak – Kawasan kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas) yang letaknya nyaris berseberangan di Jalan Tamansari, Kota Bandung, pada Senin, 1 September 2025, jelang tengah malam terasa mencekam. Sekitar pukul 23.40 malam, aparat menembakkan gas air mata ke dua kampus yang dalam gelombang demonstrasi sepekan ini difungsikan sebagai posko layanan medis.

Adam, bukan nama sebenarnya, mahasiswa Unisba, menyaksikan aparat menembakkan gas air mata dari arah depan Tugu Toga. Beberapa kali tembakan dilakukan dari arah depan Bank BJB di depan gerbang kampus Unisba. 

“Saya sendiri posisinya persis di depan gerbang. Benar saya lihat ada beberapa kendaraan aparat, ada TNI, ada polisi. Ada beberapa kali penembakan, termasuk di depan Bank BJB, depan Unisba. Yang terakhir, gas air mata ditembakkan langsung ke dalam kampus Unisba. Salah satunya sampai menimbulkan korban. Saya lihat ada korban, seorang (petugas) satpam kena tembakan gas air mata di bagian dada,” katanya pada BandungBergerak, Minggu, 2 September 2025.

Adam tak ingat sejak kapan gas air mata ditembakkan malam itu. Yang didengarnya, rentetan penembakkan gas air mata tersebut bermula dari gesekan.

“Tiba-tiba ada penyerangan. Ada info, dari sebelah kiri, arah Tamansari ke Baltos (Balubur Town Square), katanya ada beberapa aparat yang mau masuk ke kampus Unisba,” ucapnya.

Adam mendengar aparat juga bergerak dari arah Tugu Toga Wisnu Batur di arah kampus Unpas. Saat itu, ia ingat petugas satpam berteriak meminta massa mahasiswa untuk masuk. Mahasiswa panik berlarian dan masuk ke dalam kampus.

“Semua mahasiswa ada yang di gerbang, ada yang langsung naik ke tangga batu. Pokoknya panik banget,” jelas Adam.

Pantauan BandungBergerak pasca penembakkan gas air mata pada 2 September 2025, pukul 00.22 dini hari di lokasi, sejumlah mahasiswa terlihat ketakutan. Beberapa orang warga sekitar yang berdatangan terlihat mengoleskan pasta gigi di dekat kantung mata mereka untuk mencegah efek perih gas air mata.

Ditemui di kampus Unpas, dini hari, Asep, bukan nama sebenarnya, mahasiswa Unpas, mengatakan bahwa sedari sore hari setelah unjuk rasa di depan gedung DPRD Jawa Barat, massa mahasiswa memilih kembali dan berdiam di kampus. Namun dia mendapat kabar aparat mengepung kampus.

“Kami sebenarnya sudah ingin bubar, ingin pulang. Namun, berdasarkan laporan dari tim rescue yang bolak-balik mengevakuasi kawan-kawan di jalan, situasinya tidak memungkinkan. Sejak seminggu terakhir, kampus kami memang terbuka sebagai jalur evakuasi bagi korban yang terkena tindakan anarkis dari aparat,” ujar Asep, Selasa, 2 September 2025, dini hari.

Asep menyebut, mahasiswa berdiam di kampus karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seingatnya, sekitar 35 tembakan gas air mata diarahkan ke dalam kampus Unpas Tamansari. Mahasiswa dibantu petugas satpam mengumpulkan proyektil bekas gas air mata. Penyisiran dini hari itu menemukan sekitar 30-an sisa proyektil gas air mata di dalam Kampus Unpas.

Asep mengatakan, semestinya kampus sebagai zona netral yang tak boleh disentuh. Namun kenyataannya, polisi justru melanggarnya.

“Sekarang teman-teman masih trauma. Kami menginginkan istirahat, tapi untuk sementara mahasiswa ditahan dulu di dalam kampus agar tetap aman, tidak ada yang keluar,” ujarnya.

Rasa takut dan panik juga dirasakan oleh mahasiswa yang menjadi relawan. Esih, bukan nama sebenarnya, mahasiswa Unpas yang bergerak jadi relawan kesehatan, menyesalkan peristiwa penembakan gas air mata malam itu. Dia berharap agar semua pihak bisa memahami etika dalam aksi, jangan sampai merusak atau mengganggu layanan kesehatan.

“Karena posko kesehatan itu bukan hanya berdiri untuk menyelamatkan para pendemo saja, tapi juga untuk warga sipil lain yang terkena dampak. Kita tolong semua yang membutuhkan,” jelasnya

Ketika BandungBergerak sedang mewawancarai Esih, suasana di dalam area kampus Unpas panik gara-gara kabar sebuah drone terlihat terbang mengelilingi kawasan kampus Unpas dan Unisba. Sekitar pukul 00.59 WIB, beberapa orang berteriak: “Ada drone, ada drone!”

“Mau apa ya?” tanya mahasiswa relawan kesehatan lainnya. “Kepo kali,” timpal yang lain.

Sekitar pukul 01.18 WIB, beberapa orang mahasiswa baru berani pulang setelah merasa kondisi aman. Salah seorang warga sekitar yang enggan disebutkan namanya bercerita, pengalaman seperti ini bukanlah kali pertama terjadi di Tamansari.

“Waktu tahun 1998 mah kita yang pukul mundur, sekarang mahasiswa yang dipukul mundur,” tuturnya.

Baca Juga: Mahasiswa Bandung dan Massa Ojol Kembali Turun ke Jalan, Bawa Tuntutan 17+8
Mahasiswa UPI Gelar Aksi Damai: Solidaritas untuk Kawan yang Ditusuk, Peserta Aksi yang Ditahan, dan Korban Tindak Represif Polisi
Mahasiswa ITB Gelar Aksi Damai di Kolam Indonesia Tenggelam di Kampus Ganesha, Desak Usut Tuntas Tindak Represif Aparat

12 Orang Pingsan di Kampus Unpas

Penembakan gas air mata di area kampus Unisba dan Unpas menjadi sorotan di sejumlah media sosial. Warganet membagikan potongan video rekaman CCTV dan kondisi yang dialami oleh mahasiswa sewaktu penembakan gas air mata berlangsung.

Kanit Keamanan Kampus Unpas, Rosid, mengatakan, kampus Unpas menjadi titik evakuasi aksi unjuk rasa yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir.  Ia membenarkan, aparat datang dari arah Jalan Wastukencana dan Tamansari. Lalu, aparat bergerak menuju area kampus untuk membubarkan massa. Menurutnya, aparat melakukan penyisiran ke sejumlah jalan dan menemukan massa dalam jumlah besar masih berkumpul di sekitar jalan Tamansari.

"Polisi membubarkan kerumunan sebetulnya, kan setelah kejadian di Gasibu itu sweeping, Pak, sweeping ke jalan-jalan. Dia mengetahui juga di sini ada kumpulan lebih banyak, jadi titik kumpulnya di sini," kata Rosid kepada wartawan, Selasa, 2 September 2025.

Rosid menyatakan, tidak ada perlawanan dari mahasiswa saat terjadi penembakan gas air mata malam itu. Ia hanya mendengar, mahasiswa berteriak meminta tolong.

Rosid menjelaskan, pada kejadian malam itu, 12 orang mahasiswa pingsan dievakuasi langsung ke dalam gedung kampus. Sejumlah petugas berjaga di pintu gerbang masuk Unpas dan Unisba. Kaca di area dekat masjid gedung Unpas pecah. Satu unit sepeda motor terparkir di luar kampus dilaporkan terbakar.

Jika semalam ditemukan 35 proyektil peluru gas air mata, pada Selasa pagi hari, ditemukan sebanyak 48 proyektil peluru gas air mata yang berserakan di lingkungan kampus.

Rektor Unpas  Azhar Affandi mengatakan, saat ini kampus dalam keadaan kondusif, aman, dan terkendali. Ia menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan upaya dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik.

Azhar menjelaskan, mahasiswa Unpas telah pulang dari aksi demonstrasi damai di Gedung DPRD Jabar pada pukul 18.00 WIB. Mereka membubarkan diri, sementara yang tertinggal dan bertahan hanya mahasiswa relawan kesehatan.

“Betul ada upaya pengamanan pihak kepolisian di sepanjang Jalan Tamansari dan disinyalir banyak ditemukan kelompok-kelompok yang bukan mahasiswa Unpas,” bebernya.

Azhar menyampaikan keprihatinan atas situasi dewasa ini dan berharap kondisi bisa segera kembali normal.

Suasana kampus Universitas Pasundan Bandung di Jalan Tamansari pada Senin, 1 September 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Suasana kampus Universitas Pasundan Bandung di Jalan Tamansari pada Selasa, 2 September 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Mahasiswa Unisba Mengecam Penembakan Gas Air Mata

Keluarga Besar Mahasiswa Unisba menyebut peristiwa malam itu sebagai upaya pembungkaman suara kritis mahasiswa. Presiden BEM Unisba, Kamal Rahmatullah menyatakan,  tindakan aparat kepolisian telah melanggar otonomi kampus sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat 2 UU no.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi penyelenggaraan pendidikan, termasuk menjaga kebebasan akademik.

Kamal menyebut bahwa saat kejadian, tidak ada pelajar SMA atau SMP di dalam kampus. Ia mengatakan, semua massa aksi merupakan mahasiswa Unisba. Pada saat kejadian, 10-20 orang mengalami luka-luka dan sesak napas, termasuk petugas satpam kampus.

Kamal mengutuk keras mengenai tindakan represif, brutal, dan tidak berperikemanusiaan yang dilakukan aparat. Ia menegaskan, kampus merupakan ruang aman yang bebas dari kekerasan negara. Pihak mahasiswa, kata dia, akan menempuh langkah hukum dan menggalang solidaritas nasional untuk melawan pembungkaman mahasiswa.

Rektor Unisba Haris Nu’man mengatakan, pada saat kejadian kampus Unisba yang menjadi tempat posko layanan kesehatan ditutup pukul 21.00 WIB. kerusuhan mulai terjadi sekitar pukul 21.30 WIB dan berlangsung hingga dini hari.

Haris menyebut, sweeping aparat kepolisian pada gerombolan yang bukan bagian mahasiswa yang memicu kerusuhan malam itu. Sweeping bergerak dari titik ke titik, mulai dari Jalan Trunojoyo, Jalan Sulanjana, Taman Radio, hingga Jalan Tamansari.

“Massa yang awalnya aksi di DPRD sudah pulang, tetapi ada gerombolan lain yang bergerak dari titik ke titik. Mereka memblokir jalan dan memicu sweeping aparat kepolisian,” kata Haris dalam konferensi pers, Selasa, 2 September 2025.

Gerombolan tersebut, kata Haris, berlarian ke dalam kampus dan membuka paksa gerbang kampus Unisba di Jalan Tamansari. Ia menyebut, berdasarkan pantauan langsung dari CCTV tidak terlihat aparat berseragam masuk ke area kampus.

“Massa berlarian masuk ke dalam kampus dengan melompati pagar dan membuka paksa gerbang Taman Sari 1. Mereka mencari tempat aman. Namun, mayoritas massa yang masuk bukan mahasiswa Unisba. Tidak terlihat aparat masuk ke area kampus. Yang ada hanyalah massa pendemo yang berlarian masuk ke dalam,” jelas Haris.

Haris menambahkan, selongsong gas di sekitar Kampus Tamansari disebutnya ditemukan di depan kampus. “Penembakan diarahkan ke kerumunan massa yang bergerombol di sekitar kampus, sehingga sebagian masuk ke area kampus,” jelasnya.

Harris juga menyesalkan tindakan anarkis dan represif yang dilakukan aparat kepolisian terhadap mahasiswa, dan mengutuk keras penggunaan gas air mata yang diarahkan hingga mengenai area kampus.

“Unisba memohon kepada Polda Jawa Barat untuk mengamankan kampus ini. Menjadi kampus yang bersih dan bukan sebagai basis tindakan-tindakan anarkis,” ujar Haris dalam pernyataan dan klarifikasi lanjutan yang diterima BandungBergerak.

Haris menyebut, pihaknya akan aktif memberikan dukungan kemanusiaan dan membantu para korban yang dievakuasi melalui posko penanganan. Unisba juga berkomitmen menjaga keamanan serta ketertiban sebagai upaya menciptakan lingkungan akademik yang kondusif.

“Siapa pun yang menjadi korban luka dalam aksi demonstrasi memiliki hak untuk mendapatkan pertolongan. Oleh karena itu, Unisba membuka posko kesehatan sebagai bentuk tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama,” ujarnya.

Sisa selongsong peluru gas air mata yang dikumpulkan di area kawasan kampus Unisba dan Unpas pada Senin, 1 September 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Sisa selongsong peluru gas air mata yang dikumpulkan di area kawasan kampus Unisba dan Unpas pada Selasa, 2 September 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Dedi Mulyadi Minta Demonstrasi Jangan Sampai Malam

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta mahasiswa untuk berdemonstrasi tidak sampai larut malam. Hal tersebut dilakukan agar tidak dimanfaatkan oleh pihak yang berniat melakukan provokasi sebagaimana yang terjadi di kampus Unisba.

“Dalam kegiatan demonstrasi atau unjuk rasa, sangat besar potensi masuknya kelompok-kelompok di luar mahasiswa yang tidak ada kaitannya dengan kampus maupun tuntutan mahasiswa. Hal inilah yang sering memicu kekacauan,” kata Dedi di Gedung Rektorat Unisba, kepada wartawan, Selasa, 2 September 2025.

Menurut Gubernur, setelah berdemonstrasi menyampaikan aspirasi di Gedung DPRD Jabar, mahasiswa Unisba sudah di kampusnya pukul 17.00 sore. Mahasiswa kembali ke kampus dan tidak melakukan tindakan melanggar hukum.

“Tidak ada keributan. Namun, kemudian terjadi kegiatan di jalan raya berupa pengadangan oleh kelompok tertentu (yang belum bisa dipastikan siapa), sehingga memicu konflik,” ujarnya.

Dedi menuturkan, konflik malam itu terjadi di saat patroli gabungan TNI-Polri berlangsung.  Ia menyebut ada pihak yang melempar bom molotov ke arah aparat, sehingga  aparat merespons dengan melakukan pembubaran.

“Kapolda menegaskan tidak ada penembakan ke arah kampus. Namun, penjelasan dari pihak mahasiswa berbeda. Karena itu, saya menyampaikan pandangan dari kedua belah pihak,” tuturnya.

Dedi menambahkan, langkah terpenting saat ini adalah menyelesaikan permasalahan secara damai. Ia mengatakan, akan mengakomodasi tuntutan mahasiswa melalui ruang dialog terbuka.

“Saya akan menghadirkan pimpinan DPR dan ketua fraksi, agar mahasiswa bisa menyampaikan aspirasinya secara murni, tanpa adanya bom molotov, petasan, atau kembang api yang bertentangan dengan semangat dialog,” bebernya.

Dijelaskan Dedi, mahasiswa perlu mengelola aksi dengan disiplin dengan membuat barikade, tanda, serta kode untuk mengenali penyusup.

“Jika ada yang mencurigakan, segera keluarkan dari massa. Karena kan, tujuan demonstrasi itu, pikiran dan gagasan akademik mahasiswa harus tersampaikan tanpa menimbulkan kerusakan. Jika kerusuhan terjadi, justru kerusakan itu yang disorot, bukan substansi tuntutannya,” ujar Dedi

Saat ini, kata Dedi, Polda Jabar sedang mengidentifikasi kelompok berpakaian hitam-hitam yang memicu kerusuhan. Ia menyebut, kelompok hitam-hitam bukan representasi mahasiswa. Oleh karenanya dirinya ingin menjaga nama mahasiswa agar tidak tercoreng.

Ini jelas bukan representasi mahasiswa. Karena itu, kita ingin menjaga agar nama mahasiswa tidak tercoreng,” katanya.

Suasana kampus Universitas Pasundan Bandung di Jalan Tamansari pada Selasa, 2 September 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Suasana kampus Universitas Pasundan Bandung di Jalan Tamansari pada Selasa, 2 September 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Penjelasan Polisi

Kapolda Jabar Irjen Pol. Rudi Setiawan menjelaskan, tidak ada personel polisi yang memasuki kampus, melainkan hanya berpatroli di jalan umum. Lewat video penjelasan yang juga ditayangkan di akun X Polda Jabar @humaspoldajbr, Rabu, 3 September 2025, ia mengatakan, pada Senin, 1 September 2025 malam itu, tim gabungan yang terdiri dari petugas Polri dan TNI melakukan patroli gabungan sekala besar yang dimulai sejak pukul 21.00 malam. Patroli dilakukan menyusuri jalan-jalan di Kota Bandung.

Pada saat patroli gabungan tersebut, petugas mendapat serangan pelemparan bom molotov dan batu. Polisi melakukan penangkapan terhadap 6 orang yang sebagian dar mereka disebut membawa bom molotov. Ada 3 bom molotov yang disita polisi. Rudi tidak merinci lokasi penyerangan dan penangkapan tersebut.

Patroli gabungan malam itu dilanjutkan dan polisi mendapatkan laporan adanya kelompok orang yang berkumpul di Jalan Tamansari dan melakukan blokade jalan. Disebut ada sekitar 150-200 orang berkumpul melewati jam yang sudah ditentukan. Ketika itulah, menurut Rudi, petugas patroli gabungan mengalami penyerangan berupa lemparan bom molotov dan batu.

“Ini membahayakan petugas. Kemudian patroli skala besar gabungan melakukan tindakan membubarkan massa,” ucapnya.

Rudi menyebut, massa yang memblokade jalan tersebut berlari menuju kampus Unisba. Polisi meneruskan patroli hingga terjadi kericuhan di depan kampus Unisba, berawal dari lemparan bom molotov dari arah gerbang kampus Unisba. Saat membubarkan massa yang dinilai sudah membahayakan, polisi melakukannya dari jalan umum.

“Tidak benar polisi masuk ke dalam kampus, tidak ada, itu melewati jalan umum. Di dalam video yang kami peroleh itu salah satu direktur kami meneriakkan, memperingatkan agar jangan ada yang masuk kampus, tidak ada yang melakukan sweeping dan sebagainya. Itu di pintu gerbang,” ucapnya.

Rudi mengatakan, penyerangan pada petugas patroli gabungan malam itu seperti sudah direncanakan untuk memancing polisi menyerang mahasiswa di dalam kampus. “Alhamdulillah kami tidak melakukan hal tersebut,” katanya.

Dalam patroli di Jalan Tamansari itu, petugas gabungan menangkap 10 orang. Di antaranya ada mahasiswa dan petugas satpam. Polisi mengklaim mendapati dua orang membawa narkoba dan seorang membawa senjata softgun berpeluru gotri.

Rudi mengatakan, massa yang terlihat di gerbang kampus bukan mahasiswa Unisba, tetapi kelompok tertentu.

“Tidak ada polisi yang masuk ke dalam kampus, tidak ada sweeping,”  kata Rudi sebagaimana dikutip dari keterangan resmi, Rabu, 3 September 2025.

Rudi menyebut, pihaknya telah berkomunikasi dengan pimpinan Unisba dan mereka meminta bantuan pengamanan atas kericuhan yang tidak sepenuhnya melibatkan mahasiswa. Ia menyebut, kampus dimanfaatkan oleh kelompok luar yang mempersenjatai diri dan menyerang petugas, dan penyisiran di kampus dilakukan oleh keamanan internal Unisba.

Dalam patroli gabungan skala besar malam itu, polisi menangkap 16 orang. Mereka teridentifikasi memiliki berbagai latar belakang seperti mahasiswa, satpam, wiraswasta, dan pengangguran. Rudi memastikan, kejadian ini bukan aksi unjuk rasa kalangan mahasiswa, melainkan dari kelompok terencana untuk mengacaukan keamanan.

Soal adanya penembakan gas air mata ke dalam kampus, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol. Hendra Rochmawan membantahnya. Dalam video keterangan resmi, ia mengatakan bahwa penembakan gas air mata dilakukan petugas di jalan raya. Jarak antara petugas patroli gabungan dengan kampus sekitar 200 meter.

“Tim menembak gas air mata di jalan raya, kemudian tertiup angin ke arah parkiran Unisba,” katanya.

Usut Tuntas Insiden

Direktur LBH Bandung, Heri Pramono menanggapi penembakan gas air mata yang dilakukan oleh aparat kepolisian di area kampus Unisba dan Unpas di Jalan Tamansari. Ia menyebut, kepolisian seharusnya belajar dari kejadian Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang.

“Kedatangan dan intimidasi aparat berseragam ke lingkungan kampus merupakan pelanggaran yang serius . Terlebih lagi kampus adalah zona netral yang harus bebas dari intervensi negara baik pemerintah maupun aparat keamanan. Apalagi ini menembakkan gas air mata,” kata Heri dihubungi BandungBergerak, Selasa, 2 September 2025.

PBHI Jawa Barat, dalam keterangan resminya, juga mengecam aksi aparat kepolisian di kampus Unisba dan Unpas. Dua kampus tersebut selama ini menjadi salah satu pusat solidaritas kemanusiaan dengan membuka posko kesehatan.

“Dalam hal ini, cobalah membayangkan perilaku yang demikian seperti aparat Israel yang menyerang tenda atau fasilitas kesehatan wilayah Palestina.  Tindakan aparat yang demikian merupakan kebiadaban dan sikap penjajahan yang merendahkan kemanusiaan,” tulis lembaga tersebut.

PBHI Jawa Barat mendesak agar Presiden Prabowo, Panglima TNI, Kapolri, dan Kapolda Jabar agar segera mengusut tuntas insiden yang terjadi di kampus Unisba dan Unpas.

 

 

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//