CATATAN DARI MEDIA CETAK LAWAS #10: Jejak Koran Salemba, Suara Kritis dari Kampus Universitas Indonesia
Jejak koran Salemba membuktikan bahwa pers mahasiswa bukan sekadar catatan internal kampus, melainkan bagian dari sejarah perlawanan intelektual terhadap kekuasaan.

Kin Sanubary
Kolektor Koran dan Media Lawas
6 September 2025
BandungBergerak.id – Di balik ketatnya kontrol media pada masa Orde Baru, pers mahasiswa hadir sebagai ruang alternatif yang berani menyuarakan kritik. Salah satu yang patut dikenang adalah koran Salemba, suara kritis dari mahasiswa Universitas Indonesia yang lahir di tengah iklim represi politik pasca peristiwa Malapetaka Lima Januari (Malari) 1974.
Surat kabar kampus Salemba dikenal sebagai sebuah penerbitan pers mahasiswa yang hidup pada masa Orde Baru. Koran tersebut hadir ketika situasi sosial politik dan dunia kemahasiswaan di Indonesia sedang dalam masa pengawasan dan pembinaan akibat dampak pecahnya peristiwa Malari 1974. Koran mahasiswa yang digawangi oleh sekelompok mahasiswa UI ini merupakan sebuah koran mahasiswa yang berani mengangkat suara-suara kritis mahasiswa dan berbagai kalangan elemen masyarakat Indonesia dari ruang hampa di tengah rezim Orde Baru yang otoriter. Salemba menjadi sebuah media yang bukan sekedar penerbitan mahasiswa biasa.
Surat kabar Salemba menjadikan pemerintah Orde Baru sebagai sasaran kritik utama mereka dengan mendukung arus gerakan mahasiswa yang mulai riuh pada medio 1977-1978 dan mengangkat isu-isu sensitif dengan telanjang tanpa sensor. Keberanian Salemba dalam membingkai fakta dan segala keresahan mahasiswa di tengah pembungkaman media tersebut ternyata menjadikan koran Salemba dicari sekaligus dibenci. Dicari oleh para pembaca setia dan dibenci oleh penguasa.
Pers mahasiswa selalu menempati posisi unik dalam lanskap media Indonesia. Ia bukan sekadar ruang belajar menulis dan berorganisasi, melainkan juga cermin pergulatan intelektual dan politik generasi muda. Sejak lama, pers kampus diyakini sebagai penyalur suara rakyat sekaligus pengawas kekuasaan.

Baca Juga: CATATAN DARI MEDIA CETAK LAWAS #7: Harian KAMI, Suara Mahasiswa yang Mengguncang Orde Lama dan Orde Baru
CATATAN DARI MEDIA CETAK LAWAS #8: Harian Empat Lima, Jejak Nasionalisme di Era Orde Baru
CATATAN DARI MEDIA CETAK LAWAS #9: Harian Abadi, Dua Kali Dibredel di Era Orde Lama dan Orde Baru
Koran Salemba Beredar Terbatas, Kerap Sembunyi-sembunyi
Koran Salemba, media mahasiswa Universitas Indonesia yang terbit pada era 1970-1980-an, ketika kampus UI masih berlokasi di Jalan Salemba, Jakarta. Peredarannya terbatas dan sering dilakukan sembunyi-sembunyi, karena keberaniannya mengangkat isu-isu yang dianggap tabu oleh rezim Orde Baru.
Pada masa itu, hampir seluruh media berada di bawah pengawasan ketat Departemen Penerangan dan Badan Intelijen Negara. Setiap pemberitaan yang dianggap menyimpang dari garis pemerintah terancam pembredelan. Nasib serupa akhirnya menimpa koran Salemba.
Koran Salemba yang terbit pertama kali tahun 1976 dan berakhir tahun 1980 dikarenakan dibredel oleh Orde Baru.
Surat kabar Salemba diterbitkan oleh Universitas Indonesia. Dengan alamat Redaksi: Jalan Salemba 4, Jakarta Pusat. Sebagai pelindung yaitu Prof. Dr. Mahar Mardjono.
Adapun struktur redaksi Salemba, yang dimuat di box redaksi pada bulan September 1979 yaitu :
Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Antony Zaida Abidin
Wakil Pemimpin Umum: Said Mustafa
Pemimpin Redaksi: Wikrama Iryan’s Abidin
Redaktur Pelaksana: A. Rachman
Dewan Redaksi: Antony Zaida Abidin, Said Mustafa, Wikrama Iryan’s Abidin, A. Rachman, Rita Sri Hastuti, Deddy Nurhidayat, Farchad Poeradisastra
Staf Redaksi: Suhana Natawilwana, Yunni Suburi, Effendi MZ, Chudry Sitompul, Suharnoko, Djunaidi, Hidayatul Manan, Arsani, Rachmadi AT, Yulia Maria, Noor Sardono, Djoko Walujo, Chandra Hassan
Pemimpin Usaha: Said Mustafa; Wakil Pemimpin Usaha: Warmo Muhry; Staf Usaha : Warmo Muhry, Edy Gautama, Sri Hartono
Penasehat Ahli: antara lain Prof. Dr. Selo Soemardjan, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar, Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, Dr. Nugroho Notosusanto, Dr. H. Dadang Hawari, P.K. Ojong, Dr. Parsudi Suparlan, Drs. Arbi Sanit, dan sejumlah tokoh lainnya.
Koran Salemba terbit dua kali sebulan dengan konten yang mencakup isu pendidikan, politik, profil tokoh, hingga reportase peristiwa aktual, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.
Adapun halaman muka koran Salemba edisi 20 September 1979, yang terbit 46 tahun silam, memuat pidato tertulis Jenderal (Purn.) Dr. A.H. Nasution berjudul “Keadaan Kini Masih Jauh dari Cita-Cita Proklamasi”. Dalam pidatonya di acara Nada dan Lagu Ramadhan yang diselenggarakan Senat Fakultas Hukum UI, 19 Agustus 1979, Nasution menekankan bahwa peringatan kemerdekaan jangan hanya berhenti pada ritual seremonial. Yang lebih penting adalah menghayati makna perjuangan, menilai kembali keberhasilan dan kegagalan, serta menumbuhkan idealisme generasi muda.
Edisi yang sama juga menurunkan tulisan Dr. Lie Tek Tjeng berjudul “Dominasi Ekonomi Indonesia oleh WNI Non Pribumi adalah Semu”. Artikel ini membahas stereotip seputar warga keturunan Tionghoa di Indonesia, persoalan integrasi nasional, serta tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun warga negara keturunan Tionghoa untuk membangun kesadaran sebagai bagian utuh dari Republik Indonesia.

Bagian dari Sejarah Perlawanan
Pada akhirnya, eksistensi pers mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya payung hukum. Yang lebih penting adalah bagaimana mahasiswa menjaga roh kritis, etika jurnalistik, dan keberanian intelektual. Selama semangat itu terus dirawat, pers mahasiswa akan selalu menemukan relevansinya di tengah masyarakat, sekaligus menegaskan dirinya sebagai bagian penting dari tradisi kebebasan pers dan demokrasi di Indonesia.
Jejak koran Salemba membuktikan bahwa pers mahasiswa bukan sekadar catatan internal kampus, melainkan bagian dari sejarah perlawanan intelektual terhadap kekuasaan. Warisan semangat kritisnya tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa kebebasan pers dan idealisme mahasiswa selalu menjadi denyut penting demokrasi Indonesia.
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB