Retorika dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Sunda
Retorika dalam keterampilan berbicara merupakan aspek pendukung yang penting dalam menentukan baik atau buruknya penutur dalam berbicara.

Alifia Syahrani
Pemerhati Bahasa dan Budaya Sunda. Mahasiswa Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.
18 September 2025
BandungBergerak.id – Dalam kehidupan berbahasa, kita harus menguasai empat aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Yang menjadi titik utama dalam tulisan ini adalah keterampilan berbicara.
Tarigan (1981) menyatakan bahwa keterampilan berbicara itu adalah kemampuan untuk mengucapkan suara-suara artikulasi yang dibangun dengan untaian kata untuk mencurahkan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta isi dalam hati. Dengan arti lain keterampilan berbicara merupakan suatu kemampuan menyampaikan isi pikiran dan hati dengan media vokal.
Dalam keterampilan berbicara, ada dua sub-keterampilan; monolog dan dialog. Monolog adalah kemampuan berbicara yang melibatkan satu unsur saja; pembicara. Sedangkan dialog yaitu kemampuan berbicara yang melibatkan dua unsur; pembicara dan pendengar. Bentuk monolog yang sering kita dengar dan lihat adalah orasi, pidato, stand up comedy/borangan, dan lain-lain. Sedangkan dialog sering kita temui dalam bentuk wawancara, debat, diskusi, musyawarah, dan lain sebagainya. Untuk mendukung keterampilan berbicara; baik dan buruknya berbicara, ada satu aspek penting yang harus dikuasi, yakni aspek retorika.
Retorika merupakan satu proses komunikasi yang dinamis. Proses ini berlangsung dikarenakan adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan komunikasi (verbal) dalam kehidupannya. Dalam arti yang lebih luas, komunikasi dalam kehidupan manusia dibentuk berdasarkan komunikasi antar sesama manusia (individu) serta masyarakatnya, komunikasi dengan lingkungan beserta alamnya, dan komunikasi manusia dengan tuhannya.
Dalam retorika, ada kompenen-kompenen proses retoris yang membangun retorika, yaitu penutur (pembicara atau penulis), pesan komunikasi, saluran, alam raya (mikro maupun makro), serta pendengar.
Di samping itu, retorika juga mempunyai beberapa substansi yang penting. Substansi tersebut adalah daya nalar yang baik yakni bisa menyusun materi yang akan disampaikan atau disajikan dan memilih serta menyusun argumennya; materi premis atau tersusun yakni sejumlah materi yang akan digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan tema cerita yang disampaikan oleh pembicara; bahasa dengan segala aspeknya yang digunakan sebagai wadah atau media untuk menyampaikan materi, ide, dan argumen dalam proses persandian (econding); serta etika yang mengatur segala tingkah laku dalam beretorika.
Baca Juga: Bahasa Sunda dalam Kehidupan Masyarakat Perkotaan
Belajar dari Nilai-nilai Didaktis pada Cerita Pantun Mundinglaya Dikusumah
Relevansi Nilai-nilai Kesundaan dan Kemuhammadiyahan
Mengasah Retorika
Terdapat materi-materi yang relevan untuk mengasah retorika atau memacu siswa beretorika dalam pembelajaran bahasa Sunda. Dalam bermonolog, bahasa Sunda mempunyai materi borangan; ngabodor sorangan. Merupakan stand up comedy versi bahasa Sunda. Para siswa dituntut harus bisa menyajikan komedi dengan media bahasanya yakni bahasa Sunda. Ada sajian-sajian komedi atau humor dalam bahasa Sunda yang bisa dijadikan materi borangan, seperti keresahan dan tingkah lucu di sekitar. Selain borangan, terdapat materi ceramah keagaaman; dengan idiomatik-idiomatik yang khas menjadikan pembeda dengan bahasa-bahasa yang lain.
Sementara dalam dialog, pelajaran bahasa Sunda mempunyai materi seren tampi; merupakan penyerahan dan penerimaan pengantin versi bahasa Sunda. Yang menjadi pembedanya adalah medianya menggunakan bahasa Sunda, serta ditambah dengan idiomatis-idiomatis bahasa Sunda yang khas pula.
Hakikatnya, retorika dalam keterampilan berbicara merupakan aspek pendukung yang penting dalam menentukan baik atau buruknya penutur dalam berbicara. Bahasa hanya sebagai “media” dalam beretorika; seberapa lihai cakap beretorika dalam bahasa yang dipakai. Terkhusus dalam bahasa Sunda, retorika menentukan seberapa lihai siswa menggunakan bahasa Sunda serta menyusun nilai-nilai kebahasaan dalam bahasa Sunda seperti pemakaian dan pengetahuan tentang idiomatis, undak-usuk, dan etika berbahasa. Cag!
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB