• Pemerintah
  • Data Indeks Rasio Gini Kota Bandung 2011-2020, Tak Kunjung Kurang dari 0,4

Data Indeks Rasio Gini Kota Bandung 2011-2020, Tak Kunjung Kurang dari 0,4

Meski mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir, indeks rasio gini Kota Bandung tak junjung bisa menyentuh angka kurang dari 0,4.

Penulis Sarah Ashilah6 Januari 2022


BandungBergerak.id - Kota Bandung menikmati pertumbuhan ekonomi relatif tinggi setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir, sebelum pada 2020 pandemi Covid-19 membuat laju pertumbuhan ekonomi (LPE) menukik. Namun, di balik pertumbuhan ekonomi yang selalu di atas rata-rata provinsi Jawa Barat tersebut, tersembunyi ketimpangan ekonomi warga yang masih jauh dari tuntas, dibuktikan dengan indeks rasio gini yang tak kunjung bisa kurang dari 0,4. 

Indeks rasio gini atau koefisien gini digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pengeluaran menurut pendapatan penduduk di suatu wilayah. Poin kurang dari 0,4 menunjukkan ketimpangan yang rendah, lebih dari 0,4 sampai 0,5 berarti tingkat ketimpangan yang sedang, sementara lebih dari 0,5 menunjukkan tingkat ketimpangan yang tinggi. Dalam kata lain, semakin besar poin indeks rasio gini, semakin besar pula ketimpangan suatu wilayah.

Merujuk data di situs resmi Open Data Jawa Barat (Jabar), diketahui indeks rasio gini Kota Bandung dengan ketimpangan terparah ada di tahun 2014, dengan poin mencapai 0,48. Di tahun-tahun berikutnya, indeks rasio gni terus mengalami tren penurunan meski tidak pernah berhasil menyentuh koefisien kurang dari 0,4.

Dokumen "Survei Data Basis Pembangunan Daerah Kota Bandung Tahun 2020" menyebut jenjang pengeluaran terlebar antara rumah tangga 20 persen terkaya dan rumah tangga 40 persen termiskin, terjadi pada komoditas barang tahan lama dan pesta atau perayaan.

Data indeks rasio gini di tahun 2019 membuktikan bahwa rumah tangga 20 persen terkaya mengeluarkan uang untuk komoditas barang tahan lama sebanyak 51,5 kali lebih besar dari rumah tangga 40 persen termiskin. Sedangkan pengeluaran untuk pesta, rumah tangga 20 persen terkaya mengeluarkan sebanyak 26,5 kali pengeluaran lebih besar dari rumah tangga 40 persen termiskin.

Pada tahun 2020, tahun dimulainya pagebluk, terjadi fenomena tidak biasa. Angka kemiskinan di Kota Bandung melonjak, namun indeks rasio gini justru menunjukkan poin pemerataan yang semakin membaik. Penyebabnya adalah anjloknya perekonomian yang merata, membuat kelompok rumah tangga terkaya sekalipun membatasi pengeluarannya.

Dapat dikatakan, masalah genting ketimpangan ekonomi di kota ini masih jauh dari tuntas. 

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//