Data Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bandung 1889-2020, Makin Padat Makin Heterogen
Sejak abad ke-19, Bandung memiliki daya pikat yang membuat banyak orang dari berbagai latar belakang berkunjung dan menetap. Makin padat, Makin heterogen.
Penulis Sarah Ashilah12 November 2021
BandungBergerak.id - Di abad ke-19, Kota Bandung masih memiliki alam yang yang sepi dan asri, termasuk jalanan berbatu yang becek setiap kali diterjang hujan. Dalam hidup sosial-politik, Bupati masih menggenggam kekuasaan yang besar terhadap rakyatnya, sebelum nanti perlahan berpindah tangan ke orang Eropa. Inilah masa yang dikenal dengan sebutan Oud Bandung atau Bandung Baheula.
M. Ryzki Wiryawan dalam bukunya Pesona Sejarah Bandung: Bandung hingga Awal Abad ke-20 menyebut bagaimana abad ini ditandai dengan eksploitasi rakyat demi kepentingan kolonial. Salah satu praktik buruk yang terjadi di Bandung dan sekitarnya adalah tanam paksa. Pembukaan lahan-lahan perkebunan di pinggiran inilah yang juga menarik minat orang-orang Eropa untuk mengunjungi Bandung.
Daya pikat Bandung bisa dilacak dari catatan-catatan orang-orang jauh yang pernah singgah di kota ini. Seorang penginjil Ds. Buddingh, yang berkunjung ke Hindia Belanda pada 1852 dan 1857, menyaksikan "bangunan-bangunan Eropa yang indah" di Bandung. Charles Walter Kinloch, seorang Skotlandia yang mengunjungi Bandung pada 1850 menyebut Bandung sebagai "desa" yang memiliki iklim nyaman dengan keteraturan jalan dan rumah-rumah penduduk yang rapi.
Merujuk buku Sejarah Kota Bandung (2016), pada tahun 1852 Residen Herman Eduard Steinmetz mengumumkan dalam Koran Java Bode bahwa Keresidenan Priangan terbuka bagi siapapun. Orang-orang asing dari beberapa negara Eropa lalu berdatangan dan menetap di Kota Bandung. Dampaknya, Bandung menjadi semakin ramai oleh penduduk dari beragam latar belakang.
Pada tahun 1889, jumlah penduduk Kota Bandung tercatat sebanyak 18.000 jiwa. Komposisinya terdiri dari 339 orang kaum Eropa, 16.424 orang Bumiputera, dan 1.237 orang Timur Asing. Di tahun-tahun berikutnya, laju pertumbuhan kaum Eropa jauh melampaui dua kelompok lainnya.
Memasuki awal abad ke-20, jumlah penduduk Kota Bandung terus bertambah secara signifikan. Dalam kurun 1906-1926, penduduk kaum Eropa tumbuh rata-rata 9,90 persen per tahun, sedangkan Bumiputera hanya 4,78 persen per tahun. Sementara itu, laju pertumbuhan kaum Timur Asing rata-rata 6,13% per tahun.
Baca Juga: Data Lengkap Perubahan Suhu Rata-rata Kota Bandung 1975-2020, Bertambah 3 Derajat Celcius dalam 46 Tahun!
Data Suhu Rata-rata Kota Bandung 2014-2020, Memanas dalam Dua Tahun Terakhir
Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, data jumlah penduduk Kota Bandung yang paling awal tercatat adalah tahun 1952, sebanyak 659.977 jiwa. Tujuh tahun kemudian, pada 1959, jumlahnya menjadi 986.880 jiwa. Artinya, laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,29 persen per tahun.
Dalam kurun waktu 1960-1966, rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung turun menjadi 1,3 persen per tahun. Situasi politik yang cukup panas saat itu menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Temuan menarik terjadi dua tahun setelah reformasi. Penduduk Kota Bandung anjlok sekitar 14,5 persen dari 2.501.506 jiwa di tahun 1998 menjadi 2.136.260 jiwa pada tahun 2000.
Dalam kurun waktu 2002-2019, jumlah penduduk Kota Bandung terus mengalami tren penambahan. Baru di tahun 2020, tahun ketika pandemi Covid-19 dimulai, terjadi pengurangan jumlah penduduk sebanyak 36.304 jiwa.
Sampai hari ini daya pikat Bandung belum luntur, menarik orang-orang dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal. Inilah yang membuat Bandung makin padat sekaligus makin heterogen.