• Kampus
  • Siapa Sangka Belatung Maggot Bisa Menjadi Pakan Kucing yang Murah dan Berkualitas?

Siapa Sangka Belatung Maggot Bisa Menjadi Pakan Kucing yang Murah dan Berkualitas?

Selama ini kebanyakan pakan kucing buatan perusahaan asing atau impor. Peneliti UGM membuat pakan berkualitas dari maggot.

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terdiri dari Mira Tsurayya Masruroh, Iqbal Wahdan Salsabil, Fariz Jordan Fadillah, dan Dina, menciptakan pakan kucing dari maggot black soldier fly (BSF). (Dok. UGM, 2021)

Penulis Sarah Ashilah30 November 2021


BandungBergerak.idLarva lalat atau belatung maggot mungkin bagi sebagian orang bergidik jijik. Namun siapa sangka hewan yang tumbuh subur di tempat sampah ini ternyata bermanfaat bagi berlangsungnya kehidupan makhluk lain.

Hal itu dibuktikan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terdiri dari Mira Tsurayya Masruroh, Iqbal Wahdan Salsabil, Fariz Jordan Fadillah, dan Dina, yang menciptakan pakan kucing dari maggot black soldier fly (BSF). Pakan kucing dari maggot ini mereka beri nama Got Meat.

Mengutip laman resmi UGM, Selasa (30/11/21), Iqbal dan kawan-kawan melakukan penelitian bahwa larva BSF mengandung protein sebesar 31,6 persen, lemak sebanyak 16,7 persen, 2,9 persen serat dan 5 persen kadar air. Hal itu menunjukkan jika larva BSF memang kaya akan gizi.

Iqbal menjelaskan, sebelum menjadi pakan kucing, larva BSF diolah menjadi tepung terlebih dulu. Setelah itu, barulah tepung ini mereka olah menjadi pakan kucing Got Meat. Varian makanan yang bisa dihasilkan pun beragam, seperti mackerel, dan chicken dan vegetables yang menyasar kucing usia dewasa.

“Got Meat hadir sebagai solusi pakan kucing yang memiliki kandungan protein tinggi, namun tetap terjangkau serta mampu meningkatkan kesejahteraan petani lokal,” ujar Iqbal Wahdan Salsabil.

Tercetusnya ide ini berawal dari keinginan menyediakan pakan kucing berkualitas dengan harga terjangkau, yang bisa mencukupi kebutuhan pakan kucing. Menurut Iqbal, bila diperhatikan banyak dari masyarakat yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi memberi makan kucing kesayangan. Sementara pakan kucing masih didominasi industri asing yang bikin harganya relatif tinggi.

Got Meat yang juga dikemas rapi dengan kemasan ziplock serta pengamanan ganda menggunakan sealer ini diyakini mampu menjaga kualitas produk dalam jangka lama.

Baca Juga: Masyarakat Wajib Mengetahui Ciri-ciri Anak Korban Perundungan
Mengubah Limbah Kulit Kopi Menjadi Makanan dan Minuman
Strategi Lulus Ujian Kompetensi bagi Mahasiswa Kesehatan

Belatung maggot black soldier fly (BSF) yang bisa diolah menjadi pakan kucing, Senin (12/11/20121). (Foto: Ahmad Abdul Mugits Burhanudin/BandungBergerak.id)
Belatung maggot black soldier fly (BSF) yang bisa diolah menjadi pakan kucing, Senin (12/11/20121). (Foto: Ahmad Abdul Mugits Burhanudin/BandungBergerak.id)

Larva BSF sebagai Pakan Ikan Versi IPB

Selain dapat disulap menjadi pakan kucing, belatung-belatung maggot lalat BSF juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan. Jurnal “Kajian Nutrisi Daya Maggot (Hermentia Illuciens L.) Sebagai Alternatif Pakan Ikan di RT 02 Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor”, memaparkan bahwa larva lalat ini memiliki kandungan protein hewani sekitar 30-45 persen.

Dari berbagai insekta yang dapat dikembangkan sebagai pakan, kandungan protein larva BSF memang cukup tinggi. Kandungan protein ini tentulah amat potensial sebagai pakan tambahan untuk pertumbuhan ikan.  Bukan hanya pakan ikan, tepung yang dihasilkan dari larva BSF pun dapat digunakan untuk campuran pakan ayam pedaging.

Selain itu, belatung maggot juga memiliki zat antijamur dan antimikroba (Indarmawan 2014). Sehingga, jika ikan-ikan mengkonsumsinya, mereka juga akan tahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

Protein yang bersumber pada serangga itu pun dinilai lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan mempunyai peran penting secara ilmiah (Van Huis 2013).

Penulis jurnal tersebut, Amira Amandanisa dari Departemen Biokimia IPB, dan Prayoga Suryadarma dari Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB University, memaparkan dari hasil analisis proksimat yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan protein larva muda lebih tinggi dibandingkan dengan larva tua.

Kondisi seperti ini diduga karena pertumbuhan sel struktural larva muda relatif lebih cepat. Meski begitu, bila meninjau skala produksi massal di mana kuantitas produksi menjadi faktor penting, bobot larva tua dinilai lebih ideal untuk digunakan. 

Produksi tepung dari larva tua ini lalu akan menjadi campuran makanan, atau bahkan bahan baku pelet ikan. Sementara larva kecil, lebih menguntungkan jika diberikan pada ikan secara langsung tanpa harus diolah menjadi tepung lebih dulu.

Jurnal tersebut menyimpulkan, pemanfaat BSF dapat mengurangi ketergantungan peternak terhadap pelet yang semakin mahal. Dampaknya terhadap lingkungan pun berpengaruh positif, karena pengembangbiakkan larva BSF akan memanfaatkan sampah organik sebagai makanan belatung.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//