• Kampus
  • UI dan Pemkot Depok Kembangkan Kawasan Heritage Depok Lama

UI dan Pemkot Depok Kembangkan Kawasan Heritage Depok Lama

Selain pengembangan kawasan heritage Depok Lama, Pemerintah Kota Depok juga ingin menjalin kerja sama dalam bentuk sister city dengan Belanda.

Jalur kereta api di Kota Depok, Jawa Barat. (Dok Pemkot Depok)

Penulis Iman Herdiana7 Desember 2021


BandungBergerak.idKota Depok pada masa kolonial Belanda menjadi salah satu kawasan strategis yang menghubungkan Batavia dengan kawasan lain di pulau Jawa. Karena posisi itulah membuat Depok memiliki banyak peninggalan sejarah terutama dari masa kolonial Belanda. Hingga kini, Depok memiliki kawasan wisata sejarah, antara lain di Depok Lama.  

Rencananya, Universitas Indonesia melalui Departemen Arsitektur Fakultas Teknik bersama Pemkot Depok akan melakukan pengembangan destinasi wisata bersejarah di kawasan Depok Lama. Program pelestarian situs dan sejarah Kota Depok difokuskan pada Kawasan Heritage Depok Lama yang ke depannya akan menjadi destinasi wisata bersejarah di Kota Depok.

Pengembangan Kawasan Heritage Depok Lama ini disampaikan oleh Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono pada pertemuan dengan Dekan FTUI, Hendri D.S. Budiono, pada 28 Oktober 2021 lalu. Menurut Imam, pengembangan ini juga akan melibatkan Pemerintah Belanda melalui Kedutaan Besar Belanda di Indonesia.

“Ke depannya kami ingin Kota Depok menjalin kerja sama dalam bentuk sister city dengan Belanda. Harapannya dengan dibangunnya destinasi wisata sejarah Depok Lama ini, ke depannya Depok dapat menjadi kota destinasi wisata budaya bagi wisatawan asing dan dapat mendongkrak laju perekonomian di Kota yang menjadi terasnya UI ini,” kata Imam, seperti dikutip dari laman UI yang diakses Selasa (7/12/202).

Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns, mendukung pengembangan Depok Lama. Pada pertemuan dengan FTUI dan Pemerintah Kota Depok pada tanggal 11 November 2021 yang lalu, ia menyampaikan masyarakat Belanda memiliki hubungan yang sangat erat dengan saudara tuanya di Depok.

“Kami berharap kerja sama yang strategis dengan Pemerintah Kota Depok segera terwujud dimana FTUI berperan sebagai kolaborator dengan kemampuan para ahli yang mumpuni,” kata Grijns.

Kemas Ridwan Kurniawan, Guru Besar Departemen Arsitektur, FTUI yang juga pakar aspek sosial budaya dalam Arsitektur-Heritage dan Cagar Budaya, menjelaskan, Kota Depok memiliki beberapa etnis yang mendiami, ada Belanda, Cina, Sunda, Betawi, dan banyak lainnya. Hal ini menjadikan Kota Depok memiliki sejarah Budaya yang beragam. Keberagaman yang ada meninggalkan jejak pada berbagai bangunan bersejarah yang dapat dilihat hingga saat ini. Salah satu jejak sejarahnya dapat dilihat di Jalan Pemuda.

“Dalam kerja sama tersebut, FTUI berperan untuk menyiapkan kajian terkait revitalisasi peninggalan sejarah di daerah Depok Lama,” ujar Kemas.

Hendri D.S. Budiono menambahkan, selain melibatkan FTUI dan Pemerintah Belanda, nantinya program revitalisasi ini juga akan mengajak komunitas-komunitas dan pengusaha. Sehingga, Kota Depok dapat menghadirkan dengan sempurna kawasan destinasi wisata budaya peninggalan sejarah Belanda di Depok.

“FTUI dan Pemkot Depok juga akan merancang Museum Wisata Sejarah akan berisi budaya-budaya Depok dari segi religius keislaman dan budaya sejarahnya berupa peninggalan benda sejarah di Kota Depok,” kata Hendri.

Ketua Departemen Arsitektur FTUI, Dalhar Susanto, menyambut baik rencana itu. Menurutnya, pengembangan atau revitalisasi bangunan sejarah Kota Depok memang seharusnya melibatkan lembaga pendidikan, dalam hal ini FTUI dan Departemen Arsitektur, masyarakat, para pemerhati perkembangan kota Depok, para pemerhati sejarah dan heritage kota Depok, dan juga melibatkan Kedutaan Besar Belanda.

“Sehingga, perencanaan dan pelaksanaan revitalisasi kota lama Depok itu bisa dilakukan bersama-sama dan manfaatnya dirasakan bersama-sama juga oleh seluruh masyarakat. Selama ini Pemerintah Kota Depok juga telah menjalin kerja sama dengan FTUI, khususnya dengan Departemen Arsitektur, untuk berbagai macam studi atau kajian terkait dengan pengambangan kota Depok secara umum, tidak hanya kawasan heritage,” kata Dalhar Susanto.

Baca Juga: Alun-alun Bandung Direvitalisasi, Bagaimana dengan Nasib PKL?
Harga Bahan Pokok di Pasar Kosambi Merangkak Naik, Pedang Kecil Paling Terdampak

Sejarah Depok

Pada awalnya, Depok sebuah Kecamatan di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung, Kabupaten Bogor. Pada tahun 1976, perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia, menurut laman resmi Kota Depok

Pada tahun 1981, Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok yang terdiri dari 3 Kecamatan dan 17 Desa. Pada perkembangan berikutnya, Administratif Depok berkembang pesat, semua desa berganti menjadi kelurahan yang totalnya menjadi 23 kelurahan.

Selanjutnya, muncul desakan Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya. Maka, 27 April 1999, Depok resmi sebagai Kotamadya. Berdasarkan Undang-undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 Kecamatan sebagaimana tersebut di atas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor.

Kota Depok selain merupakan pusat pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Jakarta, juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//