• Kolom
  • MEMORABILIA BUKU (22): Soemardja Book Fair, Gelaran Buku Kolektif di ITB 2017-2019

MEMORABILIA BUKU (22): Soemardja Book Fair, Gelaran Buku Kolektif di ITB 2017-2019

Soemardja Book Fair, gelaran tahunan di dalam kampus ITB sejak 2017, diniatkan sebagai kolaborasi antara pegiat buku dan pegiat seni rupa. Mandek akibat pandemi.

Deni Rachman

Pemilik Lawang Buku, pegiat perbukuan, dan penulis buku Pohon Buku di Bandung.

Panitia pelaksana dan pelapak buku Seomardja Book Fair ke-3 berfoto bersama di depan Galeri Soemardja ITB, Kota Bandung, Jumat (8/11/2019). (Sumber foto: Deni Rachman, difoto oleh Sukma)

12 Desember 2021


BandungBergerak.id - Bulan di penghujung tahun yang selalu disertai musim penghujan mengingatkan saya pada satu gelaran buku di ITB pada tahun 2018 dan 2019. Gelaran yang awalnya dimulai tahun 2017 itu bernama Soemardja Book Fair (SBF), menautkan nama dan tempatnya pada Galeri Soemardja di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Akibat pandemi, yang memaksa kampus-kampus hingga kini masih belum memulai aktivitas tatap muka, gelaran tahunan Soemardja Book Fair ini praktis terhenti.

Siapakah Soemardja?

Nama Galeri Soemardja diambil dari nama Sjafei Soemardja, tokoh bersejarah yang lekat dengan perjalanan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Dalam acara peresmian Institut Teknologi Bandung pada 2 Maret 1959, yang sebelumnya bernama Technische Hoogeschool te Bandung, ia turut hadir duduk di sebelah kiri Bung Karno, sementara di sebelah kanan duduk Ho Chi Minh. Saat itu Soemardja berperan sebagai Ketua Pelaksana Pendirian ITB. Sosok Soemardja dikisahkan dalam buku biografi Kisah Sjafei Soemardja yang ditulis oleh Samsudi (Pustaka Jaya, 1979).

Soemardja lahir di Bandung Selatan, pada 14 Mei 1907. Berkat kegigihan ayahnya, seorang petani, ia berhasil melanjutkan studi ke Belanda. Pada tahun 1950-an, Soemardja kemudian menggantikan posisi Simon Admiraal sebagai Ketua Balai Pendidikan Universitas Guru Gambar yang sekarang menjadi Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Patung dada Soemardja dibangun di depan galeri dalam peringatan 35 tahun FSRD ITB pada 1982, karya pematung sekaligus dosen studio patung Surya Pernawa.

Awal Mula Gagasan, SBF ke-1 Tahun 2017

Gagasan gelaran buku ini bermula dari obrolan saya, Indra Prayana, dan Kang “Ucok” Aminuddin TH Siregar, sang kurator galeri, di toko LawangBuku saat masih melapak di Baltos sekitar tahun 2013-2015. Kang Ucok kerap membeli bahkan memborong buku-buku atau majalah terutama yang berkaitan dengan kesenirupaan, khususnya yang mengupas seniman Soedjojono. Ia telah membuahkan karya tulisnya menjadi sebuah buku Sang Ahli Gambar: Sketsa, Gambar & Pemikiran S. Sudjojono (S. Sudjojono Center dan Galeri Canna, 2010) dan antologi buku Seabad S. Sudjojono yang dicetak terbatas (S. Sudjojono Center, 2013).

Di tahun 2016 baru saya mengetahui ternyata Kang Ucok memiliki art space dan perpustakaan khusus “S-14” di rumahnya di Jalan Sosiologi, Cigadung. Bersama sang istri, Herra Pahlasari, Kang Ucok saat itu membuat pameran arsip, manuskrip, dan dokumentasi Homicide pada 31 Mei – 30 Juni 2016. Saya sempat berkunjung ke pameran tersebut dan takjub dengan koleksi buku serta pengelolaannya. Seusai pameran, saya dihadiahi paket kartu pos edisi pameran Homicide.

Kang Ucok mengajak para pelapak buku berpameran dan berbursa buku di Galeri Soemardja. Saya dan Indra tentu menyambut baik ajakan ini dan menyampaikannya di lain hari kepada Sarekat Buku. Di tahun itu, ia sedang sibuk menyiapkan keberangkatannya ke Negeri Kincir Angin untuk melanjutkan studi pascasarjana. Pertemuan di toko pun menjadi jarang. Ia kemudian mengundang kami bertemu di ruangan kantor galeri dan memperkenalkan kami kepada Kang Zusfa yang nantinya mewakili pihak galeri.

Sarekat Buku sebagai Penggerak

Jika di tahun 2000-an awal LawangBuku memulai lapakan buku keliling kampus ke kampus secara personal, di dekade kedua dimulai upaya kolektif beberapa pedagang buku dengan membentuk “Sarekat Buku”. Serikat ini awalnya terdiri dari 5 lapak yaitu LawangBuku, Jaringan Buku Alternatif, Theras Buku, Lapak Buku Tualang, dan Katarsis Book. Setelah itu baru bergabung Katalis Book & Toko Buku Kebul.

Produk awal berserikat adalah membuat aneka gelaran buku. Secara perdana kami memulai debut saat diajak melapak bersama oleh Kang Acep Iwan Saidi di temu para alumnus Jurusan Sastra UNPAD di Jatinangor. Gelaran kedua yaitu membuat Moro Referensi (Moferen) di Unisba. Ihwal Sarekat Buku dan Moferen ini akan saya angkat dalam tulisan tersendiri di kemudian hari.

Suasan pembukaan Soemardja Book Fair ke-1 di Geleri Soemardja ITB, Kota Bandung, Senin (20/2/2017). Tampak Indra Prayana memberi sambutan acara mewakili pelaksana kegiatan, sementara Zusfa dari pihak Galeri Soemardja berdiri di sebelah kiri. (Sumber foto: Deni Rachman)
Suasan pembukaan Soemardja Book Fair ke-1 di Geleri Soemardja ITB, Kota Bandung, Senin (20/2/2017). Tampak Indra Prayana memberi sambutan acara mewakili pelaksana kegiatan, sementara Zusfa dari pihak Galeri Soemardja berdiri di sebelah kiri. (Sumber foto: Deni Rachman)

SBF 1: 20-26 Februari 2017

Soemardja Book Fair ke-1 pada tahun 2017 hanya melibatkan 2 pihak sebagai penyelenggara: Galeri Soemardja dan Sarekat Buku. SBF 2017 berlangsung dengan kesibukan dua kaki: pelapak iya, panitia iya. Bahkan saat itu, tidak ada naradamping (liaison officer) untuk mendampingi Seno Gumira Ajidarma yang hadir sebagai pengisi acara. Seingat saya saat itu saya ikut ambil bagian mengurus kesekretariatan, Irvan (Theraz Buku) sebagai bendahara, Andre (Katarsis Book) sebagai seksi acara, Iiw (Tualang Buku) sebagai seksi pubdok, sedangkan Indra (Jaringan Buku Alternatif) sebagai ‘pimpinan’ rombongan yang menjadi jembatan komunikasi dengan Kang Zusfa dari pihak Galeri Soemardja.  

Sebagai person yang menangani kesekretariatan, saya banyak memetik pengalaman dari penyelenggaraan Stok Buku Bandung 2006, Bursa Buku di Unpas Setiabudhi (2010), dan tentunya dari keikusertaan berpameran buku yang diselenggarakan oleh Ikapi Jabar.

Dari sebaran undangan, didapat 21 pelapak buku yang bersedia mengikuti SBF perdana ini yaitu Nuansa, Kentjapress, I-Tshirt, LawangBuku, Ultimus, TherazBuku, Katarsis Books, Svatantra, Kebul Buku, Jaringan Buku Alternatif, Tualang Buku, Pustaka Jaya, Tulus Pustaka, Kelir, Sega Arsy, Milisi Books/ Mizan, Ajisaka/ Wisata Literasi, dan Khazanah Bahari. Dari pihak tuan rumah, hadir Zineroid, Penerbit ITB, dan Soemardja Bookstore. Soemardja Bookstore sebetulnya toko yang sudah menetap di sana, lokasinya terletak di sebelah kanan galeri. Seluruh fasilitas disediakan oleh pihak galeri. Area pelapak buku berlokasi di sepanjang selasar galeri hingga ke depan perpustakaan seni rupa, sedangkan area lokasi acara ditempatkan di dalam galeri.

Konsep awal gelaran ini adalah kolaborasi antara pegiat buku dan pegiat seni rupa. Di tahun pertama itu terselenggaralah sebuah pameran seni rupa yang mengapresiasi koleksi koran milik Indra Prayana. Di tahun kedua dan ketiga, konsep ini tidak terselenggara dan tema gelaran disesuaikan dengan isu-isu aktual literasi.

Secara umum SBF ke-1 memuat lapakan buku, pameran seni rupa buku dan dokumen (koran), orasi budaya, penampilan seni, musik, diskusi buku, serta puisi. Para pelapak buku dianjurkan untuk mengisi acara harian.

Keceriaan para pelapak buku dan pelanggan setia di Soemardja Book Fair ke-2. Dari kiri ke kanan: Adi Marseila (jurnalis), Andre (Katarsis Books), Tasya Merari (mahasiswi FSRD ITB), dan penulis. (Sumber foto: Deni Rachman)
Keceriaan para pelapak buku dan pelanggan setia di Soemardja Book Fair ke-2. Dari kiri ke kanan: Adi Marseila (jurnalis), Andre (Katarsis Books), Tasya Merari (mahasiswi FSRD ITB), dan penulis. (Sumber foto: Deni Rachman)

SBF 2: 30 November hingga 4 Desember 2018

Inilah yang saya sebut di awal tulisan sebagai gelaran yang identik dengan musim penghujan. Ingatan saya waktu itu para pelapak buku banyak yang terkena tempias hujan karena lokasi meja lapakan terletak di selasar yang hanya dibatasi tiang-tiang gedung. Bahkan sebagian lapak ada yang terkena bocoran atap gedung. Meski sudah mengikuti imbauan panitia untuk membawa plastik meteran untuk mengantisipasi hujan, namun karena derasnya hujan disertai angin kencang beberapa buku tetap terkena tempias hujan. Saya dan Andre yang posisi nomor mejanya bersebelahan sampai berkelakar dari kejadian ini untuk membuat nama penerbitan “Tempias Publishing”.

Soemardja Book Fair ke-2 bergulir mengisi kekosongan ajang buku di akhir tahun 2018. Dari obrolan bareng Anwar Holid (editor) dan Kukuh Samudra (pegiat komunitas literasi di ITB), lalu disambungkan oleh Sarekat Buku, maka terselenggaralah SBF 2018. Person panitia mulai diorganisasi secara terpisah, jadi tak diorganisasi oleh pelapak buku lagi. Sarekat Buku hanya berperan sebagai penghubung antara pihak galeri dengan pihak panitia pelaksana yang saat itu digawangi oleh Kukuh Samudra, Asra Wijaya, dkk. Rerata panitia adalah alumnus sekaligus pegiat literasi di lingkungan kampus ITB.

Konsep gelaran ini ada beberapa yang berubah, mulai dari tema hingga sistem kasir. Saat itu Kukuh dkk. mengusung tema “Buku, Seni, dan Hal-hal di Sekelilingnya”. Diikuti oleh 14 pelapak buku yaitu Buku Mahal Cak Koe Sam, Petra Books, ITB Press, Kebul Buku, Katarsis Book, Ultimus, LawangBuku, Maraton Mikrofon.com, Toco, Ratu Kerang Books, Penerbit Trubadur, Jaringan Buku Alternatif, Mimamsa, dan Svatantra.

Secara umum SBF ke-2 memuat acara lapakan buku, bedah buku, diskusi, lokakarya, dan penampilan. Acara dimeriahkan juga oleh penampilan Ajisaka Band. Di SBF ini jugalah saya mendapat kesempatan meluncurkan buku Pohon Buku di Bandung, Sejarah Kecil Komunitas Buku di Bandung 2000-2009.

Panitia menerapkan sistem nol sampah plastik, jadi ada semacam imbauan di awal bahwa pengunjung dianjurkan membawa tas belanja sendiri yang ramah lingkungan. Selain itu, panitia menerapkan sistem pembayaran satu kasir. Dari sistem satu kasir ini didapatkan data omzet gabungan sepanjang 5 hari acara di kisaran 20 jutaan rupiah. Menurut saya sistem ini sangat baik, selain karena dapat diminimalisasi penggunaan kantong plastik juga dapat diketahui skala gelaran. Dengan angka terukur ini setidaknya diketahui faktor variabel apa yang perlu ditingkatkan di gelaran buku SBF selanjutnya.

Namun, sistem ini masih belum diterapkan secara penuh oleh sebagian pelapak karena masih dirasa ‘ribet’ dan tidak praktis. DI SBF selanjutnya sistem satu kasir ini dikembalikan lagi seperti semula, pembayarannya langsung dilakukan di masing-masing pelapak.

Panitia juga mengelola sistem pubdok (publikasi dan dokumentasi) secara professional. Salah satunya melalui corong medsos Instagram @soemardjabookfair2018. Dengan tampilan poster yang ajeg serta publikasi berkesinambungan, sebaran kegiatan ini mendapat apresiasi dari media massa dan tentunya publik yang sedang tren menggunakan Instagram.

Sastrawan Seno Gumira Ajidarma, seusai mengisi orasi budaya, berbelanja di lapak buku Theraz Buku, dilayani oleh Irvan Darmansyah. (Sumber foto: Deni Rachman)
Sastrawan Seno Gumira Ajidarma, seusai mengisi orasi budaya, berbelanja di lapak buku Theraz Buku, dilayani oleh Irvan Darmansyah. (Sumber foto: Deni Rachman)

SBF 3: 4-8 November 2019

Somardja Book Fair ke-3 terinspirasi dari Bandung Readers Festival yang melibatkan komunitas literasi sebagai pelaksana kegiatan. Sehabis acara Ngobrol Buku Bandung ke-2 di rumah Mang Zaky Yamani, Sarekat Buku menawarkan kepanitiaan ini kepada Komunitas Biblioforum. Barli dan kawan-kawan di komunitas ini menyanggupi ajakan menjadi panitia pelaksana, dengan menggandeng komunitas-komunitas lainnya sebagai pengisi acara. Rasa komunitas dan bauran melibatkan lebih banyak komunitas betul-betul menggema di acara ini.

Gelaran ini diikuti oleh 15 Pelapak buku yaitu LawangBuku, Toco, Hellorwel, Rasia Bandoeng, James Hobbies and Books, Katalis Books, Kentja Press, Katarsis Book, Bintoro Barokah, Petra Books, Bukunesia, Jaringan Buku Alternatif, Akasa Bookstore, Delunapatite Bookshop, dan Teras Buku.

Tema yang diusung saat itu adalah “Potensi Literasi di Era 4.0”. Rerata mata acara mengupas pemasaran buku maupun wacana-wacana perbukuan di era digital seperti bedah buku Googling Gutenberg, serta lokakarya bookstagram dan penulisan karya best seller di platform digital.

Untuk menyebarluaskan gaung SBF 3 ini, Panitia membuat akun Instagram @soemardjabookfair2019 dan menerapkan media partner kepada siapa saja yang secara intensif membantu menyebarkan kegiatan. Penggunaan media instragram secara penuh baru bisa dilakukan di acara ini seperti penggunaan live Instagram.

Beberapa komunitas yang turut berkolaborasi di acara ini, yang saya ingat, adalah Komunitas Aksara Salman ITB, Asas UPI, Alqolam UPI, Asosiasi Literasi Indonesia (Asoli.id), Forum Lingkar Pena, Komunitas IPAI Inspiring Forum, Cozy Corner Book Club, Perpustakaan Rumah Baca Buku Sunda, Storial.co, dan Ruang Hidup. Acara dimeriahkan pula oleh penampilan dari Noeisvocal Band. Tak kalah pentingnya juga kehadiran para pendukung acara yang di antaranya memberikan aneka hadiah bagi peserta dan panitia.

Sumber Daya dan Sumber Dana

Kalau sumber daya Soemardja Book Fair berasal dari komunitas sebagai panitia pelaksana dalam kesukarelawanan, sumber dana kegiatan ini murni bersumber iuran para pelapak. Tentunya ini menjadi bahan pemikiran untuk SBF selanjutnya, yakni mengupayakan dana usaha dari sponsor atau donatur. Seluruh iuran para pelapak dialokasikan untuk biaya operasional panitia pelaksana.

Saya yang turut ambil bagian dari kegiatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada Kang Ucok Aminuddin TH Siregar, Kang Zusfa dan tim di Galeri Soemardja, Kukuh dkk, Barli dkk, serta para pendukung dan pengisi acara SBF.

Baca Juga: MEMORABILIA BUKU (21): Pertama Kali Masuk Televisi
MEMORABILIA BUKU (20): Menjadi Panitia Pameran di Konferensi Internasional Budaya Sunda 2011
MEMORABILIA BUKU (19): Tiga Tahun Menyelenggarakan Hari Buku Sedunia di Bandung

SBF Rehat Sejenak

Soemardja Book Fair (SBF) ke-4 yang sedianya akan diselenggarakan di tahun 2020 terhenti akibat pandemi Covid-19. Karena SBF mengandalkan lapakan buku dan acara secara luring, tiada pilihan untuk menyelenggarakannya secara daring. Bagaimanapun aktivitas tatap muka dan berkumpul nongkrong di acara buku, menurut saya takkan pernah bisa tergantikan.

Semoga dunia sehat kembali di tengah dunia ekonomi perbukuan yang selalu fluktuatif. Semoga kesabaran ini akan berbuah manis di tahun-tahun selanjutnya.

Salambuku!

Berikut ini detail acara Soemardja Book Farif ke-1:

Senin, 20 Februari 2017

  1. Bedah Buku Johnny Mushroom karya Zaky Yamani (jam 14.00 – 15.00)
  2. Bedah Buku karya Frans Ari Prasetyo (jam 16.00 – 17.00)
  3. Pembukaan oleh Dekan ITB (jam 19.00 – selesai)

 Selasa, 21 Februari 2017 

  1. Orasi Budaya oleh Seno Gumira Ajidarma (jam 13.00 – 14.00)
  2. Bedah Buku Estetika Paradoks bersama Jakob Sumardjo dan Hawe Setiawan (jam 14.00 – 15.00)
  3. Bedah Buku Tiga Letnan Tionghoa di Bandung karya Sugiri Kustedja (jam 16.00 – 17.00)
  4. Rabu, 22 Februari 2017
  5. Bedah Buku Ajisaka Golden Day dan pentas musik (jam 14.00 – 16.00)
  6. Bedah Buku Kuntowijoyo (jam 16.00 – 17.00)

Rabu, 22 Februari 2017 

  1. Bedah Buku Ajisaka Golden Day dan pentas musik (jam 14.00 – 16.00)
  2. Bedah Buku Kuntowijoyo (jam 16.00 – 17.00)

Kamis, 23 Februari 2017

  1. Diskusi Nasib Filsafat di Dunia Kampus bersama Fauz Noor. Moderator: Agi Mohammad (jam 15.00 – 16.00)

Jumat, 24 Februari 2017

  1. Panggung musik oleh Senartogog (jam 14.00 – 15.00)
  2. Bedah buku Mengasah Nurani Melalui Puisi karya Idris Apandi (jam 15.00 – 16.00)

 Sabtu, 25 Februari 2017

  1. Bedah buku Jelajah Kampung: Catatan Jalan-jalan di Kota Bandung dan Diskusi penerbitan indie oleh Katarsis Books (jam 14.00 – 15.00)
  2. Bedah buku Pakeman Basa Sunda bersama Yayat Sudaryat. Moderator: Ilham Nurwansyah (jam 15.00 – 16.00)

Minggu, 26 Februari 2017: Penutupan

*Untuk mata acara SBF ke-2 dapat dilihat di Instagram @soemardjabookfair2018 sedangkan SBF ke-3 bisa dilihat di akun IG @soemardjabookfair2019.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//